[FF Of The Week] [KyuHye Married Life 3] Good Girl or Good Wife..??

Author : stillthirteen13

Kyuhyun’s side..

Akhirnya..setelah menempuh jarak yang cukup jauh, kini aku sampai di depan sebuah gedung bertingkat tiga puluh lima tempat apartemenku berada. Setelah memarkirkan mobilku, aku pun berjalan menuju pintu masuk utama. Dari kejauhan, aku melihat sosok gadis yang sedang duduk disebuah bangku kayu yang panjang sambil menggosokan kedua telapak tangannya. Gumpalan asap keluar dari mulutnya seiring nafas yang dihembuskannya. Terang saja, dia menunggu ditengah rintik salju yang perlahan tapi pasti mulai menyelimuti kota Seoul. Kupercepat langkahku menuju bangku itu,tepatnya menuju orang yang sedang duduk disana.

“ Ya. kau sedang apa? Ini sudah malam dan bersalju, kenapa kau duduk disini dan hanya berbalutkan sweater tipis itu? “ gadis itu berdiri dan tersenyum simpul.

“ Aku menunggumu.. ayo masuk, disini dingin sekali. “ suaranya sangat pelan. udara disini sangat dingin, tapi dia tidak gemetar sama sekali. Aneh, kenapa gadis hijauku berubah drastis seperti ini? belakangan ini dia jadi pendiam, wajahnya selalu murung, tidak bersemangat dan tidak pecicilan, jarang beradu mulut denganku, dan yang paling membuatku bingung..dia selalu menungguku pulang kerja di tempat ini, tidak peduli aku pulang larut atau tidak, tidak peduli sedang turun salju atau tidak, dia pasti selalu ada ditempat ini, menungguku pulang.

“ Kyu..ayo masuk. “ suara dan lengan kecilnya yang menggandengku membuatku tersadar dari lamunanku.

“ Ne..kajja “ kurangkul pundaknya, lalu menenggelamkannya kedalam jaket tebal berwarna coklat yang kukenakan. Kami berjalan berdampingan menuju lobby, terus berjalan sampai didepan lift hingga akhirnya kami pun sampai didepan apartemen bernomor 1302 milik kami. Shin hye terus menunduk sambil menendang-nendang kecil udara diruangan ini. ia melepaskan diri dari rangkulanku dan aku pun memasukan beberapa digit nomor pin apartemen kami. Gadis itu menyeruak masuk mendahuluiku, menungguku masuk kedalam dan menutup pintunya.

“ Mau kusiapkan air hangat? “ tanyanya lembut. Aku mengangguk kecil lalu mengacak rambutnya.

“ Gomawo.. “ shin hye tersenyum, kemudian berlalu meninggalkanku. Aku memutuskan untuk duduk di sofa sambil menunggunya menyiapkan air hangat. Berbagai pertanyaan kembali bernari indah dipikiranku. Ada apa dengan gadis hijauku? Apa yang membuatnya seperti itu? Apa aku melakukan kesalahan?

“ Kyu..airnya sudah siap.. “ lagi-lagi suaranya membuyarkan lamunanku. Dengan segera aku masuk ke kamar mandi yang ada didalam kamarku itu dan mulai membersihkan diri.

Setelah selesai, aku tidak menemukan Shin hye di kamar. Ternyata dia sedang duduk di sofa, menatap malas kearah tv yang sedang menyala.

“ Sudah malam, kau tidak tidur? besok kuliah kan? “ tanyaku sambil duduk disampingnya lalu bersandar di punggung sofa. Menatap punggungnya yang sedang duduk tegap. Shin hye hanya menggeleng pelan tanpa melepaskan pandangannya dari televisi yang sejak tadi sebenarnya ia acuhkan.

“ Wae? Belakangan ini kau murung. Ada apa? “ kulihat punggungnya naik turun, menandakan ia sedang menghirup udara dalam-dalam.

“ Kyu..apa aku sudah jadi istri yang baik? “ tanyanya pelan. Lagi-lagi pertanyaan itu. Dua minggu belakangan ini, ia terus menanyakan hal yang sama. ‘ Apakah aku sudah jadi istri yang baik? ‘. Entah apa yang menganggu pikirannya hingga dia terus memikirkan hal itu, dia tidak menceritakan apapun padaku. Tidak seperti biasanya.

“ Sebenarnya ada apa? Kenapa kau terus menanyakan hal itu? “

“ Jawab, Kyuhyun-ah.. “ dia mengacuhkanku. Harus berapa kali aku menjawab ‘iya’?. Tiba-tiba dia ikut bersandar pada punggung sofa dan meletakan kepalanya dibahuku. Lesu. Wajahnya terlihat lesu.

“ Apa aku sudah jadi istri yang baik? “ mulutnya melontarkan kalimat itu lagi.Aku hanya diam dan mengusap puncak kepalanya. Kalaupun aku menjawab ‘iya’, besok pasti ia akan menanyakan hal yang sama lagi. Aku tidak tahan melihatnya seperti ini, seperti mayat hidup.

“ Kita buat perjanjian dulu.. Katakan padaku apa yang sedang terjadi, baru aku jawab. “ Shin hye mengangkat kepalanya dari bahuku, menunduk sebentar sebelum akhirnya menatap wajahku. Tapi dua detik kemudian ia kembali mendaratkan kepalanya dibahuku.

