You Are Mine and Always – This Means ‘War’ [5/?]

u are mine

You Are Mine and Always – This Means ‘War’

 

Author : Ellyn / @hellollyn

 

Fiuh, here the fifth chapter of my fanfiction… this isn’t a good chapter but I hope you like it.

Visit my blog if you mind www.hellollyn.wordpress.com ^^

– Jongwoon POV –

“Mwo? Jadi Kyuhyun Hyung mantan kekasih Alena? Begitu?”

“Entahlah. Tapi dari percakapan yang aku dengar sepertinya mereka memang pernah memiliki hubungan spesial,” aku meneguk sisa kopi di gelasku. Setelah kejadian kemarin aku memutuskan untuk membiarkan Alena beristirahat dan menenangkan pikirannya.

“Kau… tidak akan melepaskannya, kan Hyung?” tanya Jongjin tiba-tiba.

Mwo? Kau gila?! Susah payah aku mendapatkannya dan kau bertanya apa aku akan melepasnya?”

Jongjin mengangkat bahunya acuh. “Hanya memastikan. Aku yakin hubungan Alena dan Kyuhyun Hyung telah berakhir, tapi… jika reaksi Alena seperti yang kau ceritakan bukan tidak mungkin jika gadis itu masih memiliki perasaan pada Kyuhyun Hyung, kan?” aku tertegun mendengar ucapan Jongjin. Dia benar, bukan tidak mungkin jika Alena masih menyukai Kyuhyun? Bukankah hingga saat ini ia juga tidak pernah bilang jika ia menyukaiku? Apa karena bocah itu ia masih tidak bisa menerimaku?

“Tapi aku yakin saat ini Alena telah mencoba untuk menyukaimu, Hyung. Setidaknya saat ini ia sudah tidak terlalu banyak protes dengan eksistensimu di sekitarnya, kan?”

Mau tak mau aku tersenyum mendengar ucapan Jongjin. Aku bersyukur memiliki adik sepertinya. Dia benar-benar adik yang sangat pengertian. “Kau benar. Dia mungkin sedang berusaha menerimaku,”

“Jadi… jangan menyerah, Hyung! Aku tahu Alena pasti akan menceritakannya padamu cepat atau lambat tentang hubungannya dengan Kyuhyun. Dan aku harap kau bisa lebih baik menahan emosimu.” Jongjin sedikit mendengus kesal. Aku juga menceritakan bahwa aku tanpa sengaja memukul Kyuhyun. Aku yakin wajah anak itu memar sekarang.

Aku terkekeh. “Aku juga menyesal telah melakukannya, Jongjin-ah.”

Hening diantara kami. Jarang sekali kami bisa menghabiskan waktu saling berbicara seperti ini.

“Jongjin-ah…” entah kenapa tiba-tiba terlintas sebuah pikiran di otakku.

“Eoh?”

“Kau sungguh-sungguh tidak menyukai Alena, kan?” tanyaku yang sanggup membuat tatapan tajam Jongjin diarahkan padaku.

“Kau bercanda, Hyung?!

Aku mengangkat bahuku acuh. “Hanya memastikan. Bukankah kalian juga cukup dekat?” kataku santai.

“Lalu… kalau aku bilang aku menyukainya?” kini aku yang berhasil dibuat terkejut oleh Jongjin.

Eoh…? Aku memang berkata tidak akan menyerahkan Alena pada siapa pun. Tapi lain halnya jika padamu. Aku akan mundur jika kau memang… menyukainya…” ujarku serius namun hanya dibalas dengan gelak tawa Jongjin.

“Kau lucu, Hyung!! Seharusnya kau lihat ekspresimu!! Kau tahu aku tidak akan menyukai gadis yang kau sukai, Hyung.” Ujarnya.

“Aku serius Jongjin-ah… kalaupun aku memang harus menyerah dan melepaskannya, aku akan lebih tenang jika melepaskannya padamu.”

Kini Jongjin menatapku serius. “Kau pasti bisa mempertahankannya, Hyung dan jangan berpikir untuk menyerah. Karena Alena telah memiliki yang terbaik di sisinya,”

Aku tersenyum mendengar ucapan Jongjin. “Gomawo, Jongjin-ah.”

==00==

“Neo… Gwaenchana?” tanyaku khawatir. Setelah tiga hari kami tidak bertemu setelah kejadian malam itu kini aku memberanikan diri untuk menghubunginya lebih dulu karena aku tidak mungkin mengharapkannya untuk menghubungiku lebih dulu.

“Ehmm…” sahutnya singkat.

“Apa aku mengganggumu?”

Tak ada jawaban beberapa saat. “Anni.”

Aku menghela nafas. “Kau… sudah makan?” tanyaku lagi mencoba membuat percakapan diantara kami.

“Kau pikir ini sudah jam berapa, Tuan Kim?” jawabnya terdengar kesal, namun aku yakin dia tidak sedang benar-benar kesal. Aku merutuki diriku ketika mendapati jarum pendek pada jam dindingku berada di angka sebelas.

Terkekeh karena pertanyaan bodohku aku akhirnya menyahut. “Ah, kau benar.”

“Jongwoon-ah,”

“Eoh?” mau tak mau aku harus terbiasa dengan panggilan seenaknya itu.

“Aku ingin bicara denganmu… sekarang…”

Aku mengerutkan keningku. “Bukankah sekarang kau sedang berbicara denganku?”

“Aku ingin berbicara langsung padamu, bukan melalui telepon. Bisakah kau kemari?”

Kalimatnya terdengar ringan, tanpa rasa bedosa. Dia pikir ini jam berapa?!

Mwo?! Se-sekarang?”

Eoh… ku beri kau waktu sepuluh menit untuk sampai di rumahku, aku menunggumu.”

Sambungan dimatikan.

Mwo?! Apa katanya?! Sepuluh menit?!

– Jongwoon’s POV ends –

==00==

Dia terlambat. Bukankah sudah ku katakan sepuluh menit? Aku tidak akan menemuinya.

“Tuk!”

