You Change My Life [7/?]

YOU CHANGE MY LIFE CHAPTER 7

Author  : Kang Ha Gun

Title       : You Change My Life

Cast       : Seo Ji Young (OC)

Cho Kyuhyun

Park Jungsoo as Park-euisa

And many others

Genre   : Rommance, friendship, angst, tragedy

Rated    : PG-13

Length  : Chaptered

Annyeong, yeorobeun… Jeongmal mianhae lanjutan buat ff You Change My Life lama. Hehe. Semoga kalian masih ingat ya sama jalan ceritanya. Sekali lagi, neomu neomu neomu mianhae *bungkuk bareng all cast*

When I feel lonely in this silent world

When there is no ones beside me

He comes to me and without permission, he changes my life

Makes me realize my true feeling

That I have already fell for him…

 

Suara elektrikardiograf yang bising mengganggu pendengaranku. Kukumpulkan segenap tenaga untuk membuka kedua kelopak mataku. Cahaya yang silau segera menyerang mataku begitu aku membuka mata dan membuat kepalaku terasa sakit lagi.

“Young-ah, gwaenchanayo?” Tanya seseorang yang suaranya terdengar familiar di telingaku. Kubuka kembali mataku yang tadi sempat tertutup lagi akibat silau.

“Kyu… ah?” rintihku dengan suara lemas.

“Young-ah ireona. Ne, ini aku,” kata Kyuhyun. Kulihat ekspresinya yang khawatir, lalu aku menengok ke kiri dan ke kanan untuk melihat tempat dimana aku berada. Suara elektrikardiograf yang tadi membangunkanku terletak di meja di sampingku, begitu pula dengan penyangga infuse, kamar bercat putih pucat serta ranjang khas rumah sakit. Ah, kini aku tahu dimana aku berada.

“Kenapa aku bisa ada disini?” tanyaku tidak mengerti.

“Aissh… tidak usah pikirkan itu dulu. Sekarang yang penting bagaimana keadaanmu? Ah, biar kupanggilkan Park-euisanim saja,” ujar Kyuhyun dan segera memencet bel di samping tempat tidurku. Tidak lama kemudian, datanglah Park-euisanim beserta seorang suster.

“Ah, kau sudah bangun rupanya, Ji Young-ah. Biar kuperiksa kondisimu sekarang,” ucap Park-euisanim. Lalu ia menempelkan stetoskopnya dan memeriksa kondisi detak jantungku, juga dengan senternya ia menerangi mataku, memeriksa apakah rangsangan yang diberikan oleh bola mataku.

“Apa kau tidak minum obatmu kemarin? Kenapa kau juga membiarkan perutmu kosong? Apa kau tidak sadar akan penyakitmu?!”

“Penyakit apa? Memangnya gadis ini kenapa, Euisanim?” potong Kyuhyun dengan kening berkerut. Park-euisanim menatapku dan dengan tatapanku juga aku mengisyaratkannya agar jangan memberitahu Kyuhyun masalah penyakitku.

“Sudahlah, yang penting kondisinya baik-baik saja saat ini. Tolong jaga Ji Youngie baik-baik, Kyuhyun-ah. Aku masih ada pasien,” ucap Park-euisanim dan segera berlalu keluar ruangan bersama sang suster. Hampir saja. Meskipun tadi Park-euisanim kelihatan sedikit kesal, namun ia masih mau membantuku merahasiakan masalah penyakitku. Aku tidak mau orang lain mengetahui aku menderita penyakit kanker stadium akhir yang sudah tidak dapat disembuhkan kecuali aku mengalami mujizat.

“Kau merahasiakan sesuatu dariku?” selidik Kyuhyun seraya berjalan mendekatiku dengan wajah serius.

Aku pun gugup. “A…aniyo,” aku berbohong.

“Jangan berbohong padaku,” ucapnya dengan penekanan.

“Aku tidak bohong! Tadi Park-euisanim sendiri yang bilang aku tidak kenapa-napa.”

“Lantas kenapa aku menemukanmu pingsan di rumahmu?”

“Itu…aku hanya terlalu lelah kemarin. Seperti yang Park-euisanim bilang, aku membiarkan perutku kosong kemarin. Karena itu aku pingsan,” jawabku dengan ekspresi bohong yang nyaris sempurna. Hening. Tidak ada kata dari Kyuhyun.

“Kyu-ah, goma…” tiba-tiba Kyuhyun memelukku.

“Jangan pernah membuatku cemas lagi. Kau tidak tahu betapa takutnya aku melihatmu pingsan waktu itu? Jantungku serasa berhenti berdetak melihatmu tergeletak tidak sadarkan diri di lantai,” ujar Kyuhyun sambil memelukku erat.

“Mianhae. Jeongmal mianhae karena sudah membuatmu cemas,” lagi-lagi air mataku menetes. Gomawo, Kyu-ah. Gomawo telah mencemaskanku sampai seperti ini. Gomawo telah menyelamatkanku dan membawaku ke rumah sakit. Gomawo untuk perhatianmu. Aku menangis terharu dan bersyukur. Setidaknya aku tidak benar-benar sendiri di dunia ini. Masih ada Kyuhyun yang menemaniku.

Tiba-tiba Kyuhyun melepaskan pelukannya, menarik kepalaku dan mengecup bibirku lembut. Tubuhku terasa seperti dialiri listrik berjuta volt seketika dan aku hanya mampu terpaku. Kemudian Kyuhyun menarik dirinya kembali.

“Berjanjilah jangan pernah seperti ini lagi. Jangan pernah sakit dan membuatku cemas lagi,” ujarnya. Aku menatapnya sedih. Tidak bisa, Kyu. Aku sudah terlanjur sakit.

“Nde,” dalam hati aku menangis karena tidak dapat memenuhi janjiku. Lalu aku menyadari sesuatu. “Kau belum pulang ke rumah sejak kemarin?” tanyaku terkejut karena melihat ia yang masih mengenakan pakaiannya yang kemarin.

