[FF Of The Week] Sorry For My Lateness

 

Author  : CN

Cast       :

1. Kim Hye Rin
2. Cho Kyu Hyun

Genre   : Romance

Length  : Oneshoot

Note      : Hey! Ini ff ku yang pertama, jadi maaf ya kalo kurang bagus *maklum pemula hehehe. Oh ya ff ini terinspirasi dari berbagai ff yang pernah aku baca, jadi kalo ada yang mirip-mirip maklumin aja hehehe ^^V

***

Apa yang akan kalian lakukan jika kalian dijodohkan di saat kalian sudah mempunyai seseorang yang telah menempati hati kalian? Apa kalian akan menerima dan memutuskan hubungan dengan orang yang kalian cintai? Atau kalian akan memperjuangkan cinta kalian sampai akhir? Jika jawabannya adalah memperjuangkan cinta sampai akhir berarti kalian hebat! Huh~ malangnya nasibku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku dijodohkan di saat aku telah mempunyai seorang kekasih. Aku sangat-sangat menolak perjodohan ini, hanya saja apa dayaku. Tak satupun orang yang mendukungku. Terlebih aku anak semata wayang, orang tuaku menginginkan kehidupanku yang baik. Segala macam jenis alasan telah kubuat, namun sia-sia.

Sedihnya lagi, namjachinguku mendukung perjodohan ini dengan alasan agar aku mendapatkan orang yang lebih layak daripada dirinya. Alasan yang konyol bukan? Dapat kuambil kesimpulan bahwa tak satupun orang yang menyayangiku. Sungguh kejamnya dunia ini.

Hari yang kelam itu akhirnya datang. Hari ini aku menikah. Apa kalian bilang? Senang? Oh tidak!! Menikah dengan orang yang tidak aku cintai bukan impianku. Sekalipun dia seorang raja yang punya kekayaan yang tidak akan pernah habis pun aku tak ingin. Kini dihadapanku berdirilah sesosok pria yang cukup er~ tampan, berambut coklat, dan berkulit putih pucat yang akan segera menjadi suamiku.

“Apa kau gugup?” Tanyanya lembut padaku. Hanya saja aku tidak menjawab pertanyaannya. Tenang saja aku akan membuatmu tidak akan tahan menjadi suamiku, Cho Kyuhyun.

Hari berganti hari. Ini adalah bulan ke 3 pernikahan kami. Tidak ada hal yang special yang terjadi. Kami hidup dalam kehidupan kami masing-masing, itu menurut pandanganku. Aku selalu berusaha acuh tak acuh terhadapnya tapi herannya dia tak pernah marah, adanya dia akan semakin lembut padaku. Aku selalu marah kepadanya saat dia teriak malam-malam karena hobi gilanya, tenggelam dalam games bodoh. Aku selalu kesal ketika matahari mulai menyambut dan sinarnya masuk ke kisi-kisi jendela, dia enggan melepaskan pelukannya lalu berkata,”Sebentar lagi Chagi, 5 menit”

Bulan pun berganti bulan. Pembicaraan yang tak kuinginkan pun terucap dari oarng tua dan mertuaku. “Kami semua sudah tidak sabar untuk menimang cucu.”. Sumpah demi apapun aku tidak ingin memiliki anak dari pria yang tidak kucintai sama sekali. “ Soal itu kami belum membicarakannya. Kami berdua sangat sibuk” Ucap Kyuhyun tenang. “Kalau begitu bicarakanlah. Apa kalian tidak kesepian hanya berdua dirumah?”. Persetan dengan omongan itu.

Waktupun berlalu…

Omoo?! Kami melakukannya! Eottokae?! Ini tidak bisa…

Selang beberapa lama, aku hamil!! Harus bagaimana aku ini? Haruskah aku menggugurkannya? Tidak! Aku bukan pembunuh. Semenjak Kyuhyun mengetahui kehamilanku, dia sangat senang. Dia pun semakin perhatian dan over protective padaku. Aku tidak diizinkan sama sekali unutk mengerjakan pekerjaan rumah selain memasak. Dia yang cerewet menyuruhyu untuk tidak lupa untuk makan, minum vitamin, minum susu, jangan terlalu lelah,dsb. Setiap malam sebelum tidur dia pasti mengelus perutku yang mulai membesar dan mengajak bayi kami berbicara,”Baby-ya, cepat lahir ya. Appa dan eomma mu sangat menunggu kehadiranmu.”