“Terserah kau,” ku tenggelamkan tubuhku di bawah selimut. Itu sudah kali ke empat dia melempari jendela kamarku. Aku tahu dia ada di depan rumahku sekarang, tapi niatku untuk berbicara padanya sudah menghilang, jadi lebih baik aku tidak usah menemuinya saja.

Aku mengerang kesal ketika ponselku berbunyi untuk yang ketiga kalinya, masih dengan caller ID yang sama. Ku letakkan kembali ponselku di nakas samping tempat tidurku, namun lagi-lagi benda persegi panjang itu berdering. Ku hembuskan nafas kesal sambil men-swap layar ponselku dan menempelkannya di telinga.

“YAK!! Aku sudah di depan rumahmu dari tadi kenapa kau tidak keluar, huh?!” ujarnya setengah berteriak membuatku sedikit menjauhkan ponselku.

“Tidak jadi. Kau pulang saja.” sahutku acuh.

MWO?!! KAU YANG MEMAKSAKU KESINI SEKARANG KAU MENYURUHKU PERGI?!”         kali ini ia berteriak lebih keras.

“Aish!! Jangan berteriak-teriak!! Aku tidak tuli!!” gerutuku.

“Cepat turun!!” perintahnya tegas.

Shireo. Kau terlambat sepuluh menit dari waktu yang ku berikan!”

MWO?! Yak, Nona Choi jangan mempermainkanku!! Kau yang memintaku kesini malam-malam dengan syarat yang konyol dan setelah aku sampai kau malah menyuruhku pulang?! Kau pikir berapa jarak dari apartemenku ke rumahmu!?” cecarnya panjang lebar. Sepertinya ia benar-benar kesal.

“Ini sudah malam. Pulanglah!” kataku mengacuhkan segala ocehannya. Keinginanku untuk menemuinya sudah menghilang entah kemana.

“Alena Choi!” panggilnya tegas. “Cepat turun atau aku akan menrobos rumahmu dan menyeretmu hingga keluar!!”

Aku membelalakkan mataku mendengar ancamannya. Segera ku turunkan kakiku dan berjalan menuju jendela memastikan apa yang akan dia lakukan. Namun aku bernafas lega karena ternyata ia masih berdiri di depan pagar rumahku dengan memasang wajah kesal. Sebelah tangannya ia letakkan di pinggang dan sebelahnya lagi tengah memegang ponsel.

“Kau pikir aku percaya kau akan melakukannya? Kau tidak mungkin menerobos masuk ke dalam rumahku.” kataku sedikit menantangnya. Lihat saja, aku yakin dia tidak akan berani masuk ke dalam rumahku. Kecuali jika ia berani diomeli oleh Appa.

“Kau pikir aku takut? Hmm? Lihat saja!”

Ia mematikan sambungan telepon dan berjalan menuju pagar kayu yang merupakan akses utama menuju ke halaman rumahku dan saat itu juga aku membelalakkan mataku ketika ia dengan nekatnya memanjat pagar tersebut dan berhasil mendarat di halaman rumah. Astaga!! Apa sebelum menjadi penyanyi pekerjaannya adalah pencuri?

Dengan santai ia berjalan menuju pintu masuk dan saat itu juga aku berlari ke luar kamar sebelum orang itu membuat keributan. Karena Appa bisa langsung menghukum kami berdua.

Masih dua anak tangga terakhir tapi aku sudah mendengar teriakannya. Astaga, pria itu benar-benar….

“Mati kau Kim Jongwoon!!” umpatku sambil mempercepat langkahku menuju pintu depan.

“Alena!”

“Al− hmmph,” segera ku bungkam mulutnya dengan tanganku begitu aku membuka pintu rumah.

Yak!! Kau sudah gila?! Kau ingin dimarahi Appa?!” bentakku setelah kami telah berada di luar.

Tsk. Kenapa kau yang marah-marah? Seharusnya aku yang marah padamu, menyuruh orang lain kesini secara tiba-tiba lalu menyuruh orang itu pergi begitu saja!” gerutunya kesal. Astaga, dia ini umur berapa sih? Dengan sengaja ku cubit pipinya gemas ketika ia mengerucutkan bibirnya sambil melipat dadanya di depan dada dan langsung mendapatkan tatapan protes.

“Siapa suruh kau datang terlambat?!” elakku membela diri.

Yak! Kau kira berapa jauh jarak dari apartemenku?! Seenaknya saja menyuruh orang,”

“Kalau tidak mau datang ya sudah, kan aku tidak memaksa.”

Yak! Kau ini…”

“Sudahlah ini sudah malam, aku tidak ingin bertengkar hanya karena hal kecil,”

Aku bisa mendengarnya mendengus sebal. Namun detik berikutnya aku mendengar bunyi aneh yang berasal dari perutnya.

“K-kau..? Belum makan?” tanyaku.

Untuk pertama kalinya aku melihat semburat merah di pipinya, sepertinya ia malu. Ia menggeleng sebagai jawaban pertanyaanku.

“Aku baru saja sampai di apartemen ketika meneleponmu dan kau menyuruhku kesini,” ia kembali mengerucutkan bibirnya. Aigo, I namja jinja…

“Kaja!” aku menarik lengannya agar masuk bersamaku ke dalam rumah namun ia hanya bergeming di tempatnya.

Eomma dan Appa sudah tidur, lagi pula aku hanya ingin membuatkanmu makanan. Memangnya kau tidak lapar?” aku mencoba menjelaskan tujuanku. Setidaknya sebagai permintaan maafku karena memintanya datang malam-malam ke rumahku.

Eoh.. n-ne..” sahutnya dengan senyum canggung.

==00==

– Jongwoon POV –

Sekarang aku tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis di sampingku. Setelah beberapa hari ini ia membuatku bingung dan penasaran dengan hubungannya dengan Kyuhyun juga membutaku merindukannya di saat yang bersamaan. Sekarang dengan tiba-tiba ia menyuruhku mendatanginya, membuatkanku makan malam, dan sekarang duduk di atas ayunan di belakang rumahnya − di bawah selimut tebal miliknya − bersama.