Kyuhyun menggeleng. “Isshh… kau ini jorok sekali. Pantas saja begitu aku bangun tadi, aku mencium bau yang tidak sedap. Sekarang pulanglah, ppali. Jangan sakiti indera penciumanku dengan bau tubuhmu yang belum mandi itu,” kataku lemah namun dengan nada memarahi.

“Shireo. Kalau aku pulang, siapa yang akan menjagamu?” tolak Kyuhyun sambil menggenggam tanganku dan menatapku tajam.

 

Ya Tuhan, khamsamnida telah memberiku Kyuhyun sebagai teman yang sangat perhatian padaku, dalam  hati aku bersyukur. “Pulanglah, Kyu. Aku baik-baik saja disini. Kau membutuhkan istirahat saat ini,” ucapku lembut sambil mengelus pipinya, yang membuatku hatiku berdetak cepat saat melakukannya.

“Arraseo. Aku akan pulang untuk mandi, lalu aku kembali lagi kesini.” Dengan tatapan sendunya, ia menatapku.  Aku hendak membuka mulut untuk protes, tapi Kyuhyun buru-buru mencegahku. “Tidak ada protes. Aku akan bolos sekolah hari ini. Kau jaga baik-baik dirimu sampai aku datang, arrachi?” titahnya sambil mengelus punggung tanganku yang masih menempel di pipnya dan melepaskannya perlahan.

Aku menatapnya yang sedang berjalan keluar hingga menghilang di balik pintu. Segera kupegang dadaku yang masih bergemuruh akibat perlakuannya tadi. Kyuhyun yang selama ini aku kenal dengan sifatnya yang menyebalkan dan pemarah, kini menunjukkan sifat aslinya yang lembut dan penyayang. Baru kusadari sikapnya yang selama ini selalu memperhatikanku dan melindungiku tanpa kuminta. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Kenapa selama ini mataku tertutup oleh masalah Kibum dan Jongwoon?

Kenapa? Perasaan apa lagi ini? Tidak, aku tidak boleh menyukai apalagi mencintai Kyuhyun. Aku harus sadar diri akan batas umurku. Tapi kenapa akhir-akhir aku selalu teringat akan dirinya? Selalu ingin bertemu dengannya dan melihat wajahnya? Sikapnya yang manis walaupun menyebalkan, senyumnya serta pandangannya yang teduh yang menenangkan jiwaku, kenapa aku selalu merindukan semua itu?

Kusentuh bibirku, kenapa tadi ia menciumku? Kenapa tiba-tiba ia memelukku dengan cemasnya? Kenapa selama ini ia begitu baik padaku? Kumohon Kyu-ah, jangan buat aku jatuh cinta padamu. Jangan membuatku untuk mengharapkan hal semacam cinta lagi atau hatiku akan semakin sakit.

Aku terkejut melihat pintu yang terbuka secara tiba-tiba. Masuklah Park-euisanim dengan nampan berisi makanan di atasnya. “Bagaimana keadaanmu?”

“Nan gwaenchana, Euisanim. Khamsamnida telah merawatku,” ujarku.

Kembali ia tersenyum, memperlihatkan lesung pipi di wajahnya. “Igeon, makanlah. Kau butuh makan untuk mengisi perutmu yang kosong itu,” kata Park-euisanim seraya meletakkan nampan berisi semangkuk bubur, segelas air putih, dan obat-obatan di atasnya.

Dengan lemah, kuambil mangkuk itu dan menyuapkan sesendok bubur ke mulutku. “Eo, bagaimana dengan keadaan Kyuhee, Euisanim? Apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah sadar?” tiba-tiba aku teringat akan Kyuhee.

“Anak itu baik-baik saja. Ia sudah sadar tadi pagi,” Park-euisanim masih juga bersikap dingin yang membuatku menjadi serba salah. Kenapa dia? Apa dia tidak suka melihatku masuk rumah sakit lagi?

“Euisa…”

“Kemana orangtuamu? Kenapa Kyuhyun bisa membawamu kemari?” potongnya.

“Mereka sedang di luar kota. Dan… Kyuhyun melihatku pingsan di rumah,” jawabku sekenanya.

“Kalau begitu aku akan menelepon mereka,” ujarnya sambil bangkit berdiri dari duduknya.

“A… jangan, Euisanim. Jebal, jangan lakukan itu. Aku tidak mau mereka mengetahui aku masuk rumah sakit lagi. Mereka sudah cukup stress akhir-akhir ini. Aku janji aku akan sembuh sebelum mereka pulang,” buru-buru aku menahan lengan Park-euisanim. “Jebal….” pintaku lagi melihat euisanim yang masih bimbang.

Park-euisanim menatapku sejenak dan menghembuskan nafas berat. “Baiklah,” katanya pada akhirnya. “Aku akan membiarkanmu lolos lagi kali ini.”

Aku tersenyum. “Gomawo, Euisanim.” Ia pun mengangguk dan hendak keluar. Tetapi buru-buru kutahan lagi lengannya. “Eeng… Euisanim, Kyuhyun… apa kau sudah memberitahunya mengenai penyakitku?” tanyaku, berharap semoga jawabannya tidak.

Ia pun menggeleng dan membuatku lega. “Tidak, sesuai permintaanmu, aku belum menceritakan penyakitmu padanya,” jawabnya pelan. Seketika aku pun tersenyum lega.

“Jeongmal gomawo, Euisanim. Jeongmal gomawo karena…”

“Ji Young-ah, berhentilah mengucapkan gomawo padaku. Aku sudah menganggapmu sebagai dongsaengku sendiri, jadi sudah sewajarnya aku membantumu,” sahutnya keras yang membuatku terkejut.

“Ne, Euisa, goma… emm maksudku, arraseo,” kataku sambil memeras selimutku.

“Karena itu jagalah dirimu baik-baik. Aku tidak bisa melihat dongsaengku terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit seperti ini. Aku ingin melihatmu bisa menjalani hidupmu dengan normal sama seperti gadis lainnya,” ucap Park-euisanim yang membuatku bahagia. Bahagia mengetahui ada satu orang lagi yang sungguh-sungguh memperhatikan dan menyayangiku.