“ Aku tidak tahu, Kyuhyun-ah.. aku hanya merasa aku sedang jatuh ketempat yang paling dasar. Aku merasa semua yang telah aku lakukan..tidak ada nilainya. Selalu menjadi yang terburuk dibalik yang terbaik. “ jawabnya lesu. Aku tidak menyangka dia bisa berpikiran seperti itu. pasti seseorang mengatakan sesuatu padanya, karena kalau tidak..tidak mungkin dia bisa memikirkan hal semacam itu.

“ Siapa yang mengatakan itu padamu? “ cukup lama dia terdiam hingga akhirnya gadis hijau ini bersuara lagi.

“ ..Semuanya.. “

“ Mwo? Semuanya? Maksudmu semua orang? “

“ Kau pikir orang-orang disekitarku ada berapa? Hanya keluargaku dan keluargamu, Sungmin oppa dan Kibum.. “

“ Kyuhyun-ah.. apa aku sudah jadi istri yang baik? “ tanyanya lagi, karena aku belum menjawab pertanyaannya sejak tadi.

“ Mm..you’ve did the best, instead.. “ jawabku dengan semangat, mencoba mencairkan suasana ini.

“ ..Mana mungkin..sebelumnya, aku telah membuatmu melakukan pekerjaan yang seharusnya adalah tanggung jawabku, tidak memasak untukmu, merepotkanmu dengan tugas-tugas kuliahku hingga kau harus begadang untuk mengerjakan pekerjaan kantormu karena kau harus mengajariku dulu.. mana mungkin aku telah melakukan yang terbaik? “ sanggahnya. Aku tidak bisa menjawabnya. Secara logika, itu memang benar. Kalau aku mengatakan bahwa dia telah melakukan yang terbaik..itu terlalu memaksa, itu malah membuatnya merasa tertampar karena tahu aku hanya ingin menghiburnya, ani tepatnya berbohong.

“ Aku merasa..aku ini seperti anakmu dan kau ibuku. “ sambungnya.

“ Kalau begitu..kau adalah anak yang baik. “ aku tersenyum lebar setelah mengatakan itu, namun Shin hye masih saja murung.

“ Mengasuhku, mencari uang untukku. Apa aku tidak merepotkanmu, Kyuhyun-ah? “ Shin hye kembali menghembuskan nafasnya dengan berat. Kenapa hal ini begitu menganggu pikirannya?

“ Kau malah merepotkanku kalau kau seperti ini. Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Toh belakangan ini kau sudah melakukan yang terbaik. Kau tidak membiarkanku mencuci sendok satu pun, selalu menyiapkan sarapan dan makan malam untukku, menungguku diluar hingga aku pulang…aah, ani.. kau memang belum menjadi istri yang baik.. “ Shin hye segera mengangkat kepalanya dan menatapku.

“ karena..? “ hembusan nafasnya terasa panas. Aku baru menyadarinya, sepertinya dia demam. Ini pasti efek karena menunnguku ditengah salju musim dingin belakangan ini.

“ badanmu hangat.. aku ambil kompres dulu. kau tunggu sebentar. “ aku beranjak dari sofa yang empuk itu menuju pantry dapur. Kuambil sehelai kain, memasukan beberapa bongkahan kecil es dan mengikat ujung-ujung kain itu, lalu kembali ke sofa.

Setelah duduk disamping Shin hye, aku merangkulnya dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku menempelkan dan memegangi kain berisi es yang tadi kusiapkan. Kenapa aku tidak membawanya ke kamar? Karena dia pasti menolak, karena pembicaraan kami belum mencapai titik terang.

“ karena..? “ tanyanya lagi sambil mengambil alih kantung es yang kupegangi.

“ Karena kau belum ‘melayaniku’. Hahaha “ aku tertawa senang, tapi Shin hye masih murung. Dia  menyandarkan kepalanya di bahuku lagi.

“ Kalau aku melakukannya..apa dengan begitu aku sudah jadi istri yang baik? “ tanyanya. Pikirannya terlalu berbelit-belit. Meskipun orang lain mengatakan dia bukan istri yang baik, tapi kan bagiku dia ini adalah yang terbaik, karena kalau tidak..mana mungkin aku menikahinya? Kenapa dia tidak berpikir seperti itu?

“ dengarkan aku.. jangan dengarkan ucapan orang lain. meskipun menurut mereka kau belum menjadi istri yang baik, setidaknya bagiku kau sudah jadi yang terbaik. tidak bisakah kau berpikir seperti itu? “

“ Appa dan eomma selalu bilang aku masih kekanakan, tidak dewasa dan akan merepotkanmu kalau aku seperti itu. Donghae oppa bilang aku ini terlalu santai, tidak menjalankan peranku dengan baik, tidak seperti Hyorin eonni yang professional dengan statusnya sebagai wanita karir dan istri Donghae oppa. Sungmin oppa juga mengatakan hal yang tidak jauh berbeda dengan appa, eomma dan Donghae oppa. Lalu..bagaimana  denganmu, Kyu? “

“ Sama seperti mereka. Hanya saja, aku tidak terlalu peduli. Sejak aku memutuskan untuk menikah denganmu, bukankah aku harus menerimamu apa adanya? Lagi pula, aku menyukai kau yang seperti itu. kau hanya perlu menyadari tanggung jawabmu.. “ Shin hye menatapku, air matanya tengah menggenang di pelupuk matanya yang indah.