“Apa yang ingin kau katakan?” tanyaku memecah keheningan diantara kami sejak beberapa menit yang lalu.

Eoh? Itu…”

Aku menoleh menghadap padanya yang kini tengah menundukkan kepalanya. “Mwoya?”

Alena menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya, ia mengangkat wajahnya dan kini menatapku membuatku tidak dapat beralih dari sepasang bola matanya hijau hazelnya. Tanpa sadar lagi-lagi aku memegang dada kiriku. Selalu seperti ini, gadis ini benar-benar membuat kerja jantungku berantakan.

“Mianhae…” ucapnya lirih.

Aku mengerutkan keningku.

“Maafkan aku. Aku yakin beberapa hari ini kau pasti kesal padaku karena kejadian waktu itu. Aku benar-benar minta maaf.” ucapnya lagi.

“Maukah kau menceritakan padaku yang sebenarnya terjadi antara kau dan… Kyuhyun?”

“Dia… mantan kekasihku empat tahun lalu.” ujarnya dan ia pun mulai menceritakan semuanya. Bagaimana sosok Cho Kyuhyun yang berhasil menarik perhatiannya, bagaimana hubungan mereka dulu, bagaimana keluarga mereka saling mengenal, bagaimana kisah cinta mereka – yang mau tak mau membuatku menggenggam erat kepalan tanganku erat menahan kesal, hingga bagaimana Kyuhyun meninggalnya, bagaimana Kyuhyun membuatnya terpuruk dan menutup hatinya.

“… karena hingga saat ini, kalau aku boleh jujur… aku masih memiliki perasaan padanya, Jongwoon-ah.” bagaikan dihantam dengan sebuah batu besar, entah kenapa aku merasakan nyeri di sudut hatiku. Gadis ini masih mencintainya – mencintai Cho Kyuhyun.

“Jongwoon-ah,”

Aku hanya menolehkan kepalaku tanpa menjawabnya. Entah kenapa tiba-tiba lidahku terasa kelu untuk sekedar menyahut panggilannya.

“Maukah kau berjanji padaku satu hal?” ia bertanya, sementara aku hanya mengerutkan keningku.

“Berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan membiarkanku kembali padanya.” mataku membulat mendengar penuturannya.

“Na-ya…

“Kau juga harus berjanji untuk membuatku jatuh cinta padamu, membuatku hanya melihatmu, membuatku hanya memperhatikanmu dan menjadikanmu poros duniaku seperti yang pernah ia lakukan. Kau hanya perlu membantuku melupakannya dan menghapus segala tentangnya, aku hanya tidak ingin mengulangi kesalahannya, aku tidak ingin meninggalkan orang yang mencintaiku karena egoku. Kau mau, kan?”

Ku berikan senyum terbaikku sebagai jawaban segala permintaannya. Aku akan melakukannya, Na-ya. Aku berjanji akan membuatmu menyukaiku dan menjadikan hatimu milikku.

“Aku tidak akan mengijinkanmu kembali padanya meskipun kau menangis dan berlutut di depanku.” Ku tangkupkan sebelah tanganku di wajahnya kemudian membelai pipinya. Aku bersumpah tidak akan melepaskannya meskipun aku harus merelakan nyawaku.

“Gomawo,”

Aku menariknya agar bersandar di bahuku kemudian melingkarkan tanganku di bahunya. “Sepertinya aku akan memilih tidur disini daripada harus kembali ke apartemen,” kataku sambil memejamkan mataku.

Mwo? Kau bisa sakit Jongwoon-ah, disini dingin.”

“Bukankah kita memakai selimut?”

“Tubuhmu akan sakit jika kau tidur dengan posisi seperti ini.”

“Aku sudah terbiasa tidur dengan posisi seperti ini.” Sahutku keras kepala. Biar saja aku tidur seperti ini, selama gadis ini berada di pelukanku aku yakin aku akan baik-baik saja.

“Ishh! Terserah kau saja!” ia mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

“Kalau begitu ayo kita tidur!” aku menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh atas kami kemudian menariknya dalam pelukanku. “Aku pasti akan baik-baik saja jika kau bersamaku,” kataku sebelum mengecup singkat bibirnya. Senyumku terkembang ketika aku merasakan tubuhnya balas memelukku dan menenggelamkan wajahnya di dadaku. Pasti wajahnya memerah sekarang. Gadisku ini benar-benar menggemaskan, kan?

– Jongwoon’s POV ends –

==00==

“Aku tidak bisa menjemputmu hari ini. Mianhae.”

“….”

“Aku benar-benar ingin menjemputmu tapi jadwalku hari ini tidak memungkinkan. Apa sebaiknya aku mencari pekerjaan lain saja agar aku bisa menjemputmu setiap hari?”

Mau tak mau aku tersenyum mengingat ucapannya di telepon tadi siang. Aku yakin saat dia meneleponku bibirnya mengerucut sebal. Ah, kalau dia di depanku aku yakin sudah mencubit pipinya. Dan apa katanya? Mencari pekerjaan lain? Berita tentang hubungan kami saja sudah membuat gempar seluruh fans-nya, bagaimana dengan berita mundurnya dia dari dunia hiburan dengan alasan agar bisa menjemputku setiap hari? Bisa ku pastikan aku hanya akan tinggal nama.

Aku meregangkan tubuhku dan menarik napas dalam. Sepertinya aku akan menaiki subway lagi. Aku memasang earphone di kedua telingaku kemudian memutar musik dari ponselku, hal yang menjadi kebiasaanku. Ku langkahkan kakiku ringan menuju halte subway terdekat mengacuhkan panggilan seseorang yang tertuju padaku – bukan, bukan ku acuhkan, lebih karena aku tidak mendengarnya hingga orang itu akhirnya menarik lenganku dengan sedikit kasar.

“Ah, sudah kuduga kau pasti sedang mendengarkan musik hingga tidak mendengar panggilanku. Ternyata kebiasaanmu belum berubah!” sapaan riang itu dengan cepat masuk ke dalam gendang telingaku membuatku sedikit terperangah. Ku dongakkan kepalaku menatapnya yang kini tengah memakai topi, masker serta kaca mata hitam untuk menyamarkan dirinya mengingat siapa sosoknya yang sebenarnya.