“Euisanim, bolehkah aku memelukmu?” tanyaku. Saat ini aku benar-benar bahagia karena sudah memiliki seorang oppa, kakak yang baik hati dan tulus menyayangiku dan bisa kujadikan sebagai tempat bersandar. Park-euisanim pun tersenyum dan memelukku. Aku memejamkan mataku, merasakan ketulusan disana. Merasakan kehangatan, semangat, dan sikap positifnya.

“Euisanim, mianhae, tapi aku benar-benar ingin mengatakan ini. Jeongmal gomawo untuk kebaikanmu,” ucapku tulus sambil melepaskan pelukannya.

“Ne, cheonmanaeyo, Ji Young-ah,” balasnya sambil menampilkan senyum malaikatnya yang membuat hatiku tambah terasa hangat dan mengelus kepalaku. Tuhan, terima kasih. Di saat orang-orang menjauhiku, di saat itu pula Engkau memberiku orang lain sebagai gantinya.

***

Sepi. Kini Park-euisanim telah kembali ke ruangannya untuk bekerja, sementara Kyuhyun belum datang. Aku tahu aku masih belum boleh turun dari tempat tidur, tapi aku benar-benar ingin melihat keadaan Kyuhee saat ini. Setidaknya aku ingin memastikan dengan kedua mataku bahwa anak itu baik-baik saja.

Akhirnya aku pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar sambil menyeret penyangga infuse. Kurasakan badanku yang masih lemas, namun kupaksakan kakiku untuk terus melangkah. Cukup banyak orang berlalu lalang di rumah sakit ini dan aku pun bertanya pada seorang suster dimana kamar tempat Kyuhee rawat. Berbekal petunjuk dari sang suster, aku pun berjalan menuju kamar Kyuhee.

Menyedihkan memang, melihat Kyuhee harus kembali ke rumah sakit lagi padahal baru beberapa hari ia pulang ke rumah. Melalui pintu yang sedikit terbuka, aku melihat Kyuhee yang saat ini tertidur di atas ranjangnya beserta Cho amma di sampingnya yang setia menemaninya.

Aku tidak mau mengganggu ketenangan mereka, karena itu kututup kembali pintu dengan perlahan dan berjalan kembali ke kemarku, dengan perasaan lega tentunya karena Kyuhee baik-baik saja.

Ketika aku melewati ruang tunggu, tidak sengaja aku melihat TV yang sedang menyala dan menyiarkan berita. Seketika mataku membulat melihat siaran itu. Bukan karena apa yang diberitakannya, melainkan karena tanggal yang tertera di layar. 23 November. Itu berarti hari ini… hari ulang tahunku!

Aku terpana. Begitu sibuknyakah aku memikirkan penyakit ini dan teman-temanku, sampai-sampai aku melupakan hari ulang tahunku sendiri? Tapi bagaimana dengan yang lain? Keluargaku… teman-temanku… apa mereka ingat hari apa sekarang ini? Dalam termangu, kulangkahkan lagi kakiku menuju kamar dan berusaha menghapus ingatan akan hari ulang tahunku kali ini.

Ketika aku sampai di depan pintu kamarku, tiba-tiba saja Kyuhyun keluar dari dalamnya. Aku tersentak. “Kyu? Neo…? Cepat sekali?” tanyaku kaget melihatnya yang sudah kembali lagi, padahal belum ada 2 jam sejak ia pulang tadi.

“Tentu saja,” jawabnya singkat. “Lalu kau sendiri? Baru aku tinggal sebentar kau sudah keluyuran lagi? Issh… dasar kau ini. Tidak bisakah kau diam untuk sebentar saja?” semburnya padaku. Aku tersenyum. Ini dia Cho Kyuhyun. Dia sudah kembali menjadi cerewet dan ketus lagi. Dan aku juga telah melihatnya dengan wajah yang lebih segar dibanding 2 jam yang lalu. Kini ia mengenakan jeans abu-abu tua, kemeja kotak-kotak biru-putih yang dibalut sweater abu-abu, dan jaket biru tua dengan sepatu berwarna senada. Wangi tubuhnya yang khas, menusuk indera penciumanku.

“Yaa, kenapa kau malah senyum-senyum seperti itu? Kajja, kita masuk. Kau harus istirahat lagi,” ajaknya dan mengambil alih penyangga infuse yang kupegang sembari memapahku masuk kamar.

Langkahku berhenti begitu sampai di samping ranjang. “Aku sudah cukup istirahat semalam, jadi aku belum lelah saat ini. Kau saja yang istirahat di situ, Kyu,” ujarku menawarkan.

“Yaa, kau itu sedang sakit, jadi kau membutuhkan lebih banyak istirahat dari pada aku. Tenang saja, aku bisa istirahat di sofa nanti,” sahutnya dengan nada tinggi. Mau tidak mau, aku pun naik ke atas ranjang. Kyuhyun lalu menyelimutiku dengan protektif, seakan penghangat ruangan di kamar ini sudah rusak.

“Yaa, apa kau mau membuatku mati kepanasan karena selimut ini, eo?” keluhku sambil membenarkan selimut. Kyuhyun hanya menatapku ketika aku membenarkan letak selimutku.

“Apa kau sudah makan tadi?” tanyanya perhatian setelah melihatku mendapat posisi yang nyaman.

“Mm,” jawabku sambil mengangguk.

“Bagaimana dengan orangtuamu? Apa kau sudah memberitahu mereka kalau kau sakit?” tanyanya lagi.

Aku terdiam sejenak, kemudian menggeleng pelan. “Ani, aku belum memberitahu mereka.”

Kening Kyuhyun pun berkerut. “Lalu bagaimana dengan teman-temanmu? Adakah…”

“Kyuhyun-ah, bolehkah aku minta satu hal darimu?” tanyaku memotong pertanyaannya.

Lagi, Kyuhyun mengerutkan keningnya. “Ne. Wae?”

“Kumohon, jangan beritahu siapa-siapa kalau aku sakit. Siapapun itu, entah itu keluargaku, teman-temanku, ataupun keluargamu,” pintaku dengan wajah sendu. Sedangkan wajah Kyuhyun berubah menjadi terkejut.