Kelahiranpun tiba. Aku melahirkan bayi laki-laki, Cho Jean. Nampak jelas di wajah Kyuhyun kalau dia sangat bahagia.

Tiga tahunpun berlalu…

Kini Jean sudah bisa membaca. Dia tumbuh dengan cepat, berbeda dari anak yang biasanya. Kyuhyun semakin sayang padaku dan Jean. Dia berusaha untuk menjadi suami dan ayah siaga.tapi tetap saja perasaanku terhadapnya tidak akan pernah berubah. Aku tidak mencintainya, walaupun sudah ada pengikat diantara kami, Jean. Sempat terpikir olehku untuk menceraikannya, namun mengingat Jean yang masih membutuhkan sosok ayah dalam pertumbuhannya, aku tunda hingga waktu yang tepat.

Kyuhyun melakukan perjalan bisnis ke Inggris untuk beberapa lama. Perusahaan yang dia kelola berhasil menguasai pasa Asia dan Eropa. Untuk seorang pengusaha muda sepertinya hasilnya cukup membanggakan. Aku tahu dia bekerja sangat keras untuk menggapai segalanya. Ku akui dia hebat dalam pekerjaannya. Walaupun dia mempunyai pekerjaan yang sangat menyita waktunya, dia tetap tidak ingin keluarganya di nomor duakan.

Drrtt… Drrrrttt…

“Yeoboseyo Hye-ya”

“Hm, Waeyo?”

“Hari ini aku kembali ke Seoul, bisa tidak kau menjemputku besok?”

“Hmmm, sepertinya bisa. Jam berapa kau tiba di Incheon?”

“Sekitar pukul 7 malam. Ajak Jean juga ya”

“Ah ne”

“Hye-ya, aku merindukan kalian berdua. Neomu bogoshippo”

“Hah, Jean juga merindukannmu. Sudah dulu ya, aku sedang menyetir. Annyeong”

 

Keesokkan paginya…

Seperti biasa aktivitasku setiap pagi adalah menyiapkan sarapan untuk Jean sebelum aku berangkat kerja.

“Eomma..”

“Pangeran eomma sudah bangun? Ayo Jean sarapan dulu.”

“Eomma, kapan appa pulang? Jean kangen appa”

“Nanti malam appa sudah ada dirumah. Oh iya nanti malam ikut eomma jemput appa di bandara. Jean mau?”

“Jinjayo? Mau mauuuu”

Pukul 7 PM

Rencananya aku akan kebandara bersama Jean menjemput Kyuhyun. Tapi saat perjalanan pulang aku terjebak macet, jadi kuputuskan unutk menjemput Kyuhyun tanpa Jean. Untungnya Jean mengerti. Kemacetan membuat perjalanan menuju bandara semakin lama ditambah lagi dalam keadaan hujan seperti ini. Kunyalakan radio di mobilku, mencari frekuensi yang kuinginkan. Akhirnya kuputuskan untuk mendengar berita.

“Berita kini datang dari Seoul. Tadi tepatnya pukul 7 pm, terjadi sebuah kecelakaan pesawat di Bandara Internasional Incheon. Pesawat yang membawa sekitar 145 penumpang dari London, Inggris terpaksa melakukan pendaratan darurat setelah mengetahui tidak berfungsinya roda bangian depan pesawat saat mendarat. Ironosnya, selang beberapa waktu pesawat itupun terbakar seketika. Hingga saat ini belum diketahui berapa jumlah korban. Lee Min Jung dan Park So Jin melaporkan dari Bandara Internasional Incheon.”