“Jongwoon Hyung tidak bisa menjemputmu, kan? Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang. Kaja!” pria itu menarik lenganku namun aku tidak bergeming di posisiku.

“Lepaskan!”

“Ahh.. palli. Sebelum orang-orang mengenaliku, Na-ya…

“Lepaskan tanganmu karena aku tidak akan pergi bersamamu!” ku hempaskan tangannya dan kembali melanjutkan langkahku.

“Na-ya… akan lebih cepat sampai jika aku mengantarmu. Kaja!” lagi-lagi ia menarik lenganku seenaknya dan sekali lagi ku hempaskan tangannya.

“Maaf, Kyuhyun-ssi tapi saya lebih senang pulang sendiri.”

“Jangan sampai aku memaksa, Na-ya. Kau tahu kalau aku tidak suka dengan penolakan, hmm? Kau pulang bersamaku!”

Ku acuhkan ancamannya dan melangkah lebih cepat menjauhinya. Astaga, kenapa aku merasa halte subway jauh sekali?

“Argh! Yak!” aku memekik ketika dengan kasar ia menarik lenganku menuju mobilnya. Ku edarkan pandanganku saat beberapa orang mulai memperhatikan kami. Ku katupkan bibirku rapat-rapat dan memilih untuk mengikutinya semata-mata untuk menghindari keributan. Karena apa yang aku lakukan akan berdampak juga pada Jongwoon nantinya.

==00==

Aku mengernyitkan keningku ketika sadar bahwa Kyuhyun tidak membawaku ke arah rumah. Dia akan membawaku kemana?

“Sepertinya kau salah jalan, Kyuhyun-ssi. Ini bukan jalan menuju ke rumahku.” kataku dengan senyum semanis mungkin. Aku sedang tidak ingin mencari keributan dengan pria ini.

Kyuhyun hanya tersenyum. Senyum terbaiknya dan aku mengutuk hal tersebut. Aku benci jika dia hanya diam seperti ini. Salah satu kebiasaannya adalah membuat orang penasaran dan aku yakin saat ini ia sedang merencanakan sesuatu.

“Jika kau tidak berniat mengantarku pulang, lebih baik kau turunkan aku disini, Kyuhyun-ssi.” Aku mencoba menahan amarahku dengan bersikap sabar terhadapnya.

Tidak ada respon dariya dan hal itu semakin memuatku kesal. Mungkin jika hal ini terjadi empat tahun lalu aku akan langsung merengek padanya agar segera memberitahu rencananya atau aku akan pura-pura mengacuhkannya, namun tidak saat ini. Pria yang ada di depanku saat ini bukan Kyuhyun empat tahun lalu.

“Turunkan aku disini!” kataku tenang namun penuh penekanan.

“….”

“Kyuhyun-ssi!”

“….”

Yak! Cho Kyuhyun!!”

Seringaian khas segera menghias wajahnya. “Akhirnya kau kembali, Na-ya. berhenti bersikap formal padaku, aku lebih senang mendengar teriakanmu.”

Aku menatap Kyuhyun dengan tatapan murka. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh pria ini. Dulu ia meninggalkanku begitu saja, membuatku terpuruk hingga menutup rapat-rapat hatiku bagi pria manapun, dan kini pria ini datang kembali sambil mengacaukan perasaan dan pikiranku di saat ada orang lain yang mungkin akan terluka karena kami berdua.

Kyuhyun menghentikan mobilnya, sedangkan aku mengerutkan keningku ketika menyadari di mana kami sekarang. Kyunghee University, tempat dimana kami dulu pertama kali bertemu serta menghabiskan waktu bersama.

“Kau ingat, kan tempat rahasia kita? Tiba-tiba saja aku merindukan tempat itu,” Kyuhyun melepas seatbelt-nya dan membuka pintu mobilnya berjalan memutar kemudian membuka pintu mobil di sampingku.

Astaga! Dia sudah gila?! Bagaimana kalau sampai ada yang melihat?!

Aku bergeming di tempatku. Dia pikir aku akan mau ikut dengannya?!

“Kaja!” ia mengulurkan tangannya, mengundangku untuk turun.

“Bukankah kau yang ingin kesana? Kau pergi saja sendiri, aku tunggu disini.” kataku tanpa melihatnya.

Mwo? Kau pikir untuk apa aku mengajakmu kesini? Aku ingin pergi kesana bersamamu, Na-ya.”

“Shireo.” tolakku.

“Na-ya…

“Kau pergi saja sendiri, Kyuhyun-ssi… aku akan menunggumu disini hingga kau kembali. Ok?”

“Nona Choi, kau tau aku tidak menyukai penolakkan, jadi ikut denganku sekarang atau aku akan memaksamu dengan caraku, hmm?” seringaian khas tercetak di bibirnya. Baiklah Alena, kau tidak mengenalnya dua hari yang lalu. Kau tahu benar bagaimana sifatnya dan tahu konsekuensi yang akan kau dapatkan jika kau menolak perintahnya. Jadi tunggu apa lagi?! otakku dengan keras kepalanya membantahku. Aku tahu dia mungkin melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, tetapi aku tidak mungkin keluar bersamanya. Bagaimana kalau sampai ada yang melihat kami?

Aku melihat keluar. Halaman parkir belakang kampus ini memang tidak terlalu ramai, tetapi tetap saja aka nada beberapa orang yang bisa melihat kami dan aku tidak ingin mengambil resiko.

“Tidak akan ada yang menyadari keberadaan kita disini jika itu yang kau khawatirkan.” ucap Kyuhyun seolah bisa membaca pikiranku.

“Kaja!” ajaknya sekali lagi sambil mengulurkan tangannya. Ku tatap ragu uluran tangannya kemudian menatap sekeliling. Memangnya aku tidak bisa jalan sendiri?