“ Tapi aku merasa buruk, Kyuhyun-ah.. “ kupegang pipinya dengan kedua tanganku, menyingkirkan kantung es yang sedang dipegangnya dan mencium keningnya lama.

“ Kalau begitu, lakukan yang terbaik untukku.. “ kedua sudut bibirnya sedikit mengembang. Lalu dengan manjanya dia memelukku.

“ Kyuhyun-ah.. “ panggilnya pelan. Aku berdehem pelan untuk menjawab panggilannya itu.

“ Kau menikahiku karena kau mencintaiku kan? Bukan karena perjodohan semata? “ ya! pertanyaan macam apa itu? astaga..pertanyaan bodoh!

“ Bagaimana kalau ternyata iya? Bagaimana kalau nyatanya aku menikahimu hanya karena perjodohan semata? “ tiba-tiba gadis hijauku beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamar. Tak lama kemudian dia kembali dengan sebuah map coklat ditangannya.

“ Ceraikan aku saja.. aku tidak ingin merepotkanmu, Kyuhyun-ah.. “ MWO?!! Mataku membulat saat melihat isi map itu. surat permohonan cerai?! Ya tuhan! Apa masalah ini terlalu memebebaninya hingga membuatnya melakukan hal semacam ini?!

“ Kapan kau mendapatkan ini? “ tanyaku tak habis pikir.

“ Seminggu yang lalu. “

“ Bagaimana caranya?! “ suaraku meninggi. Dan lagi, bagaimana mungkin pengadilan memberikan surat ini dengan begitu mudahnya?!

“ Aku datang ke kantor pengadilan, berkonsultasi dan meminta surat ini. mereka sempat menolak untuk memberikannya, tapi saat aku menceritakan semuanya..mereka langsung memberikannya begitu saja. Bukankah itu berarti aku memang bukan istri yang baik? Iya kan Kyuhyun-ah? Kalau begitu, cepat tanda tangani.. “ segera kuseret tangannya, menggiringnya keluar apartemen bahkan keluar gedung.

“ Lihat ini ya.. “ ujarku. Aku mengajaknya berjongkok. Kurentangkan kertas yang sebelumnya kugulung karena menahan emosi, menyalakan pematik api yang baru saja kupinjam dari ahjussi petugas keamanan dan kemudian aku menyulutkan api diujung map berwarna coklat itu.

“ Sekali lagi, dengarkan aku. Pertama, Kantor pengadilan memberikan surat ini bukan untuk mendukungmu bercerai denganku, mereka hanya ingin kita menyelesaikan masalah yang sebenarnya tidak masalah ini setelah mendengar ceritamu itu. Kedua, kau itu ibarat tali sepatuku. Sebelum aku melepaskanmu, kau tidak akan bisa lepas dariku. Dan yang terakhir, aku sangat mencintaimu, Shin hye. Ingat itu! “ kataku ditengah kertas yang semakin habis dilahap api. Aku pun bangkit berdiri, sedangkan Shin hye tertegun memandangi abu kertas itu, tanganku yang terulur pun diacuhkan olehnya. Segera saja kuraih jemari tangannya, menariknya kedalam pelukanku.

“ Ayo masuk, kau sedang demam.. “ kami pun kembali ke dalam apartemen. Malam ini sungguh sangat dingin.

Di dalam apartemen..

“ Aku lapar.. ayo, masakan sesuatu untukku.. “ Shin hye mengangguk pasti dan mulai mengobrak-abrik isi kulkas. Wajahnya Nampak sedikit berseri. Aku duduk di meja makan. Memandangi sosoknya yang sedang sibuk melakukan berbagai hal yang bersatu dibawah kata  ‘memasak’. Setelah jarum jam berputar 360 derajat, kini semangkuk jjajangmyeon tersedia didepanku. Kepulan asap dengan aroma yang menggugah selera membuat lambungku bergetar hebat.

“ Mashita! “ seruku saat sesendok makanan favoritku itu melewati kerongkongan. Shin hye yang duduk di kursi sebelahku berjongkok diatas kursi kayu itu, menyatukan kedua telapak tangannya didepan dada dan menatapku dengan mata yang berbinar.

“ Jinja? “ tanyanya. Aku mengangguk semangat. Harus kuakui, masakannya kali ini benar-benar lezat.

“ Ne. ini benar-benar enak. Bagaimana bisa seperti ini? sebelumnya masakanmu selalu tidak berimbang dalam hal rasa.. hahaha “

“ eh? Itu..karena aku ingin membuatkan yang special untukmu..dan… “ gadis itu terlihat berpikir keras untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.

“ dan…aku ingin melakukan yang terbaik untukmu.. “ dia tersenyum lebar, membuatku merasa lega dan bisa bernafas seperti biasanya lagi.

“ Nah. Itu dia, karena kau ingin melakukan yang terbaik, maka hasilnya sangat bagus kan? “ lagi-lagi dia terlihat berpikir keras. Aku kembali menyantap makananku sambil menunggu jawabannya. Ia harus menemukan sendiri jawabannya.