Apa tadi kata reporter itu? Kecelakaan di Incheon? Pesawat dari Inggris? Pikiranku seketika tertuju pada Kyuhyun. Aku tidak dapat berpikir jernih.

Sesampainya dibandara…

Melihat kerumunan orang membuatku semakin panik. Mulai kucari informasi tentang kebenaran berita itu. Setelah dikonfirmasi, akupun mencari informasi tentang korban-korban. Berita simpang siur tentang jumlah korban tewas sangat-sangat menggangguku. Entah dari mana untuk pertama kalinya aku ingin dia selamat. Aku ingin melihatnya. Doaku tidak sia-sia, dia selamat tapi dengan kondisi kluka yang cukup parah. Aku mengiringinya ke rumah sakit. Menggenngam erat tangannya. Mengatakan padanya unutk bertahan. Kini baju ku dilumuri oleh darahnya. Melihatnya tidak berdaya membuatku sedikit lemah. Luka dan darah disekujur tubuhnya membuatku sakit. Dia kritis, kehilangan banyak darah. Hingga padaakhirnya dia meninggal. Dia meninggal tak berapa lama dia memasuki ICU. Sedih? Entahlah. Tak setetespun air mata keluar dari pelupuk mataku. Aku berdiri tegar seakan-akan tidak ada yang terjadi. Aku berusaha menenangkan tangisan Jean yang tak kunjung berhenti melihat appanya terbujur kaku. Kini kuperhatikan wajahnya dengan seksama, dia begitu tenang. Tak terasa air mataku  mengalir sendiri. Entah sesuatu membuatku enggan berhenti menangis. “Jebal Ireona Kyuhyun-ah!!” Teriakku histeris. Penyesalan kini menghampiriku. Akumenyesal tidak pernah berusaha untuk mencintainya. Aku menyesal dengan keterlambatanku. Kini semua keluargaku hingga rekan kerja Kyuhyun berkumpul dipemakaman ini. Aku sangat terpukul saat peti jenash telah dimasukkan kedalam makam. Aku terus meneriakan namanya.

Satu bulan pun berlalu. Kini aku sangat kesepian. Aku rindu padanya. Aku rindu pada perhatian yang dia berikan, teriakkannya ditengah malam saat kalah bermain games, pelukannya dipagi hari, tawanya yang susah sekali berhenti. Saat terbangun dari tidurku dengan reflek tanganku meraba sisi lain dari tempat tidurku,kosong. Aku menyadari 1 hal, yaitu aku mencintainya. Segala cara ku lakukan unutk melupakannya yang ada membuat kondisiku semakin drop. Tak ada selera makan, tak ingin bekerja, yang kulakukan hanyalah duduk ditepian tempat tidur dengan tatapam kosong. Sepertinya aku sudah gila. Airmataku kini mengering. Lihatlah, kini aku terlihat tidak karuan. Rambutku berantakan, mata lebam, pucat, kurus. Diasaat akal danpikiranku dikuasai oleh perasaan sedih yang amat dalam, entah dari mana ada kekuatan yang membautku mengambil keputusan yang diluar dugaan, bunuh diri.Kuambil silet yang berada dimeja riasku lalu kuberanikan unutk mulai menggoreskannya pada pergelangan tanganku. Mulai terlihat aliran darah yang keluar begitu deras, sakit. Dengan cara ini aku dapat bertemu dengannya. Perlahan pandanganku gelap, yang terdengar hanyalah teriakkan Jean, “Eomma!!! Halmoni!!! Eommaa”

Beberapa saat kemudian aku terbangun. Kupandangi sekitarku. Tembok bercat putih. Dimana aku ini? Apa aku di surga? Atau neraka? Namun setelah kuperhatikan aku melihat keluargaku yang berkumpul diruangan ini. Ini meyakinkanku kalau aku belum mati.