Sedikit ku dorong tubuhnya yang berdiri tepat di depan pintu mobil guna memberiku jalan keluar. Ku acuhkan tangannya yang terulur dan berjalan mendahuluinya. Menundukkan kepalaku dalam agar wajahku tidak begitu terlihat. Ku lirik sekilas sosoknya yang berjalan tak jauh di belakangku. Setidaknya topi dan kaca mata yang dia gunakan sedikit menutupi identitasnya.

==00==

Ku telusuri garis wajahnya dengan telunjukku. Keningnya, hidungnya, bibirnya… bibir yang yang menjadi ciuman pertamaku. Cho Kyuhyun-ku, bukankah dia tampan? Tanpa sadar aku tersenyum melihat wajah damainya yang kini tengah tertidur di pangkuanku.

“Anak nakal!” ku sentil pelan keningnya. “Kau melewatkan kelasmu, Tuan Cho!” gumamku pelan, takut membangunkannya. Ku raih buku dari dalam tasku kemudian memposisikannya di atas wajahnya guna menghalau sinar matahari yang mengarah ke wajahnya namun detik berikutnya aku bisa melihat senyum di bibirnya.

Yak! Cho Kyuhyun!! Ireona!!” kataku setengah berteriak.

“Shireo!” sahutnya masih dengan menutup matanya. Ke kerucutkan bibirku kesal. Dasar keras kepala. Ku angkat kepalanya dari pangkuanku, membiarkannya terbentur kursi kayu yang kami duduki sementara aku berdiri.

“Akh!” pekiknya. “Yak, Alena Choi!!”

“Mehrong!” ku julurkan lidahku kemudian beranjak pergi.

GREP

“Odiya?” Kyuhyun menarik tubuhku dan berakhir di pangkuannya.

I have class, Mr. Cho!”protesku mencoba melepaskan diri.

“You’ll stay here, baby…” bisiknya di telingaku. Ia melingkarkan lengannya di pinggangku sementara kepalanya berada di lekuk leherku. Astaga, Cho Kyuhyun!! Bagaimana kalau ada yang melihat.

“Lepaskan, Kyu… bagaimana kalau ada yang melihat?” kataku cemas. Ku lihat sekeliling, keadaan taman ini memang cukup sepi karena letaknya cukup jauh dari gedung utama dan para masiswa juga cukup jarang melewati taman ini.

“You know that this is our secret garden?”

“Kau terlalu banyak menonton drama!!” sungutku kemudian melipat kedua tanganku di dada.”Ayolah, Mr. Cho…”

“Shireo…” bisiknya tepat di telingaku dan akupun akhirnya mengalah. Absen untuk kedua kalinya bulan ini.

 

==00==

“Sudah lama sekali sejak kita terakhir kali kemari… did you miss that?” suarat bariton miliknya kembali tertangkap indera pendengaranku.

Ku tatap sosoknya yang kini tengah duduk di salah satu bangku taman. Tersenyum.

Bohong jika saat ini aku tidak terpesona dengannya. Senyuman itu adalah senyuman yang sama dari seorang Cho Kyuhyun empat tahun lalu, bukan senyum yang terlihat terpaksa atau seringaian… senyum yang menjadi favoritku.

“Na-ya…” ia menepuk ruang kosong di sisinya. Memintaku agar duduk bersamanya. Seharusnya aku menolaknya, aku memang harus menolaknya!! Namun dengan keras kepalanya otakku memerintahkan hal yang sebaliknya.

Hening diantara kami. Aku yakin saat ini dia sedang sibuk dengan pikirannya.

“Bagaimana kabarmu?” Kyuhyun yang pertama memecah keheningan diantara kami.

“Like you see… I’m fine.” sahutku.

“Bagaimana kabar Sulli? Eomonim? Abeonim?” kutolehkan kepalaku menatapnya yang saat ini tengah menatap lurus kedepan. Sudah lama sejak terkahir kali aku mendengarnya memanggil kedua orang tuaku dengan Eomonim dan Abeonim.

Lagi. Untuk kedua kalinya aku menemukan senyum itu di wajahnya.

“Seharusnya aku tidak menjadi seorang egois. Seharusnya aku mempertahankanmu saat itu.” ku biarkan ia memulai ceritanya. Selain karena aku ingin tahu kenapa ia meninggalkanku saat itu, saat ini aku memang merindukannya. Ya. Aku merindukannya.

“Kau tahu sejak dulu impianku adalah bernyanyi di atas panggung yang besar, memiliki banyak penggemar, dan menjadi terkenal. Kau tahu sejak kecil aku menyukai musik meskipun kedua orang tuaku menentang keinginanku tapi aku ingin mengembangkan bakatku dalam bermusik. Saat itu aku sudah ingin menyerah dengan impianku, namun saat aku bertemu denganmu, seorang gadis cerdas yang memiliki semangat tinggi dan berusaha keras mencapai apa pun yang ia inginkan. Asal kau tahu, kau adalah salah satu gadis yang menjadi idola banyak laki-laki di kampus kita. Mereka bilang kau adalah gadis menarik yang selalu memberikan energi positif, kau gadis yang ramah dan enak untuk diajak bicara dan mulai saat itu aku mulai memperhatikanmu.” Kyuhyun masih menatap lurus kedepan, entah apa yang dilihatnya namun ia sama sekali tidak melihat ke arahku yang saat ini memperhatikannya. Aku bahkan baru tahu cerita ini sekarang. Aku tahu ia menyukai musik sejak kecil, ia memberitahuku namun hal yang lainnya, ia baru menceritakannya saat ini.

“Kau tahu Alena… aku merasa kau bergitu jauh saat itu, kau mempunyai banyak penggemar yang diam-diam menyukaimu, yang mungkin jauh lebih baik dariku namun saat itu aku tetap berusaha mendekatimu.”

Kali ini aku tidak tahan untuk tidak menyelanya. “Kau tahu kau yang selalu menjadi sorotan, Cho Kyuhyun. Mahasiswa berbakat dari fakultas seni.”

Ku dapati dirinya menggeleng. “Bahkan banyak gadis yang iri terhadapmu.” ku belalakkan mataku begitu mendengar kalimatnya.