“Mwo? Wae?”

Aku menggeleng sambil menunduk, menatap selimut. “Tidak apa-apa.”

“Kalau begitu aku juga tidak mau melakukannya,” kata Kyhyun lalu melipat kedua tangannya di depan dada. “Kecuali kau mau memberitahukan alasannya padaku kenapa kau tidak ingin seorang pun tahu kalau kau sakit.”

Aku menghembuskan nafas berat dan menunduk. “Aku…hanya tidak ingin merepotkan mereka. Eomma sudah cukup cemas dengan kondisi halmoni, begitu pula dengan keluargamu. Sementara teman-temanku, biarlah mereka berkonsentrasi untuk ulangan nanti dibanding harus memikirkan kondisiku yang seperti ini,” jelasku memberi alasan. Tidak cukup kuat memang, tapi kuharap Kyuhyun bisa mengerti.

“Lalu apa kau sudah bicara dengan Park-euisanim? Apa yang dikatakannya tentang penyakitmu?” Kyuhyun masih saja curiga mengenai penyakitku. Kumohon Kyu, jangan membuatku mengatakan masalah penyakitku lagi. Aku sudah lelah.

“Seperti yang dikatakannya tadi, aku hanya kelelahan saja…”

“Hanya itu? Tapi ini tidak terlihat seperti hanya seperti itu. Kalau hanya seperti itu, kenapa kau mati-matian ingin menyembunyikan kalau kau sakit?” potong Kyuhyun tidak percaya dengan jawabanku. Aku hendak mengelak lagi namun kembali Kyuhyun berbicara. “Sekarang jujurlah padaku. Ada apa denganmu? Ini sudah kedua kalinya aku melihatmu pingsan, dan ketika kita hendak pulang dari panti asuhan waktu itu…”

“Sudah kubilang aku tidak apa-apa…”

“Kenapa? Kenapa kau masih saja menutupinya dariku? Apa aku ini orang yang tidak bisa dipercaya? Apa aku ini…”

“Lalu apa yang kau inginkan? Apa kau benar-benar menginginkan aku agar sakit?” teriakku frustasi. Sontak Kyuhyun terdiam mendengar pertanyaanku. Mataku memanas, nafasku memburu,  namun aku tidak ingin menangis saat ini. Aku tidak mau ada air mata di hari ulang tahunku ini.

“Bu… bukan itu maksudku,” buru-buru Kyuhyun menjelaskan kesalahpahamanku. “Aku hanya merasa selama ini ada yang kau sembunyikan dariku. Aku hanya ingin kau lebih terbuka padaku dan menganggapku lebih dari seorang yang selama ini selalu mengganggumu.”

Mataku tambah memanas mendengar penuturannya. Sekuat mungkin kukontrol emosiku agar tidak menangis. Kyu-ah, maksud baikmu ini, aku tidak akan pernah melupakannya. “Ne, aku mengerti. Geokjeongma, aku tidak apa-apa dan ne, lain kali aku akan lebih terbuka padamu,” kataku dengan ekspresi ‘baik-baik saja’ yang nyaris sempurna.

Kyuhyun pun tersenyum mendengar ucapanku. “Nde, kalau begitu aku juga tidak akan memberitahu siapa-siapa kalau kau sakit,” ucapnya. Aku mengangguk dan kemudian berbaring kembali setelah tadi sempat terbangun karena berdebat. Begitu pula dengan Kyuhyun yang duduk di samping ranjangku.

Setelah perdebatan yang cukup seru tadi, kini keheningan menyelimuti kamar ini. Sejak tadi, Kyuhyun hanya memandangiku sambil menggenggam sebelah tanganku. Entah kenapa, tapi saat ini aku terbius dengan pandangannya. Sekali-kali, aku memainkan genggamannya dan hanya menatapnya tanpa suara. Perasaan apa ini? Kenapa lagi-lagi jantungku berdebar tidak karuan lagi? Kenapa aku menyukai sentuhannya di tanganku? Kenapa aku menyukai tatapannya yang menatapku saat ini?

“Kyu-ah, bolehkah aku minta satu hal lagi padamu?” tanyaku sambil memainkan genggamannya lagi. Kyuhyun yang dari tadi hanya terdiam pun tersentak mendengar suaraku.

“Ne. Waeyo?”

“Bisakah kau temani aku ke suatu tempat nanti malam?” tanyaku tanpa melihat matanya.

“Andwae. Kau itu harus banyak istirahat, Young-ah.” Kata Kyuhyun sambil menekankan kata ‘istirahat’.

“Tapi tempat ini masih di rumah sakit ini. Dan aku ingin mengatakan sesuatu padamu disana. Aku janji tidak akan lama,” pintaku sambil mengeratkan genggamanku. Tidak ada jawaban. “Eo?” tanyaku lagi.

“Baiklah. Tapi tidak lama,” tegasnya. Aku pun mengangguk semangat dan tersenyum lebar.  Kemudian tidak ada percakapan lagi di antara kami, hanya Kyuhyun yang mengelus kepalaku dengan lembut hingga aku mengantuk dan tertidur.

***

“Baiklah, aku sudah siap. Kajja,” ajakku setelah merasa jaket beserta syal telah sempurna membungkus tubuhku. Kyuhyun pun mendorong kursi rodaku ke arah lift. Malam ini, aku mengajaknya ke atap rumah sakit, karena itu ia bersikeras agar aku memakai jaket beserta syalnya agar aku tetap merasa hangat.

Baru sampai di atap rumah sakit yang tinggi, angin malam musim gugur yang dingin segera menyambutku. Kyuhyun berhenti mendorong kursi rodaku ketika aku menyuruhnya berhenti.

“Dimana lilin yang tadi kuminta, Kyu?” tanyaku. Ia pun menyerahkan sebatang lilin ke atas telapak tanganku. “Korek?” tagihku lagi. Kali ini ia merogoh sakunya untuk mengambil sekotak korek api dan meletakkannya juga di atas telapak tanganku yang satunya.

“Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?” tanyanya bingung. Aku hanya tersenyum misterius. Kunyalakan lilin itu dengan korek api di tanganku, lalu buru-buru melindungi apinya dari terpaan angin.

“Sekarang bisakah kau menyanyikan lagu ‘Happy Birthday’ untukku, Kyu?”

Seketika dahi Kyuhyun berkerut lagi. “Maksudmu…?”

“Ne, hari ini hari ulang tahunku yang ke-17,” jawabku. Inilah apa yang ingin aku katakan padanya tadi siang. Mengenai hari ulang tahunku. Tadinya aku memang tidak ingin mengingat-ingat hari ini lagi. Tapi aku sadar setelah melihatnya, bahwa kehidupanku di dunia selama 17 tahun bukanlah sesuatu yang sia-sia. Walaupun hanya berbekal sebatang lilin beserta nyanyian dari Kyuhyun, namun rasanya aku sudah sangat bahagia. Setidaknya, aku bisa mencapai pada umur ini sebelum aku mati.

“Mwo?? Kenapa kau baru sekarang bilang padaku mengenai hal ini? Aisshh…” Kyuhyun terkejut dan menggaruk kepalanya.

“Sudahlah, aku sudah cukup bahagia ditemanimu seharian ini,” kataku dengan lembut dan tulus. Kyuhyun yang mendengarku berkata dengan tulus, hanya menatapku. “Aiisshh… kenapa kau malah justru menatapku seperti itu? Ppaliwa, bernyanyilah, sebelum angin yang justru meniup lilin ini,” desakku.

Kyuhyun berlutut di hadapanku untuk menyejajarkan aku dengannya dan akhirnya mulai bernyanyi. Aku mendengar suaranya yang lembut juga tatapannya yang lagi-lagi membuat hatiku damai. Suaranya saat bernyanyi… benar-benar indah. aku tidak pernah menyangka ia mempunyai suara seindah dan semerdu ini. Hatiku seketika menjadi damai dibuatnya saat ia menyanyikan lagu dengan sangat tulus. Usai ia bernyanyi, aku pun menutup mataku untuk membuat permohonan sejenak dan kemudian meniup lilin itu hingga meninggalkan asap.

“Gomawo, Kyuhyun-ah, sudah membuat ulang tahunku kali ini menjadi berbeda. Kalau tidak ada dirimu, entah dengan siapa aku bisa merayakan ulang tahunku sekarang. Juga gomawo telah membawaku ke rumah sakit secepatnya, dan go…”

“Gomawo telah lahir di dunia ini,” kata Kyuhyun dan tiba-tiba memelukku. Aku tersentak namun kubalas pelukan Kyuhyun. “Gomawo telah mengisi dan juga mewarnai hari-hariku akhir-akhir ini.”

 

Gomawo telah memperhatikanku juga, Kyu, ujarku dalam hati. Air mataku pun pecah seketika. Betapa bahagianya aku saat ini mengetahui masih ada yang mempedulikanku. Kubenamkan wajahku di bahunya, begitu pula Kyuhyun yang membenamkan wajahnya di leherku yang tertutup syal ini. Rasa hangat seketika membungkus tubuhku, lebih hangat dari pada jaket tebal dan syal yang kukenakan ini. Jika bisa, aku ingin waktu berhenti saat ini juga. Aku ingin tetap seperti ini dengan Kyuhyun, berada di dalam pelukannya yang membuat segala beban di hatiku lenyap seketika, yang mampu untuk menyingkirkan segala kepedihan serta ketakutan akan hari esok.

Setelah beberapa saat, walaupun dengan sedikit enggan, Kyuhyun melepaskan pelukannya. Kami pun akhirnya duduk di lantai atap yang dingin sambil memandangi bintang,

“Kyu, tahukah betapa bersyukurnya aku malam ini? Aku bersyukur dilahirkan di dunia ini. Aku bersyukur mempunyai keluarga yang sangat baik, harmonis, dan penuh dengan kehangatan. Aku bersyukur mempunyai teman-teman yang juga sangat baik dan mau menerimaku apa adanya. Aku bersyukur bisa bertemu dengan anak mengagumkan seperti Kyuhee.”

“Juga… aku bersyukur waktu itu kita bertemu di taman dan bisa saling mengenal seperti ini. Walaupun memang dulu aku menganggapmu menyebalkan, tapi aku tetap bersyukur bisa bertengkar denganmu. Dan malam ini, aku bersyukur masih bisa merayakan ulang tahunku bersamamu.” Ucapku tulus dan dengan wajah bahagia. Kyuhyun pun turut tersenyum mendengar ungkapanku.

“Kau tahu, Kyu, Tuhan itu sangat baik. Bahkan di balik semua cobaan yang Ia berikan padaku, Ia tetap membantuku untuk melewati semuanya. Bahkan jika aku harus mengalami kejadian buruk pun aku percaya kalau di balik semua itu terdapat sesuatu yang indah, yang akan dihadiahkanNya padaku jika aku bisa melewatinya. Sekalipun jika Ia hendak mencabut nyawaku saat ini, aku tetap percaya kalau memang itulah yang terbaik untukku,” kataku sambil memandang hamparan langit hitam di hadapanku dengan pandangan menerawang.

Kyuhyun terkejut mendengar penuturanku yang terakhir dan menoleh padaku. “Aku juga bersyukur bisa bertemu denganmu di taman waktu itu, kau yang mengenal Kyuhee sehingga kita bisa sering bertemu, dan juga….” Kyuhyun berhenti berbicara dan membuatku mengalihkan tatapanku dari langit dan menoleh padanya.

Sekali lagi angin berhembus, menerbangkan rambutku yang tergerai. Belum sempat aku menyadari apa yang terjadi, Kyuhyun meraih tengkukku dan dalam sekejap bibir kami sudah bertemu, membuatku refleks memejamkan mata dan tubuhku rasanya seperti dialiri listrik beribu volt lagi.

Tetapi entah kenapa aku merasa nyaman dengan perlakuannya yang lembut. Tiap kali berada di dekatnya, tiap kali merasakan sentuhannya, aku merasa nyaman. Aku pun mulai terbius oleh ciumannya dan mengaitkan tanganku di lengannya, ketika akhirnya aku menyadari sesuatu.