Beberapa hari aku dirawat, akhirnya aku diperbolehkan pulang. Menyesal kenapa aku tidak mati saja menyusul Kyuhyun. Tanpa sadaraku merasakan pelukan hangat anakku. “Eomma, jangan nangis lagi. Kalau eomma nangis nanti Jean sedih. Eomma jangan tinggalin Jean. Jean sayang Eomma.” Ucap Jean dengan suara khas anak-anak. Mendengar uncapannya membuatku tersenyum getir. Melihatwajahnya yang polos mengingatkanku pada Kyuhyun. Dia miri seperti appanya. Matanya, hidungnya, tatapannya.

Kyuhyun, bahagiakah kau disana? Kenapa kau begitu tega padaku, meninggalkanku seorang diri. Kau bilang kau mencintaiku. Kau bilang kau menyayangiku.membiarkanku merawat Jean sendiri. Suami macam apa kau ini? Kau jahat. Bulir air mataku mulai meluncur bebas. Sungguh kejadian ini pertama kali terjadi dalam hidupku. Menangis hingga kehilangan control. Sesakit inikah rasanya? Mengapa Tuhan menciptakan rasa cinta kalau pada akhirnya salah satunya akan terluka? Tuhan ini sungguh sakt, kenapa akau baru menyadarkannku sekarang?

Kubuka lemari pakaian suamiku. Tak ada yang berubah. Aroma parfumnya masih tercium. Kuambil salah satu pakaiannya. Kupeluk erat. Tergiang kembali bayangan tentangnya. “Aku tampan kan? Kau tidak akan menyesal menjadi istriku Hye-ya. Kau akan membuat seluruh wanita dibumi iri padamu. Hahaha” Tak ingin terlarut oleh suasana, aku menyusuri setiap sudut lemarinya sampai aku menemukan sebuah kotak berukuran sedang. Rasa penasaran menarikku untuk membukanya. Astaga! Banyak foto disana, foto Jean ketika dia bayi sampai pada foto ulang tahun ke 3 Jean,foto kami bertiga, dan fotoku.berbagai macam ekspresi terdapat disana. Ada foto yang menarik perhatianku, yaitu fotoku yang sedang tertidur pulas, sedang cemberut, merias diri, dan memasak. Ya Tuhan aku bahkan tidak menyadari kapan dia mengambil foto-foto ini. Lelah menangis membuatku masuk kedalam dunia mimpi.

*Di dalam mimpi…

Aku berada disuatu tempat yang tdak aku ketahui. Begitu asing. Ku telusuri tempat ini. Mulai melewati hutang hingga aku tedampar disebuah taman bunga yang indah. Pemandangan ini sangat menakjubkan. Sungguh. Hingga pada akhirnya aku mendengar suara kecil yang memanggilku. Astaga! Apa itu?

“Hye Rin-ah”

“S-ssiapa k-kau?”

“Jangan takut. Perkenalkan aku peri biru.”

“A-apa? Peri?”

“Ne, waeyo? Kau tidak percaya?”

“Bukankah peri hanya khayalan manusia? Jangan-jangan aku sedang mimpi”

“Hahaha, kau memang sedang bermimpi hihihi. Apa kau sedang sedih?”

“Hmmm. Bolehkah aku bertanya sesuatu?”

“Tentu saja”

“Mengapa Tuhan terlambat memberitahuku kalau aku mencintainya?”

“Bukan Tuhan yang terlambat, tapi kaulah yang tidak menyadarinya. Kau menutup hati rapat-rapat untuknya. Dia mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu.”

“Kalau dia mencintaiku, kenapa dia tega meninggalkanku?”

“Kau harus tahu. Hidup matinya manusia tergantung oleh takdir yang telah digariskan Tuhan. Tak  ada yang bisa mengelakknya. Percaya itu.”

“Aku menyesal sampai pada akhir hidupnya aku tidak pernah mengucapkan kata cinta untuknya. Seandainya aku bisa bertemu dengannya lagi walaupun sebentar”

“Permintaanmu diterima Hye Rin-ah”

Tiba-tiba peri biru itu menghilang. Entah pergi kemana dia. Percakapan singkat dengan peri biru itu membuatku sedikit lega. Setidaknya baru kali ini aku menceritakan sedikit yang sebenarnya. Sebuah suara mengagetkanku. Suara itu…

“Hye-ya”

Suara itu. Suara yang aku rindukan. Kucari disekelilingku tapi nihil.