“Dan aku menjadi laki-laki paling beruntung saat itu karena berhasil mendapatkanmu. Kau tau bagaimana bangganya aku saat bisa menggandeng tanganmu sepanjang koridor kampus? Tidakkah kau tahu bahwa banyak mahasiswa yang menatap iri padaku?”

“Atau mahasiswi yang menatap iri padaku, maksudmu?” interupsiku lagi, dan kali ini ia menolehkan kepalanya ke arahku.

“Kau terbaik yang pernah aku miliki, Na-ya. Kau yang terbaik. Bahkan kau dengan mudah mengambil hati kedua orang tuaku, juga Ahra Noona.”

“Kyuhyun-ah…” lirihku. Ya Tuhan… seharusnya aku tidak mendengarkannya. Kau tahu benar bagaimana perasaanku padanya.

“Aku terlalu bodoh saat itu, Na-ya. Terlalu bodoh karena melepaskan hal yang sangat berharga. Terlalu bodoh karena tidak menyadari betapa aku sangat mencintaimu. Aku terlalu takut kalau media mengatahui hubungan kita dan karirku yang saat itu baru dimulai akan jatuh. Aku terlalu bodoh karena melepaskanmu demi ketenaran.”

Ku alihkan wajahku darinya. Tidak. Aku tidak mencintainya!

“Maafkan aku, Na-ya. Aku tahu aku salah karena meninggalkanmu begitu saja, aku tahu bagaimana perasaanmu dan aku mengerti mengapa kau membenciku. Tapi maukah kau memberikanku kesempatan?”

Tidak Alena. Jangan dengarkan ucapannya. Ku gelengkan kepalaku keras. Aku mohon padamu Cho Kyuhyun.

“Na-ya…” lirihnya kemudian meraih tanganku. “Mianhae.”

“Aku tidak akan mengijinkanmu kembali padanya meskipun kau menangis dan berlutut di depanku.”

Jongwoon-ah…

“Na-ya…”

Ku tarik tanganku dari genggaman Kyuhyun. “Sebentar lagi waktunya makan malam, Eomma pasti mencariku.”

Aku segera bangkit dari dudukku dan melangkahkan kaki meninggalkan Kyuhyun hingga akhirnya ia menarikku dan membawaku dalam pelukan protektifnya.

“Cho Kyuhyun…”

“Biarkan seperti ini sebentar saja…”

“Tapi−”

“Sebentar saja, Na-ya… jebal.”

***

– Kyuhyun POV –

Hening dia antara kami.

Lima belas menit yang lalu kami telah sampai di depan rumahnya namun tidak ada satu pun dari kami yang beranjak. Kami hanya bisa diam dan larut dalam pikiran kami masing-masing. Haruskah aku merebutnya dari Jongwoon Hyung?

“Na-ya…”

“Gomawo.” ucap kami hampir bersamaan dan ia dengan segera mengalihkan pandangannya ke arahku.

“Kau… apa kau benar-benar mencintai Jongwoon Hyung?” tanyaku yang tanpa sadar meremas kemudi dengan kuat.

Hening beberapa saat.

Kudengar helaan nafasnya sebelum ia mulai berbicara, “Aku menyukainya. Sifatnya yang keras kepala itu, semangat, dan senyum yang ia miliki. Ia bisa terlihat dewasa dan kekanakan disaat yang bersamaan. Tapi…”

“Ya?”

“Kau tahu pasti jawabanku, Kyuhyun-ah dan aku juga tidak mau menutupinya. Kau tahu pasti bahwa aku jauh lebih mencintaimu dibanding dirinya.”

Senyum mengembang di bibirku begitu mendengar pengakuannya. Dia masih mencintaiku.

“Kalau begitu bisakah−”

“Tapi aku akan belajar mencintainya. Aku sudah berjanji akan tetap berada disisinya sampai aku benar-benar bisa mencintainya sama seperti aku mencintaimu. Sampai aku bisa menjadikannya poros hidupku dan menghilangkan perasaanku terhadapmu.”

“Cheonsa-ya…”

“Alena, Cho Kyuhyun. Aku mohon berhenti memanggilku dengan nama itu!”

“But you’re still my angel..” sahutku keras kepala mengcuhkan protesnya.

“No. I’m not.” sahutnya dingin. “Terimakasih telah mengantarku.”

“Na-ya…” ku tahan lengannya sebelum ia beranjak dari mobilku.

“Ah, satu lagi…” ucapnya kini menatapku dengan senyumnya. Senyum yang sangat ku rindukan. “Berhenti menemuiku, Cho Kyuhyun.” ia menarik lengannya dari genggamanku sementara aku hanya bisa terdiam dalam posisiku.

“Berhenti menemuiku, Cho Kyuhyun.”

Ku gelengkan kepalaku.

Andwae!

Ku tidak akan melepaskanmu, Na-ya!

Ku kejar drinya sebelum ia masuk kedalam rumah.

“Na-ya!” ku raih dirinya dalam pelukku. “I’m sorry but I won’t let you go right now, Na-ya.”

“Kyuhyun-ah!” ku eratkan pelukanku saat ia berusaha melepaskan diri. “Cho Kyuhyun!!”

“Lepaskan, Cho Kyuhyun!”

“Shireo.”

“Lep−”

Aku merasakan dorongan cukup kuat pada tubuhku hingga pelukanku dan Alena terlepas.

“Bukankah kau sudah kuperingatkan untuk menjauhinya!”

– Kyuhyun’s POV end –

==00==

– Jongwoon POV –

Sudah lebih dari lima belas menit dan mereka masih di dalam mobil. Aish!! Apa yang mereka bicarakan?! Dan bagaimana bisa Alena bersama bocah sialan itu?!

Aku hanya bisa memperhatikan mereka dari dalam mobilku sementara mobil Kyuhyun tepat berada di depanku. Tanpa sadar aku meremas kemudi dengan kuat ketika kulihat Alena melemparkan senyumnya pada Kyuhyun. Apa mereka sudah berbaikan? Lalu kenapa dia memintaku untuk tidak melepasnya?