Tidak, ini tidak boleh dilanjutkan! Aku tidak boleh lemah begini, atau ia yang akan menderita nantinya. Kyuhyun tidak boleh jatuh ke perasaan yang terlalu dalam untukku. Aku tidak mau nantinya ia akan bersedih setelah kepergianku!

Segera kudorong dadanya agar menjauh dan kutarik diriku pula darinya. Kyuhyun pun sepertinya terkejut dengan apa yang dilakukannya. “Mi… mianhae,” ucapku agak bergetar.

“Ani, naega mianhae. Jeongmal mianhae. Maafkan perbuatanku tadi, aku benar-benar tidak tahu kenapa aku melakukannya,” Kyuhyun kikuk dan mengusap belakang kepalanya.

“Mm,” jawabku singkat. Dalam hati aku bersyukur bisa buru-buru tersadar dan kembali ke kenyataan. “Eeng… Kyu, aku kedinginan. Kajja, kita kembali ke dalam,” ajakku dengan suara senormal mungkin padahal jantungku masih bergemuruh.

Kyuhyun pun mengangguk dan memapahku duduk di kursi roda kembali, kemudian mendorongnya masuk. Ketika di dalam lift yang hanya terdapat kami berdua, Kyuhyun kembali berlutut di hadapanku yang membuatku terkejut. “Saengil chukae, Seo Ji Young,” ujarnya sambil tersenyum dan mengacak-acak rambutku sejenak.

“Ye, gomawo, Cho Kyuhyun,” aku membalas senyumannya. Ia pun berdiri lagi di belakangku dan mendorong kursi rodaku lagi ketika kami sudah tiba di lantai tempat kamarku berada.

Malam ini, aku tidak bisa memejamkan mataku sedikit pun. Setiap kali mataku terpejam, bayangan diriku dan Kyuhyun berciuman tadi selalu muncul. Suasana kamar ini sangat sepi, jam besuk sudah berakhir dan sebagian besar pasien di rumah sakit sudah tidur hingga mengurangi aktivitas di dalam rumah sakit ini. Kutolehkan kepalaku ke kiri dan ke kanan, namun tetap aku tidak bisa tertidur. Lalu aku terbangun dan melihat Kyuhyun yang tengah tertidur di sofa dengan posisi duduk.

Kyu, apa kau tahu? Kurasa saat ini aku telah jatuh cinta padamu. Entah sejak kapan perasaan ini dimulai. Yang jelas, memang butuh waktu lama dan kejadian khusus dulu bagiku untuk menyadari perasaanku yang sesungguhnya padamu. Melihatmu menjadi sebuah keharusan bagiku. Rasanya aku tidak tahu bagaimana hidupku untuk beberapa hari ke depan ini jika aku tidak melihatmu.

Hajiman… kau tidak boleh merasakan hal yang sama denganku, Kyu. Kau tidak boleh sedikit pun mencintaiku seperti aku mencintaimu, atau kau akan menyesal nantinya. Kau tidak mau hidup dalam penyesalan, kan, Kyu? Oleh karena itu tadi aku buru-buru menarik diriku ke kenyataan agar kau tidak jatuh terlalu dalam. Biarkan aku… biar aku saja yang menanggung rasa sakit ini. Aku sudah terlanjur sakit, oleh penyakit ini, oleh teman-temanku. Sedikt rasa sakit lagi tidak akan berarti banyak untukku. Karena sebentar lagi juga aku akan meninggalkan semua ini. Sebentar lagi, aku tidak akan merasakan semua kesakitan ini.

Kulihat Kyuhyun yang menggeliat sebentar, membetulkan posisi tidurnya agar nyaman. Aku menatapnya nanar. Kenapa kau tidur dengan posisi duduk, Kyu? Sofa itu masih cukup panjang untuk menampung kaki panjangmu itu. Aku pun turun dari tempat tidur sambil membawa selimut. Malam ini cukup dingin, ia bisa sakit jika tidur hanya diselimuti oleh jaketnya seperti itu. Sejak kemarin ia pun juga kurang tidur karena menjagaku.

Pelan-pelan aku menyelimutinya agar ia tidak terbangun. Aku melihatnya yang mengernyitkan dahinya, entah karena bermimpi atau apa. Kubungkukkan badanku dan mendekatkan wajahku, lalu menyentuh keningnya yang tertutupi oleh poni. Sangat tampan. Ketika tidur seperti ini, rasanya aku seperti melihat ksatriaku -julukan yang aku berikan untuknya ketika dulu kami belum mengenal karena ia selalu datang tepat di saat aku membutuhkan pertolongan.

 

Kyu, ada apa denganmu? Kenapa keningmu masih berkerut juga? Apa yang kau impikan saat ini? Aku memandangnya dengan khawatir dan mengelus wajahnya.

Kemudian Kyuhyun pun membuka matanya. “Kyu, apa kau bermimpi buruk?” tanyaku memastikan keadaannya. Kyuhyun memegang kepalanya sejenak dan mengatur nafas.

“Ne, aku bermimpi buruk,” jawabnya pada akhirnya.

Masih dengan posisiku yang tadi, aku memiringkan kepalaku. “Kau bermimpi apa?”

“Sangat buruk sampai-sampai kau tidak akan mau mendengarnya jika aku menceritakannya padamu,” katanya masih dengan mata terpejam dan memegang kepalanya.

“Tidak apa. Aku cukup pemberani. Apa kau bermimpi hantu?” desakku lagi, masih penasaran.

Kyuhyun pun menghembuskan nafas berat. “Ani. Mimpiku ini jauh lebih buruk daripada bermimpi hantu.” Aku menggembungkan pipiku melihatnya yang tidak mau menceritakan mimpinya.

“Arraseo jika kau enggan bercerita. Aku kembali tidur saja,” sahutku ketus, padahal dalam hati aku masih khawatir padanya. Ketika aku hendak berbalik, Kyuhyun menarik lenganku hingga aku terduduk di sampingnya. Kemudian ia merangkulku dan meletakkan kepalaku di dadanya.