“ Betul. Berarti..karena selama ini aku memasak hanya karena untuk melaksanakan tanggung jawabku..jadi rasanya biasa-biasa saja, ani..maksudku tidak enak. Lalu..untuk hal-hal yang lain juga begitu..iya kan? “ tanyanya. Aku menangguk sambil tetap mengunyah makananku.

“ Tapi..selama ini, aku belajar dan berusaha untuk mendapatkan nilai bagus..aku ingin melakukan yang terbaik untuk orang tuaku dengan memberikan nilai yang sempurna,  tapi kenapa nilai-nilaiku tidak A? tidak seperti jjajangmyeon yang tiba-tiba lezat ini saat aku mempunyai keinginan yang sama besarnya saat membuatnya..kenapa, Kyuhyun-ah? “

“ Tentu saja karena kau bodoh! Hahaha! “ Shin hye mengerucutkan bibirnya sekaligus menggembungkan pipinya itu. imut!

“ Aku mau tanya.. apa alasan dibalik keinginanmu itu? “ tanyaku. Air muka Shin hye berubah, serius tapi lembut.

“ Tentu saja karena aku menyayangi mereka.. bukankah kalau mereka senang, aku juga akan senang..dan sebaliknya..jika mereka sedih, aku juga sedih. Aku tidak mau itu. “ senyumnya..entah bagaimana aku harus menjelaskannya, yang pasti sangat teduh. Terlintas suatu pertanyaan diotakku, dan aku sungguh penasaran dengan jawaban gadis polos ini.

“ Aku mau tanya lagi.. mungkin ini bertolak belakang dari yang sebelumnya.. “ ujarku dengan nada serius. Kusingkirkan mangkuk yang sudah kosong melompong dideoanku dan merubah posisiku menjadi berhadapan dengannya.

“ Malhaebwa.. “ Shin hye tersenyum dengan amat manis. Syukurlah..she’s back.

“ Apa alasanmu bernafas? “ suaraku melemah, menandakan bahwa aku sedang serius. Shin hye mengerutkan dahinya dan menelengkan kepalanya sedikit ke kanan. Tak lama kemudian, sebuah senyum kembali mengembang diwajahnya.

“ Tentu saja kau “ jawabnya cepat. Aku? aku?! tidak boleh seperti itu. dasar bodoh.

“ Kenapa? “ tanyaku. tiba-tiba dia tersenyum lebar dan mendekatkan wajahnya kearahku.

“ Karena kau pasti tidak akan bisa bernafas jika aku tidak bernafas. Kau tidak akan bisa hidup jika dalam darah ini tidak lagi mengalir oksigen, karena kau sangat mencintaiku. Iya kan? “ mwo?! Darimana dia belajar kata-kata seperti itu?

“ Wuah, kadar narsisimu mulai melebihiku! “ elakku. Senyum dibibirnya semakin melebar dan terlihat evil. Itukan milikku!

“ Beberapa menit yang lalu, kau mengatakannya Kyuhyun-ah.. tenang saja, aku juga sangat mencintaimu. Aku akan berusaha untuk tetap bernafas, tetap mempertahankan jantung ini agar terus bisa memompa darah keseluruh tubuhku agar kau bisa hidup dengan baik. “ ucapnya semangat. Aku merasa bahagia dengan jawabannya, tapi disisi lain..itu salah. Dia todak boleh seperti itu.

“ Lalu, seandainya aku yang adalah alasanmu bernafas ini hilang.. bagaimana? “ Senyumnya terhenti seketika, lambat laun wajahnya berubah sendu. Matanya tidak berkedip sekali pun, menatapku tak habis pikir.

“ Andwae! Jangan berbicara hal yang menyeramkan seperti itu! “ gadis didepanku kembali mendaratkan bokongnya diatas kursi setelah sebelumnya berjongkok. Dia menggeleng dengan sangat kuat dan menutup matanya.

“ Itu pasti terjadi, Shin hye.. hanya masalah waktu. Cepat jawab! “ desakku. Memang benarkan? Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali ketidakabadian itu sendiri.

“ Aku..pasti tidak akan bisa bernafas dengan baik. Meskipun oksigen masih membuatku terjaga, tapi disini pasti kosong.. aku pasti akan.. “ kalimatnya terhenti. Shin hye memegang dadanya, menandakan sesuatu didalamnya akan ikut hilang jika aku menghilang. Aku tidak menyangka pertanyaanku bisa membuatnya meneteskan air mata. kalau tahu seperti ini, aku tidak akan menanyakan hal bodoh semacam itu. kuraih belakang kepalanya dan memeluknya erat.

“ Aku hanya bertanya.. kenapa sampai menangis? kau berpikir terlalu jauh.. “ ucapku pelan. Shin hye masih meneteskan air matanya dan meremas kaus oblong putih yang kukenakan.

“ Aku janji akan terus ada untuk menjadi alasanmu bernafas. Untuk saat ini, kau boleh menjadikanku sebagai alasanmu untuk bertahan hidup, tapi ketika kita punya anak..mereka harus jadi prioritasmu. Arraseo? “ gadisku pun mengangguk pelan dalam pelukanku. Tidak terasa sudah hampir jam tiga. Kami harus tidur.

