Fat Is Not Bad [Part I of II]

“…Berhentilah menjadi wanita yang selalu mengejar-ngejar pria. Mulai saat ini, jadilah wanita yang dikejar mereka…”

“Otto-san… Apa aku pantas menjadi pendampingnya?”

“Kalau tidak pantas, untuk apa aku dan ayahnya memanggil kalian ‘Pasangan Takdir’?”

KIM KI YOUNG menjauhkan piring berisi makanan lezat itu dari hadapannya. Perutnya sudah benar-benar kenyang, karena sebelumnya dia baru saja menghabiskan tiga piring sushi formula baru yang dibuat ayahnya.

“Ayumi-chan, aku mohon bantuanmu. Hanya kau yang bisa merasakan apa makanan dengan formula baru ini enak atau tidak di lidah pelanggan. Hanya kau di dunia ini yang memiliki lidah ajaib, Sayang.”

“Otto-san, perutku sudah tak muat lagi,” keluh Ki Young.

“Kumohon, Yumi. Demi kelangsungan restoran ini.” Ayahnya mulai memelas. Inilah hal yang paling Ki Young benci, karena ia tak sanggup untuk menolaknya.

“Baiklah, akan kumakan.”

“Ah~ Arigatou…”

+++++++

KIM KI YOUNG atau nama Jepangnya Ayumi Kurosawa, 18 tahun. Ayahnya adalah orang Jepang, sedangkan ibunya orang Korea. Mereka hidup terpisah. Ki Young dan ayahnya hidup di Korea untuk membangun bisnis keluarga mendirikan sebuah restoran Jepang. Sedangkan ibunya tinggal di Jepang untuk mengurusi restoran Korea.

Ki Young adalah gadis dengan perawakan sangat gemuk. Hal ini dikarenakan ayahnya selalu meminta dia untuk mencicipi formula yang baru dibuatnya. Lidah Ki Young sangat sensitif sekali saat merasakan makanan. Ia bisa meramal makanan mana yang akan laku atau tidak di pasaran. Karena hal ini pulalah ia menderita obesitas.

Ia dan ayahnya pindah ke Korea tiga tahun yang lalu, saat umurnya masih 15 tahun. Saat itu pulalah ia bertemu dengan seseorang yang kini menjadi sahabatnya, Henry Lau.

Tiga tahun yang lalu…

“Otto-san, yang ini wasabinya terlalu pekat. Dan yang ini garamnya kelebihan setengah sendok teh. Yang ini sayurnya direbus terlalu lama, jadinya pahit. Ini dagingnya terlalu lembek jadi merusak ke makanan yang lainnya. Lalu ini terigunya tidak tepat timbangan, jadi kualitas mie-nya rendah. Hanya makanan di piring inilah yang kululuskan untuk dipasarkan,” tutur Ki Young mendorong piring berisi Teriyaki Lada Hitam.

Seorang lelaki yang duduk di seberangnya sangat takjub melihat kepiawaian Ki Young dalam menganalisa makanan. Lalu ia berjalan mendekati Ki Young.

“Ajari aku, dong!” pintanya sok akrab.

Alis Ki Young bertaut, “Apanya?”

“Caramu menganalisis makanan. Aku baru tahu ada orang sepertimu. Benar-benar menakjubkan.”

Ki Young terkekeh, “Hanya kau yang memujiku. Yang lain mengejek fisikku.”

“Ya, kau memang gendut!”

JLEB!

Lelaki itu nyengir lebar, “Tapi kau mempunyai kelebihan yang luar biasa. Mau kan berteman denganku? Henry Lau imnida.”

“Ayumi Kurosawa desu.”

“Kau orang Jepang?!” pekik Henry yang dibalas anggukkan oleh Ki Young, “Tapi Hangul-mu bagus sekali.”

“Ibuku orang Korea, dan kau boleh memanggilku Kim Ki Young”

+++++++

ADA yang tak normal pada Henry. Ia makan lebih banyak dari Ki Young, namun tubuhnya masih tetap kurus. Sedangkan Ki Young, hanya makan sedikit saja bobot tubuhnya sudah naik drastis.