“Dari pada menceritakannya padamu, lebih baik kau menemaniku agar mimpi itu tidak datang lagi,” gumamnya lalu meletakkan kepalanya di atas kepalaku. Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus menolaknya lagi dan membiarkannya menderita sendirian? “Kumohon, hanya untuk malam ini saja,” pintanya dalam gumaman lagi. Sepertinya Kyuhyun dapat membaca apa yang aku gelisahkan saat ini.

Aku pun menganggukkan kepalaku pertanda setuju dan Kyuhyun mengeratkan pelukannya padaku. Mataku masih belum mampu terpejam dan hanya terpaku mendengar irama detak jantung Kyuhyun yang berdebar cepat, sama seperti jantungku saat ini. Tidak lama kemudian, aku merasakan hembusan nafas teratur Kyuhyun di puncak rambutku. Kurasa ia telah tertidur. Aku pun tersenyum mengetahui keadaannya telah tenang dan melingkarkan tanganku di pinggangnya, lalu ikut tertidur.

***

Keesokan harinya, ketika aku membuka mata, aku merasa sesuatu yang berat namun hangat menindihi telapak tangan kananku. Aku melihat diriku yang sudah berada dalam posisi tidur telentang di ranjangku dan Kyuhyun yang masih tertidur dengan posisi duduk di samping ranjangku.

Dengan tanganku yang satunya yang terbebas, aku pun membelai kepalanya lembut, menyisir rambut cokelat bergelombang itu dengan jariku. Kemudian aku teringat akan mimpiku semalam. Mimpi yang sangat mengerikan, bahkan aku sendiri saja takut untuk membayangkannya kembali.

Di dalam mimpiku itu, aku melihat Kyuhyun yang tengah menahan kesakitan dengan seluruh tenaganya. Yang membuatku bingung sekaligus takut, mimpi itu terlihat begitu nyata. Bahkan aku bisa mendengar suara rintihannya waktu itu.

Kupejamkan mataku dan berusaha menghapus bayangan yang kembali datang itu. Aku tidak tega melihatnya kesakitan seperti itu. Kuharap semua itu hanya mimpi. Ya, hanya mimpi. Melihat wajahnya yang tengah tertidur tenang saat ini membuatku yakin bahwa semua itu hanyalah mimpi.

Kemudian Kyuhyun pun terbangun dan mengangkat kepalanya. “Kau sudah bangun?” tanyanya sambil mengerjap-kerjapkan matanya dan memegang keningnya, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya mentari pagi.

“Eo, dua menit yang lalu,” jawabku.

Ia pun bertanya lagi, “Bagaimana tidurmu semalam?” Kali ini ia meregangkan badannya.

Aku kembali termenung. “Buruk,” jawabku lagi. Kyuhyun mengernyitkan keningnya. “Aku juga bermimpi buruk semalam.”

“Mimpi buruk apa?”

“Sangat buruk sampai-sampai kau tidak akan mau mendengarnya jika aku menceritakannya padamu,” kembali aku mengulang perkataan Kyuhyun semalam, karena aku juga tidak mau menceritakan mimpiku padanya. Kyuhyun pun hanya tersenyum mendengar jawabanku.

Siangnya, ketika aku dan Kyuhyun hendak ke taman rumah sakit, kami berpapasan dengan Kyuhee dan eommanya di koridor.

“Ji Young-noonaaa…! Kyuhyun-hyung!” panggil Kyuhee di atas kursi rodanya yang berada tidak jauh dari kami. Aku merasa gugup, bagaimana mungkin mereka melihatku dalam kondisi tidak berdaya seperti ini? Kyuhyun pun mendorong kursi rodaku mendekati mereka.

“Annyeonghaseyo, Eomma. Kyuhee-ya, annyeong,” sapaku ramah.

“Ah, annyeong, Ji Young-ah,” balas Cho eomma tidak kalah ramahnya. Rupanya beliau sudah melupakan kemarahannya waktu itu. Hatiku jadi sedikit lega dan lebih lega lagi melihat Kyuhee yang sudah tidak apa-apa dan bertingkah riang seperti biasa.

“Ji Young-noona gwaenchanayo? Kenapa Noona bisa dirawat di rumah sakit? Memangnya Noona sakit apa?” Tanya Kyuhee beruntut.

“Ah ye, gwaenchana. Noona hanya kelelahan saja,” jawabku sama seperti jawaban yang kuberikan pada Kyuhyun.

“Jinjjayo? Kenapa Noona bisa kelelahan? Apa ini semua gara-gara aku?” Tanya Kyuhee lagi dengan sedikit perasaan bersalah.

“A… aniyo. Tentu saja ini bukan karenamu, Kyuhee-ya. Ini karena noona saja yang nakal karena tidak mengisi perut noona dengan makanan seharian di antara segudang aktivitas noona,” aku memberi penjelasan. Kyuhee hanya manggut-manggut. Namun tetap saja ia merasa bersalah karena masih mengira dirinyalah penyebab kelelahanku itu.

“Jadi Ji Youngie lah yang kau maksud teman yang ingin kau jaga itu, Kyuhyun-ah, sehingga kau tidak masuk sekolah?” Tanya Cho eomma yang membuat mataku membulat seketika. Apa Kyuhyun mengatakan pada eommanya kalau ia tidak mau masuk sekolah karena hendak menjagaku?

“Nnngg… ne,” jawab singkat Kyuhyun sambil menunduk. Sebagian karena malu, sebagian karena merasa bersalah karena sudah berjanji tidak akan menceritakan diriku yang sakit kepada siapapun.

“Baiklah kalau begitu, eomma tidak keberatan jika itu untuk Ji Youngie. Kau jaga Ji Young baik-baik ya sampai ia sembuh. Jangan sedikit pun meninggalkannya, arrachi?” tutur Cho eomma yang lagi-lagi membuat mataku membulat. Bagaimana mungkin beliau membiarkan anaknya tidak masuk sekolah hanya demi menjagaku yang baru dikenalnya beberapa waktu lalu?