Keesokan harinya..

Shin hye’s side..

Indera penciumanku merasakan sesuatu yang sangat familiar. Parfum kelas atas dengan aromanya yang elegan telah bercampur dengan udara dikamarku dan Kyuhyun ini. Perlahan, kubuka mataku. Menyesuaikan pandanganku dengan terangnya sinar matahari yang menerangi ruangan ini. Kedua bola mataku menangkap sosok Kyuhyun, suamiku yang tengah menata dasinya sambil bercemin. Dia sudah rapi dengan gaya perlentenya. Eh? Dia sudah mau berangkat kerja?! Omo! Jam berapa ini?!

Aku melonjak bangun dan menatap jam yang bertengger sempurna di dinding. Jam 7. Aku bisa telat!

“ Kyuhyun-ah..kenapa tidak membangunkanku? “ tanyaku sambil menginjakan kakiku diatas lantai. Kyuhyun menghampiriku. Tangannya yang besar dan hangat kini menjajahi kepalaku.

“ Kau tidak usah kuliah dulu. Kau belum sembuh benar.. “ ujarnya lembut. Memang iya, kepalaku masih sedikit pusing.

“ Aku sudah pesan makanan tadi.. cepat mandi, sarapan dan minum obatmu. Aku berangkat dulu ya.. “ sambungnya sambil mendaratkan ciuman hangat dikeningku. Aku mengangguk, lalu setelahnya Kyuhyun melenggang menuju pintu. Aku mengikuti langkahnya hingga sampai didepan pintu utama.

“ Hati-hati.. “ kataku sambil melambaikan tanganku. Kyuhyun tersenyum dan setelahnya dia hilang dibalik pintu. Perlahan, aku menuju dapur. beberapa jenis makanan sehat telah tersedia di meja. Kedua sudut bibirku mengembang begitu saja..

“ Kyuhyun-ah, gomawo.. “ gumamku seraya menatap pintu utama. Kutarik kursi yang terbuat dari kayu yang ada didepanku, lalu aku duduk disana dan mulai menyantap makananku. Semuanya lezat.

Ponselku berdering, melantunkan lagu kesukaanku yang berjudul ‘andante’. Aku yang sedang duduk di sofa pun langsung menghambur kedalam kamar untuk mengangkat panggilan tersebut. Layar ponsel yang berkedip-kedip itu menampilkan sebuah nama. ‘My evil’. Aku tersenyum melihatnya. segera saja kusentuh layar smart phone itu, lalu menempelkannya ditelinga kananku.

“ Yeoboseo, Kyuhyun-ah.. waeyo? “ tanyaku saat ponsel berwarna putihku telah melekat dengan posisi yang tepat ditelingaku.

“ Maaf, nyonya Cho.. “ eh? Suara yeoja? Siapa ini?!

“ Nde? Ada apa ya? “ tanyaku sopan. Otakku sibuk mengusir segala pikiran buruk yang mulai menyulut emosiku.

“ ..Direktur Cho..dia di Seoul Hospital sekarang. Tadi saat perjalanan menuju kantor, dia menabrak pembatas jalan.. “

“ mwo? “ tenagaku seolah menguap entah kemana. Apa yang terjadi dengan Kyuhyun?

“ Lalu, seandainya aku yang adalah alasanmu bernafas ini hilang.. bagaimana? “ kalimat itu berkelebat diotakku.

“ Andwae.. Kyuhyun-ah.. “ ujarku lirih. Pandanganku mulai mengabur karena air mata.

“ Aku janji akan terus ada untuk menjadi alasanmu bernafas. Untuk saat ini, kau boleh menjadikanku sebagai alasanmu untuk bertahan hidup, tapi ketika kita punya anak..mereka harus jadi prioritasmu. Arraseo? “ lagi-lagi kalimatnya semalam terngiang ditelingaku. Nafasku mulai naik turun.

“ Kyuhyun-ah.. aku tidak bisa bernafas dengan baik, Kyuhyun-ah.. Kau baru berjanji semalam.. Kau akan terus ada.. Kau akan terus ada..iya kan? “ berbagai gambaran buruk yang lebih buruk dari neraka atau apapun itu, kini bersemayam dipikiranku.  Aku bingung harus melakukan apa sekarang. Dengan sendirinya, kaki ini melangkah cepat menuju meja rias, jemari tanganku menyambar sebuah kunci mobil yang ada diatasnya. Dengan nafas yang memburu, aku melangkah menuju tempat parkir. Semua orang menatapku aneh. Tentu saja, aku berlari dengan penampilanku yang masih terbalut piyama, sandal rumah dan air mata yang mengalir.

Kutancap gas dalam-dalam, membelah keramaian kota Seoul dipagi menjelang siang ini. Sebuah gedung bertajuk ‘Seoul hospital’ tampak dari kejauhan. Kuarahkan terus kendaraan beroda empatku menuju gedung itu. Saat sampai, segera kuinjak rem dalam-dalam, keluar dari mobil dan melesat kedalam, tak peduli dengan orang-orang yang meneriakiku karena aku memarkirkan mobilku tepat didepan pintu masuk.