Mereka tak pernah terpisahkan. Selama tiga tahun ini, mereka selalu bersama, kecuali jika sedang berada di sekolah. Ki Young pikir Henry bisa menerima seluruh kekurangannya. Namun nyatanya tidak!

Dia kerap menjauhi Ki Young jika di sekolah. Dia mengatakan malu jika harus jalan bersebelahan atau hanya sekadar mengobrol dengannya. Fisik yang tidak sempurna yang dimiliki oleh Ki Young, bagaikan langit dan bumi jika dibandingkan dengan Henry.

Henry adalah presiden siswa sekaligus ketua klub musik yang paling disegani di sekolahnya. Wajahnya yang tampan dan otak encernya yang memukau, membuat ia digilai banyak murid perempuan. Hal inilah yang membuat Henry gengsi berdekatan dengan Ki Young.

Saat itu ada pertunjukan musik antar kelas. Ketika kelas Henry dan timnya sedang beristirahat di pinggir panggung, Ki Young berlari menggenggam sebotol jus jeruk kesukaan Henry.

“Henry-kun, Henry-kun… Ini untukmu…,” teriaknya dengan napas tersengal-sengal sambil mengacung-acungkan botol jus jeruk itu ke udara.

Semua anak cowok yang ada di sana menertawai Ki Young. Tidak sedikit pula dari mereka yang mencemooh. Ki Young tak memedulikan mereka, karena hinaan adalah makanannya sehari-hari. Pikirannya fokus pada Henry dan sebotol jus jeruk yang dipegangnya.

“Henry-kun, ini untukmu… Kau suka jus jeruk, kan?”

Henry tak menyahut. Jangankan menyahut, menoleh pun tidak. Ia malah pergi menjauh dari kerumunan, pura-pura tak mengenalnya. Hati Ki Young sakit sekali.

Sejak saat itu ia tak pernah lagi menyapa Henry jika berada di sekolah. Ia akan berpura-pura tak melihatnya  jika mereka tak sengaja berpapasan. Ia paham bagaimana perasaan Henry. Dia pasti malu jika berdekatan dengan dirinya.

Ki Young tahu bagaimana cowok itu. Henry sangat mengagungkan keindahan fisik…

Namun mereka akan sangat akrab sekali jika sudah berada di luar jangkauan benteng tebal sekolah. Keduanya tak dapat dipisahkan.

Perbedaan yang ada pada diri mereka bagaikan medan magnet dengan kutub berbeda yang saling tarik-menarik membentuk sebuah kekuatan. Orang tua mereka menyebutnya ‘Pasangan Takdir’. Ki Young suka sekali dengan sebutan itu.

+++++++

Lee Jin Ah , ia resmi terdaftar sebagai murid kelas satu di Myeongjin High School. Rupanya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang indah. Banyak sekali anak-anak cowok yang berusaha mendapatkan perhatiannya.

“Ki Young-ah, ayolah bantu aku mencarikan info tentangnya!” rengek Henry.

“Shiruh! Memangnya untuk apa?”

“Untuk data siswa baru. Dia orangnya sangat diam. Banyak anggota kepengurusan yang menyerah mendekatinya. Ayolah, Ki Young-ah. Jebal…”

“Shiruh! Kau Sendiri saja. Kau kan presiden siswa. Masa dia tak memandangmu. Itu sangat mustahil!”

“Apa cewek secantik dia akan mendengarkanku?”

Ki Young menarik napas dalam-dalam, “Tentu saja! Kau sahabatku yang paling tampan sedunia. Kau juga keren, punya banyak kelebihan dan seorang presiden siswa. Mustahil jika dia mencuekkanmu.”

“Ki Young-ah, kau membuat kepercayaan diriku muncul. Gomawoyo…” Henry memeluk Ki Young, hal ini membuat wajahnya tersipu merah.

“Lepaskan! Kau membuatku sesak tahu,” pekik Ki Young.

“Makanya diet!”

“Aish…,” gerutu Ki young seraya menghempaskan tubuh Henry ke tembok dengan mudah.