“Dan Juga kau, Ji Young-ah, eomma harap kau cepat sembuh dari penyakitmu, ne. Eomma tidak ingin melihatmu memakai baju itu lagi,” kata Cho eomma seraya menatap baju rumah sakitku.

“Ah, ye, Eomma. Gomawo,” ujarku salah tingkah, tetapi dalam hati aku sedih. Bagaimana mungkin aku bisa sembuh dari penyakitku, Eomma? Penyakitku sudah tidak bisa disembuhkan lagi.

“Kalau begitu kami tinggal dulu ya. Kyuhee harus difoto rontgen dulu,” ucap Cho eomma.

“Ah, ye. Kyuhee-ya, sampai bertemu lagi, ya,” kataku sambil melambaikan tangan.

“Nde, Noona, sampai ketemu lagi,” balas Kyuhee. Kemudian mereka pun berlalu meninggalkan kami berdua.

Setelah mereka menghilang dari pandangan, aku menoleh ke arah Kyuhyun. “Kau mengatakan ingin menjaga temanmu yang sedang sakit agar diizinkan untuk tidak masuk sekolah?” tanyaku menyelidik.

“Nng… ne,” jawabnya salah tingkah. “Mianhae, aku tidak tahu alasan apa yang harus kuberikan pada mereka. Tapi waktu itu aku hanya menyebut teman tanpa namamu. Kukira mereka tidak akan mengetahuinya tapi ternyata…”

“Sudahlah tidak apa-apa. Anggap saja ini kecelakaan. Tapi kau harus janji tidak akan menceritakannya lagi pada siapapun,” ujarku.

Kyuhyun mengangguk. “Nde, yakso.” Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan kami ke taman rumah sakit, meski yang ada hanya dedaunan kering yang berguguran dengan anginnya yang berhembus sepoi-sepoi di sana.

TBC

17 Comments (+add yours?)

  1. Choi Eun Kyung
    Jun 03, 2013 @ 16:34:08

    Uwwa akhirnya nie FF muncuL juga
    Hah lama bangett thor nunggunya
    Oce next part nya di tunggu lgi thor 🙂

    Reply

  2. @salmaayu1
    Jun 03, 2013 @ 17:18:42

    wah, kyu juga jatuh cinta sama jiyoung ya ?? 😉
    seru, next part d tunggu ^^

    Reply

  3. kyukyu91
    Jun 03, 2013 @ 18:45:32

    finally update jg….ud tggu lama bgtt…..next part lbh cpt y….hihih
    part ne ckup galau…..><

    Reply

  4. arista cho
    Jun 03, 2013 @ 18:56:36

    huaaaa makin bagus ceritanya thor . tapi next partnya jgn lama2 yaaaaa :3

    Reply

  5. Diana Park
    Jun 03, 2013 @ 19:38:18

    Br bc part ni, blm bc part seblmnya…sad ending kah??
    Smg tdk tll menyesakkan..:)

    Reply

  6. cloudssky
    Jun 03, 2013 @ 22:00:44

    astaga >_____<
    kelanjutan ni ff di tunggu bgt :*

    doh itu ji young ma kyukyu udah sama2 suka kan??
    terus kelanjutan mereka gimana??

    aaaaaaa cepetan di lanjut ya ^^

    Reply

  7. Elza
    Jun 03, 2013 @ 23:37:24

    Yeahhhh kukira udahh gakk di publish lagii -_____-
    Makinn seruu plisss thor jgn bikin sad endinggg huaaaa 😥
    Dan jgn lama2 buat part berikutnyaa eheheheheh

    Reply

  8. kyula88
    Jun 04, 2013 @ 00:24:06

    Aigooo makin seru aja nih chingu! Aku suka bgt part ini. KyuYoung momentnya berasa bgt. Mereka kn sm2 suka, mudah2-an segera jadian. Kyuhyun sakit juga kah? ngga tahu kenapa aku juga ngerasa klo kyu sakit *sok tau* hehe 😀
    Next chap-nya ditunggu bgt nih. Hwaiting!

    Reply

  9. april
    Jun 04, 2013 @ 04:47:20

    Hu..Hu…Hu… T T
    akhirnya thor ff ini muncul jg…udah lma bgt aku nungguinNa thor..
    klo bisa yang selanjutnya jgn lma2 ya thor,,, Hhheee….

    Reply

  10. neezhaa
    Jun 04, 2013 @ 09:36:17

    Aiish keren..
    Pasti sadendingnya^^
    Dtnggu kelanjtny^^

    Reply

  11. agetha
    Jun 04, 2013 @ 11:12:34

    ktaknya yuhyun ska ma Ji Young
    tpi gk brni tuk mngungkapkannya..

    Reply

  12. ocha
    Jun 04, 2013 @ 15:20:38

    Akhirnya lanjutannya nongol juga ^o^
    Next part asap ya

    Reply

  13. minkijaeteuk
    Jun 04, 2013 @ 19:05:23

    pa kecurigaan w bener kyuhyun juga sakit parah lagi,, sama parah y kyk ma jiyoung

    kasian jiyoung ngerayain ultah y cuma ma kyuhyun temen yg baru kenal sementara ortu n teman2 lama y ngak pada inget…
    tapi seneng juga jiyoung dah cinta ma kyuhyun n kyuhyun y juga dah nunjukkin sikap y klo suka ma jiyoung

    Reply

  14. suciramadhaniy
    Jun 05, 2013 @ 02:12:51

    Why? Kenapa part ini lama sekali publishnya?
    Semakin kesini semakin banyak aja momen Kyu-young nya. Aaaa gak tega bgt sm Kyu kalo dia tau Ji-young sakit 😦
    Please Cho Anna-ya jgn buat sadending 😦 Overall tdk ada typo. Keren! Gluck~^^

    Reply

  15. Trackback: [SIDE STORY] YOU CHANGE MY LIFE CHAPTER 1 | Superjunior Fanfiction 2010
  16. Trackback: LINK FF di BLUE ELF | favoritff
  17. hyun hyerin
    Dec 22, 2014 @ 15:14:51

    masih penasarab sm apa yg trjadi pd kyuhyun nihh

    Reply

Comment's Box