Ternyata Ahra eonni dan suaminya telah menungguku di lobby. Dia dan suaminya segera mengantarku kesebuah ruangan di lantai tiga.

Aku melangkah perlahan menuju tempat Kyuhyun berbaring sekarang. Bayangan-bayangan menyeramkan diotakku semakin menjadi.

“ Kyuhyun-ah.. “ panggilku lirih. Tubuhku bergetar menahan tangis. Pria itu diam. matanya terpejam. Aku memang menyukai wajahnya saat sedang tidur, tapi sungguh..aku benci melihatnya seperti ini sekarang.

“ Kyuhyun-ah.. ireona.. “ kubenamkan wajahku ditanganku yang bertopang pada kasur berlapiskan sprei berwarna putih.

“ Kyuhyun-ah.. aku benar-benar tidak bisa bernafas dengan baik sekarang.. “

Kyuhyun’s side

Aku mendengar derap langkah kakinya yang terburu-buru. Nafasnya yang tidak beraturan dan isakannya sungguh menganggu konsentrasiku yang sedang berusaha memejamkan mata senormal mungkin.

“ Kyuhyun-ah.. “ panggilnya lirih. Apa dia sangat mengkhawatirkanku?

“ Kyuhyun-ah.. ireona.. “ kurasakan sebuah sentuhan dilengan kananku. Itu pasti rambutnya. Apa yang sedang dia lakukan? Aku ingin sekali membuka mataku sekarang, tapi sejak tadi ada yang mencubit lenganku yang satunya. Ahra noona pastinya.

“ Kyuhyun-ah.. aku benar-benar tidak bisa bernafas dengan baik sekarang.. “ ini tidak bisa dilanjutkan. Bisa-bisa gadis hijauku berteriak nanti. Kubuka mataku dan langsung menangkap sosoknya yang tengah duduk disampingku sambil membenamkan wajahnya dilipatan tangannya yang ada diatas kasurku.

“ Ya. Apa yang membuatmu tidak bisa bernafas dengan baik? “ Shin hye segera mengangkat wajahnya, terkejut dengan suaraku.

“ Neo.. Aku.. Kau.. “ ucapnya tersendat-sendat. Sekhawatir itukah dia hingga tidak bisa menyelesaikan sebaris pun kalimat yang ada diotaknya?

“ Apa? “ dia mengatur nafas dan emosinya. Wajahnya sekarang sungguh-sungguh menyayat hati, membuat siapa saja yang melihatnya merasa iba dan ingin memeluknya.

“ Gw..gwaen..chana? “ tanyanya sambil membersihkan wajahnya dari air mata yang bercampur dengan keringat diwajahnya dengan menggunakan telapak tangannya. Aku pun tersenyum, dan mengankat tangan kananku.

“ Ne. Hanya jari kelingkingku yang patah. Uljima.. aku baik-baik saja. Kau lihat kan? “Shin hye mengahmbur kepelukanku. Ia masih saja menangis sesenggukan. Kuusap punggung juga belakang kepalanya.

“ Kau keterlaluan, noona.. kau lihat? Dia tidak bisa berhenti menangis. bagaimana ini? “ tanyaku. Ahra noona hanya tersenyum puas seraya menepuk-nepuk kepala Shin hye.

“ Kalian..sekongkol? “ gadis hijauku melepaskan diri dari pelukanku, menatap sendu kearahku dan Ahra noona.

“ Mian.. “ sahut Ahra noona. Air mata Shin hye kembali mengalir.

“ Jahat. Nappeun eonni! “ teriaknya seperti anak kecil. Heechul hyung terkekeh melihat Shin hye. Tidak istri tidak suami, dua-duanya senang mengerjai Shin hye. Grr >,<

“ Bagaimana kau bisa menabrak pembatas jalan? “ tanya Shin hye yang sudah sedikit tenang. Aku baru sadar, penampilannya kacau. Dia bahkan masih memakai piyama dan sandal rumah. Aku juga berani jamin kalau dia belum menyisir rambutnya. Ish!

“ Aku ketiduran.. “ jawabku santai.

“ Bagaimana bisa kau ketiduran? Kau tidur jam berapa? “ aish! Noona bodoh! Sudah kubilang jangan membahas hal ini.

“ Jam tiga.. “ sahutku santai. Kuharap Shin hye yang baru sembuh dari syndrome husband blues-nya (?) itu tidak bepikiran runyam lagi. Belakangan ini sel-sel otaknya bekerja dengan baik, dia bisa mengatakan hal-hal yang sungguh ajaib seolah dia adalah orang yang berbeda. Bukan gadis bodoh. Kuharap dia sudah kembali bodoh sekarang.

“ Aish.. Kenapa sampai tidur jam tiga?! Dasar bodoh! Sudah tahu kau harus berangkat pagi! “ Ahra noona mendaratkan kepalan tangannya dipuncak kepalaku. Aku menatapnya dengan tatapan ‘ apa kau tidak bisa diam?! ‘. Kualihkan wajahku kearah Shin hye. Dia menunduk. Aish.. noona! Seharusnya tadi kujahit dulu mulutmu itu!

“ Itu..gara-gara aku.. Mianhae.. jeongmal mianhae.. “ ia menundukan kepalanya semakin dalam, dan..bahunya bergetar. Hey..dia kenapa?