Argh!! Aku sudah tidak tahan!! Segera aku keluar dari mobilku bertepatan dengan pintu mobil di bagian penumpang mobil Kyuhyun terbuka dan menampilakn sosoknya. Alena, gadisku berjalan dengan tergesa dan membuka pintu pagar rumah, tidak menyadari keberadaanku. Aku baru saja akan menghampirinya ketika Kyuhyun dengan cepat keluar dari dalam mobil dan mengejar Alena.

Aku hanya bisa membeku ditempatku ketika mataku menangkap sosok mereka yang saling berpelukan. Rasa sesak segera menyebar di seluruh tubuhku.

“−Cho Kyuhyun!!” teriakkannya menarikku kembali pada kesadaranku.

“Lepaskan!!” tidak. Alena tidak mungkin menghianatiku. Dia tidak akan pernah kembali pada Cho Kyuhyun sialan itu!! Dan aku tidak akan pernah membiarkannya.

“Shireo!” ku dengar penolakkan tegas dari mulut bocah sialan itu. Dasar bocah kurang ajar! Apa dia tidak dengar bahwa gadisku tidak ingin bersamanya!

Ku bawa kakiku menuju ke arah mereka dalam langkah besar. Aku bersumpah ini adalah yang terakhir kalinya kau menyentuhnya, Cho Kyuhyun!

“Lep−”

Ku dorong tubuh Kyuhyun dengan mengerahkan seluruh tenagaku hingga pelukannya pada Alena terlepas dan tubuhnya terdorong ke belakang.

“Bukankah kau sudah kuperingatkan untuk menjauhinya!”

“Jongwoon-ah..”

Neo gwaenchana? Apa dia menyakitimu?” tanyaku tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirku terlebih ketika aku melihat wajah tertekan Alena.

Gadisku menggeleng. “I’m okay.”

“Cih!” aku mendengar sindiran dari mulut bocah sialan itu.

“Kau!” aku menunjuknya tepat di wajahnya. “Segera pergi dari sini dan jangan pernah menampakkan wajahmu lagi di depan kekasihku, arasseo!?” ku raih tubuh Alena dalam rengkuhanku dan menuntunnya untuk masuk ke dalam rumah sebelum akhirnya bocah sialan itu kembali bersuara.

“Aku tidak akan menyerah, Hyung! Sampai kapanpun dia adalah miikku!”

“Jangan bermimpi Cho Kyuhyun!! Dia tidak akan pernah kembali padamu!!” sahutku dengan berusaha keras menahan amarahku.

Kyuhyun terkekeh. “Kau tahu pasti bagaimana perasaannya padaku, Hyung.”

Ku eratkan kepalan tanganku begitu mendengar ucapannya.

“Kau−”

“Kau benar. Jongwoon sangat tahu bagaimana perasaanku, Cho Kyuhyun. Dia tahu bahwa aku mencintainya.” Mataku membelalak begitu mendengar ucapan Alena. Dia mencintaiku? Dia sudah bisa mencintaiku?

Gojitmal! Hentikan omong kosongmu, Na-ya!!”

“Aku juga tidak ingin membuatmu percaya padaku, Tuan Cho! Kaja, Jongwoon-ah!” Alena segera menarik lenganku agar masuk ke dalam rumah tepat saat tangan lain menahan lengannya.

“Alena…”

“Lepaskan tanganmu, Cho Kyuhyun!” kataku menekan rasa marahku. Kalau saja Alena tidak menggenggam tanganku dengan erat aku mungkin saja sudah memukulnya saat ini.

“Hubungan kita sudah berakhir empat tahun yang lalu, Kyuhyun-ah.”

“Tidak bisakah kau memberiku kesempatan sekali lagi?”

Astaga!! Kenapa bocah sialan ini keras kepala sekali!?

“Ku peringatkan kau sekali lagi, Cho Kyuhyun. Pergi dari sini sebelum aku kembali melayangkan tinjuku ke wajahmu!”

“Kau pikir aku takut dengan ancamanmu, Hyung?!

“Yak!” aku baru saja akan melayangkan tinjuku pada Kyuhyun namun Alena dengan cepat menahan tubuhku.

“Jongwoon-ah, sudahlah.”

Ku tatap gadis di sampingku dengan tatapan tajam. “Jadi kau mau membiarkannya merebutmu dariku? Bukankah kau yang memintaku untuk tidak melepaskanmu? Bukankah kau yang memintaku untuk tetap disimu? Bukankah kau yang−”

Kalimatku terhenti begitu sesuatu yang lembut menekan bibirku. Aku hanya bisa membelalakkan mataku ketika mendapati Alena dengan tiba-tiba menciumku. Menciumku di depan Cho Kyuhyun! Tanpa sadar aku menyeringai kecil. Ku raih tengkukknya dan membalas ciumannya. Bagaimana perasaanmu saat ini Cho Kyuhyun?

“Is that enough to make you believe if I love this man?” Alena bertanya dengan nada yang cukup tenang meskipun aku tahu saat ini ia tengah gugup. Kusunggingkan senyumku kemudian meraih tubuhnya agar merapat padaku.

“Ku rasa sudah tidak ada alasan untumu tetap berada disini, Tuan Cho.” kataku kemudian menggiring Alena masuk ke dalam rumahnya. Aku harap kedua orang tuanya tidak mendengar pertengkaran kami.

– Jongwoon’s POV ends –

==00==

– Kyuhyun POV –

“PRAANGG!!”

Omo!! Kyuhyun-ah!! Apa yang kau lakukan?!” kuacuhkan teriakan Siwon Hyung yang kini sudah berdiri di ambang pintu kamarku.

Ya!! Apa yang kau lakukan?!”

“Aaarrgghhh!!!” mengerang kesal, ku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Sial!! Kenapa aku tidak bisa melupakan kejadian semalam? Kenapa aku tiba-tiba merasa tidak nyaman? Kenapa aku merasa begitu sesak?

“K-Kyuhyun-ah? Neo gwaenchana?” suara Siwon Hyung mulai berubah menjadi khawatir.