+++++++

“Ki Young-ah~,” lagi-lagi Henry berlarian di dapur. Banyak sekali chef yang mengomeli tingkahnya itu.

“Berisik, Henry-kun! Sudah kubilang jangan berlarian dalam dapur. Berbahaya!”

Henry tak menggubris omelan Ki Young, ia hanya mesem-mesem sendiri.

“Kenapa kau? Micheosseo?”

Henry menggelengkan kepalanya, “Aku berhasil mengobrol dengan Jin Ah lho. Ayo tebak apa yang dia ucapkan pertama kali ketika aku datang menghampirinya?”

“Molla!”

“Dia memekik, ‘Henry Lau-sunbae! Lee Jin Ah imnida. Bangapseumnida. Sudah lama aku menunggumu yang datang sendiri padaku. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu ini datang juga,’” cerita Henry mengimitasi gaya Jin Ah, “Hebat, kan?”

“Apanya? Biasa saja!” sahut Ki Young dingin sambil melengos meninggalkan dapur menuju ke dalam rumah.

“Ki Young-ah, kau ini kenapa, sih?”

“Kau menyukainya?”

“Siapa?”

“Hoobae itu.”

“Oh… Maksudmu Lee Jin Ah? Tentu saja. Wajahnya cantik, tubuhnya ramping sekali, orangnya juga baik. Sepertinya dia menyukaiku juga. Dia sangat sepadan denganku kan, Ki Young?”

“Cih. Henry-kun, apa aku cantik?” Tanya Ki Young tiba-tiba.

“Mwo?! Oh, iya. Sebenarnya kau ini cantik. Hanya saja…,” Henry menatap tubuh Ki Young dari atas sampai bawah.

“Ne, arasseo!” sahut Ki Young berbalik pergi.

“Ah, pokoknya di hari ulang tahunku nanti, aku akan memintanya untuk menjadi pacarku…”

Ki Young menghentikan langkahnya, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Henry, ”Andwae!”

Henry terkejut, “Wae?!”

“Ah, ani…maksudku…memang kapan ultahmu?”

Sekarang giliran Henry yang memutar bola matanya, “Dua minggu lagi, Ayumi sayang! Kau ini sahabatku bukan, sih?!”

“Sesukamu sajalah!” Ki Young berbalik dan buru-buru pergi dari sana.

“Ki Young-ah, kau kenapa? Jangan buat aku bingung!”

Ki Young berbalik , “Henry Lau… KAU IDIOT!!!” teriaknya seraya berlari menuju kamar.

“Mwo?!” sahut Henry syok. Ketika ia akan mengejar gadis itu, ayah Ki Young segera melemparkan celemek dan mendarat tepat di kepala Henry, “Daerah terlarang, Henry-chan!”

“Oh. Jaeseonghamnida, Ahjusshi!”

Sementara itu di kamar Ki Young…

Tahu begini, harusnya aku mau ketika dimintai tolong olehnya kemarin. Sekarang aku hanya bisa menangisi kebodohanku. Kebodohan karena menyimpan cinta tiga tahun ini. Susah payah kutahan, tapi hasilnya malah seperti ini. Ottokhae?

Ingatannya melayang pada perkataan Henry tadi, “Wajahnya cantik, tubuhnya ramping sekali…,” dan “Dia sangat sepadan denganku…”

Ki Young jalan menuju cermin. Dia perhatikan lekuk tubuhnya yang gempal. Sama sekali tak enak dipandang. Dia lempar cermin itu dengan remote tv hingga pecah. “Mulai besok, aku tak ingin lagi melihat tubuh bodoh ini. Aku juga tak ingin melihat wajah besar ini lagi. Akan kubuktikan padanya kalau aku juga bisa cantik dan ramping. Akan kutunjukkan padanya kalau aku juga sepadan bersanding dengannya! Henry Lau, kau idiot!!!”

..to be continued..

###Yuwe, utang lunas yaaa… Tinggal nunggu part II. Mian, aku buat karaktermu obesitas. Hahaha~ Tapi kan aslinya nggak gitu *peluk uwe*