“ Eh? Ng..eonni tidak bermaksud menyalahkanmu, Shin hye.. “ Ahra noona memeluk Shin hye, sedangkan gadisku itu masih sesenggukan. Tunggu. Ada yang aneh. Matanya…kosong. Isakannya semakin parah, matanya hampir tak berkedip dan ia menerawang entah kemana dengan tatapan kosongnya.

Jantungku berdegup cepat melihat Shin hye sekarang. Ia menggelengkan kepalanya sambil terus mengatakan “ Andwae.. “. Apa yang dia pikirkan?

“ Shin hye.. “ dia tidak menggubris panggilanku, bahkan mungkin dia tidak mendengarnya. Ahra noona melepaskan pelukannya dan memegang bahu Shin hye dengan kedua tangannya, mensejajarkan wajah mereka.

“ Shin hye.. kau kenapa? “ suara Ahra noona melembut, tapi wajahnya panik.

“ Ya, Shin hye. Jangan berpikiran aneh. Kyuhyun baik-baik saja. “ Heechul hyung ikut menenangkan Shin hye yang semakin bergetar hebat.

“ Andwae, Kyuhyun-ah.. “ ujar Shin hye, lirih. Astaga, otaknya masih berfungsi dengan ‘baik’. Aku turun dari tempatku dan langsung menarik gadis hijauku kedalam pelukanku.

“ Ya. Aku baik-baik saja. Kau berpikir terlalu jauh lagi. “ aku mencoba menenangkannya, tapi Shin hye masih menangis.

“ Kyuhyun-ah..mianhae..aku menyusahkanmu lagi.. “ sahutnya lirih. Akhirnya setelah cukup lama dia sibuk dengan pikirannya dan mengacuhkanku, kini dia memelukku erat dan bersuara lagi.

“ Lupakan, Shin hye.. toh aku baik-baik saja sekarang. “ gadis ini mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya. Dia sangat takut kehilangan ‘alasannya untuk bernafas ini’. Aku tersenyum. Sungguh, aku tidak berniat mengerjainya hingga seperti ini. ini semua diluar dugaanku.

= = =

Langit sudah berwarna jingga dan aku akan pulang saat ini. Shin hye sibuk membereskan semua barang-barangku dan tidak membiarkanku membawa sehelai kain pun.

“ Sudah, aku saja yang bawa tasnya. Itu berat. “ aku mencoba merebut tas kerjaku yang berisi berbagai jenis file yang jumlahnya tidak sedikit, tapi Shin hye menyembunyikannya dibelakang punggungnya.

“ Jangan. Biar aku yang bawa. Kau jalan saja yang benar. Cepat!! “ titahnya dengan galak. Cih! Terserah. Lagi pula itu bagus, aku seperti raja saja sekarang. Hahaha KingKyu. Khu khu khu.

Shin hye berjalan didepanku menuju mobilnya. Saat aku ingin membuka pintu, dia melarangku. Ada apa dengannya?

“ Ya! Jangan berlebihan! “ teriakku, sewot. Dia melirikku tajam lalu dengan serabutan membuka pintu tengah, meletakan seluruh barang bawaanku disana. Dia berlari kecil lalu menyeretku ke sisi kanan mobil. Masih dengan gandengannya, dia membuka pintu mobil dan menyuruhku duduk.

“ Ya. Kenapa aku harus duduk disini? Aku kan yang harusnya menyetir! “ protesku. Shin hye mengangkat lengan kananku dan menunjukan jari kelingkingku yang terbalut perban.

“ Kau bisa menyetir dengan keadaan seperti ini? “ tanyanya seolah aku habis kehilangan lenganku. Ayolah, hanya jari kelingking. Kenapa dia berlebihan sekali?

“ Aish! Sudah kubilang, jangan berlebihan! Assh! Mobilku hancur dan sekarang istriku sangat berlebihan! AKH!! “ aku mengacak rambutku frustasi.

“ Mwo?! Mwo?! Mwo?! “ tanyaku emosi saat mendapati Shin hye yang sedang menatapku datar. Ia masih bediri disamping pintu sedangkan aku sudah duduk.

“ Pabo! Kau tahu? Kelingkingmu yang kecil ini lebih berharga dibanding mobilmu itu. “ ujarnya sambil mencondongkan tubuhnya kearahku. Tangannya beralih ke pelipisku, mengusap perlahan lukaku yang sudah ditempeli plester itu.

“ Aish..wajah suamiku jadi ada cacatnya.. Tenang, akan aku carikan obat yang bisa menghilangkan bekas lukanya. “ ujarnya lagi seraya tersenyum. Aku menatapnya jengah.

“ Shin hye. Kau sungguh berlebihan. “ kuraih seat-belt yang masih melekat sempurna disisi dalam mobil, disamping kursiku. Tapi lagi-lagi, sebuah tangan menahanku.

“ Ya! Hentikan! Aku bukan anak kecil! “ omelku saat si gadis hijau nan bodoh ini mengenakan seat-belt itu padaku. Aku bisa melihat wajahnya dengan jelas dari jarak sedekat ini, membuatku tersenyum dengan sendirinya.

Cup.