“Hye-ya”

“Kyuhyun-ah? Dimana kau?”

Kini aku pasrah yang terdengar hanya suaranya. Kurasakan pelukan hangat. Dia datang? Kubalikan tubuhku. Aku melihatnya. Aku menemukannya. Aku memelukanya erat.

“Kyuhyun-ah, benarkah ini kau?”

“Hye-ah, bogoshippo”

“Kyuhyun-ah nado ani neomu neomu bogoshippo”

“Uljima, aku disini sekarang.”

“Jebal jangan tinggalkan aku. Aku ah Jean juga membutuhkanmu, jebal”

“Hye-ya, aku disini.”

“Mianhae, mianhae. Aku dulu tak pernah mencintaimu, maafkan aku. Kini baru aku menyadari kalau aku sangat-sangat mencintaimu bukan hanya itu aku menyayangimu. Maafkan aku yang terlambat menyadarinya.”

“Aku tidak merasa kalau kau tidak mencintaiku. Sungguh.”

“Jinjayo?”

“Haahaa. Kau ini tidak percaya pada suamimu? Hye-ya, jangan pernah melakukan itu lagi ya.”

“Melakukan apa?”

“Percobaan bunuh diri karena hanya ingin bertemu denganku.”

“Mianhae. apa kau melihatnya?

“Aku melihatnya. Kau tahu saat kau melakukannya hatiku terasa hancur. Melihatmu begitu tersiksa.”

“Entah dari mana aku berani melakukannya. Mianhae.”

“kau harus janji padaku untuk tidak melakukan itu lagi, arrachi?”

“Arra. Asalkan kau tetap bersamaku aku akan baik-baik saja.”

Kyuhyunpun mencium puncak kepalaku kemudian memelukku erat seakan tidak ingin melepaskanku. Tiba-tida aku merasakan pelukan itu mengendur dan aku tidak memeluk apapun. Kyuhyun berubah menjadi tidak bisa disentuh.

“Kyuhyun-ah, mengapa aku tidak bisa….”

“Hye-ya. Ini sudah waktunya aku untuk pergi.”

“ANDWAEEEEEEEEEE!! Jebal jangan tinggalkan aku lagi. Kumohon.”

“Mianhae, waktuku sudah habis. Hye-ya, gomawo sudah menjadi istri dan ibu yang baik bagi Jean. Aku ingin kau menjadi kuat. Kau tidak boleh melakukan hal yang tidak-tidak. Aku akan selalu berada di hatimu. Kau harus tau kalau kau adalah wanita yang berharga bagiku. Wanita satu-satunya yang aku cintai. Percaya lah suatu saat nanti kita akan berkumpu lagi.”

“Kyuhyun-ah andwaeeeeeeeee!! Kembalilah jebal!!!”

Seketika itu dia berubah menjadi asap dan menghilang.

Aku pun terbangun dari tidurku dan menangis sejadi-jadinya.

“Hye-ya. Kau kenapa?”

Eh? Suara ini? Aku merasakan pelukan hangat kembali.

“Kau kenapa Hye-ya? Aku disini chagi”

Apakah ini nyata atau aku masih di dunia mimpi? Dia dia dia ada disini memelukku erat sambil menenangkanku. Ini nyata!!!

“Hye-ya. Jawab aku. Kau bermimpi buruk?”

“Kyuhyun-ah jebal. Jangan tinggalkan aku, tetaplah disini.”

“Shhhsshh. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku tetap disini. Tenanglah. Uljima Hye-ya.”

“Kyuhyun-ah saranghaeyo~”

“Ah? Nado saranghaeyo Cho Hye Rin.”

Kyuhyun mencium puncak kepalaku. Akupun tertidur pulas dipelukannya. Ya Tuhan terima kasih kau tidak mengambil suamiku. Terima kasih kau telah memberiku mimpi buruk yang membuatku sadar dan tidak terlambat menyadari kalau aku mencintainya.

-END-