Kucium pipinya dengan cepat. Ia menatapku garang sambil memegangi pipinya, sepertinya menutupi rona-rona merah muda yang mulai muncul diwajahnya.

“ Wae? “ tanyaku cuek. Shin hye menatapku sebentar lalu mundur, menutup pintu mobil disebelahku kemudian berjalan ke sisi mobll yang satunya.

“ Kajja. “ Shin hye menginjak pedal gas mobilnya, dan kami pun mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Saat sampai di apartemen, dia kembali melarangku membawa sesuatu. Aigo~ aku malu. Orang-oang menatapku bingung. Disaat Shin hye sibuk dengan berbagai barang bawaannya yang hampir menghalangi pandangannya, aku malah hanya menyembunyikan tanganku didalam saku celana. Orang-orang pasti bepikir aku ini suami yang suka mengeksploitasi istrinya. Aish~

“ Kau mau minum apa? “ tanyanya saat kami sudah didalam apartemen.

“ Ng..teh hangat saja. “ jawabku sambil merebahkan tubuhku di sofa. Tak lama kemudian, Shin hye datang dengan secangkir teh dilengkapi dengan kepulan asap diatasnya. Eh? Hanya satu?

“ Hanya satu? “ tanyaku sambil menegapkan posisi dudukku. Shin hye mengangguk pasti, duduk disampingku lalu meniupi teh dicangkir yang ada ditangannya.

“ Nah, ayo minum.. “ mwo? Minum pun harus dibantu olehnya? Aish~ jinja!

“ Aku bisa sendiri, Shin hye. “ dia menggeleng dan tetap menyodorkan tepian cangkir berwarna putih itu ke bibirku. Terpaksa, aku pun meneguk cairan beraroma terapi itu. setelah menghabiskan secangkir teh special itu, aku beranjak ke kamar dan kembali ke sofa dengan PSP ditanganku.

“ YA! Kau mau apa?! Main PSP?! “ omelnya sambil berkacak pinggang. Aku mengangguk cuek lalu menekan tombol power untuk menghidupkan PSPku.

“ YAK! “ pekikku saat dengan secepat kereta, PSPku beralih tangan. Shin hye duduk merapat kearahku seraya menyembunyikan PSP limited edition itu dibelakang punggungnya.

“ Kau yang mengatur, aku yang mainkan. “ ujarnya. Kedua tangannya mulai memegang kedua sisi PSPku dan ia menunggu aba-abaku. Lagi-lagi aku hanya bisa menatapnya jengah.

“ Kau mau main tidak? “ tanyanya polos. Aku mengangguk sambil tersenyum evil. Lihat saja, aku tidak akan membiarkanmu bermain dengan mudah.

“ Dengar ya, setiap kali kau salah melakukan perintahku, aku akan mencium pipimu sekali. “ Shin hye mendelik.

“ Tidak sanggup kan? “ tanyaku berbisik ditelinganya.

“ Ayo, mulai! “ tantangnya. Cih! Keras kepala. oke. Langkah pertama adalah, memilih tipe permainan yang paling sulit. Expert. Hahaha dia pasti kewalahan.

“ Itu! cepat tembak! “ titahku sambil menunjuk-nunjuk layar PSP. Tangan Shin hye sibuk memencet tuts tapi tidak beraturan.

“ YA! “ bentakku. Ini baru level satu, dan dia sudah mengulang sembilan kali.

“ Aish! “ keluh Shin hye.

Cup.

Entah sudah berapa kali aku mencium pipinya. Shin hye sendiri hanyut dalam rasa penasarannya yang tidak bisa menyelesaikan level permainan ini sehingga dia tidak menghiraukanku.

“ OMO?! Dasar pabo! “ pekikku. Lagi-lagi dia membuat karakter utamaku mati konyol.

Cup.

“ Akh! Ini sangat sulit Kyuhyun-ah! “ keluhnya putus asa.

“ Ulang lagi. aku penasaran, kenapa kau sulit sekali menamatkan level ini? ini level satu! Sebenarnya kau ini sebodoh apa sih? aish~ “ omelku. Dengan malas, Shin hye kembali mengulang permainannya.

“ Ya. YA! Kau! Kenapa diam sa—“ dia tertidur. Lucu sekali.

“ Lelah kan? makanya jangan belebihan. “ gumamku sambil..cup. aku mencium pipinya lagi. Tentu saja, bukankah dia baru saja membuat karakter game-ku mati sia-sia lagi? hahaha

“ Ng? Ah! Maaf. Ayo lanjutkan lagi~ “ tiba-tiba dia melonjak bangun dan kembali menggenggam PSPku dengan erat. Tangannya kembali menekan-nekan tuts-tuts PSPku, tapi semakin lama gerakannya melambat dan dia kembali tidur.

“ Jaljayo.. “ bisikku sambil mengambil alih PSP berwarna hitam itu dan meletakannya dimeja. Kupeluk istriku ini dan ikut tertidur bersamanya.

END—

Annyeong, readers! Semoga gak bosen ya ngeliat FF author lagi. hehe

Makasih udah mau baca sampai selesai dan maaf kalo FFnya kurang menarik. jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya ^^

Sekali lagi.. Gomawo.. *bow bareng KyuHye*