“Aku ingin sendiri, Hyung. Bisa kau tinggalkan aku sebentar?” pintaku tanpa menatap ke arahnya.

“Baiklah. Aku hanya ingin mengingatkan tiga jam lagi kita ada pemotretan dengan Ceci.”

“Ara.” dan jawaban singkatku cukup untuk membuat Siwon Hyung pergi meninggalkan kamarku.

“…aku jauh lebih mencintaimu dibanding dirinya.”

Dan bayangan gadis itu mencium Jongwoon Hyung kembali terbayang.

“Is that enough to make you believe if I love this man?”

Gojitmal!! Kau tidak mencintainya, Na-ya!!”

Ku benamkan wajahku pada telapak tanganku. Kau tahu, Na-ya.. seorang Cho Kyuhyun tidak akan menyerah. Seorang Cho Kyuhyun tidak akan berhenti hingga ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan seorang Cho Kyuhyun tidak akan pernah melepas apa yang pernah menjadi miliknya. Maaf, Hyung… tapi kali ini aku harus merebut kekasih yang kau cintai. Alena Choi, you’ll be mine.

==00==

 

“For the last time, Na-ya. Please… I won’t bother you again, I promise.”

Ku kirimkan pesan singkat tersebut pada Alena. Berusaha meyakinkannya bahwa aku hanya ingin menjadikannya kekasihku dalam satu hari. Mencoba mengingat kenangan kami dengan mengunjungi dan melakukan hal yang selalu kami lakukan saat kami bersama. Ini adalah satu-satunya usahaku untuk menariknya kembali ke dalam pelukanku. Semoga dengan ia menghabiskan waktu lebih lama denganku perasaannya akan kembali padaku.

Detik berganti menit, menit beganti jam, namun tidak juga ada balasan darinya. Apa perasaanmu terhadapku sudah benar-benar hilang, Na-ya? Apa kau benar-benar tidak ingin memberiku kesempatan meskipun hanya sekali saja? Meskipun hanya dalam waktu sehari?

Ku rebahkan tubuhku di atas tempat tidur kemudian membenamkan wajahku pada kedua telapak tanganku. Kesempatanmu sudah hilang, Cho Kyuhyun. Dia sudah memiliki kehidupan yang lebih bahagia dengan Kim Jongwoon, untuk apa kau kembali mengharapkannya? Bukannya kau yang meninggalkannya lebih dulu?

Beragam pemikiran memenuhi otakku, aku tahu aku yang meninggalkannya. Aku tahu aku yang telah membuatnya membenciku. Aku tahu aku yang membuatnya menjauh, tapi kali ini aku benar-benar ingin memperbaiki semua kesalahanku. Aku ingin membuktikan padanya bahwa aku masih mencintainya.

Mungkin sebaiknya aku menyerah. Pikirku.

Ku hembuskan nafas perlahan kemudian beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi sebelum akhirnya ponselku bordering menandakan sebuah pesan masuk. Kuurungkan niatku menuju kamar mandi dan segera meraih ponsel yang tergeletak di sebelah bantal tidurku hanya untuk menemukan pesan darinya.

Senyum terkembang di wajahku.

“Okay. I give you one day. Tetapi setelah itu aku harap kau berhenti menemuiku.”

– Kyuhyun’s POV ends –

 

==00==

Benarkah yang ku lakukan saat ini? Membiarkan Kyuhyun berpura-pura menjadi kekasihku untuk yang terakhir kalinya dalam waktu sehari? Jika memang ini yang akan membuatnya menjauhiku maka aku akan melakukannya. Aku tidak ingin menyakiti perasaan Jongwoon karena entah bagaimana aku sudah mulai terbiasa dengan kehadirannya dan entah bagaimana caranya kehadiran pria itu selalu membuat jantungku berdebar lebih cepat. Apa aku benar-benar sudah membuka hatiku untuknya?

“Apa kau telah memberitahu Jongwoon Hyung kita akan pergi berdua hari ini?” Tanya Kyuhyun yang saat ini tengah bersiap dibalik kemudi.

“Kurasa aku tidak perlu memberitahunya. Lagipula semua ini hanya berpura-pura, kan? Dan hanya untuk hari ini setelah itu kau akan menepati janjimu, bukan Cho Kyuhyun?” jawabku sedingin mungkin. Aku tidak ingin ia berpikiran bahwa aku kembali menerimanya dengan mengijinkannya menjadi ‘kekasihku’ kembali walau hanya untuk satu hari.

Ku lihat perubahan raut wajah Kyuhyun. Aku tahu ia pasti merasa kecewa dengan perkataanku, namun aku tidak bisa melakukan hal lain. Aku tidak ingin ia berpikiran bahwa aku memberinya kesempatan untuk kembali padaku. Ini semua kulakukan semata-mata karena aku ingin ia segera menjauh dari kehidupanku dan Jongwoon.

“Aku akan menepati janjiku, Na-ya. Terimakasih kau sudah mau meluangkan waktumu hari ini.”

Kuanggukkan kepalaku sebagai jawaban kemudian kembali mengalihkan pandanganku ke arah jendela berharap hari ini segera usai.

Ku dengar helaan nafasnya sebelum akhirnya ia berteriak penuh semangat. “Kaja!!”

***

– Kyuhyun POV –

Senyumku tidak pernah lepas dari wajahku. Jantungku juga berdebar begitu cepat ketika aku berhasil menggandeng tangannya dan ia sama sekali tidak menolakku. Bukankah ini pertanda bagus?

Sadar, Cho Kyuhyun! Dia hanya berpura-pura!!

Ku tepis segala pemikiran yang dapat merusak suasana hatiku. Aku tidak perduli jika dia sedang berpura-pura atau tidak, yang aku tahu saat ini adalah dia sedang bersamaku dan aku tengah menggandeng tangannya dan aku yakin tidak ada gadis manapun yang memiliki genggaman sehangat ini. Tidak satu pun dari gadis diluar sana yang tangannya terasa begitu pas dalam genggamanku, hanya dirinya. Hanya seorang Alena.

“Kau lelah?” ku tolehkan wajahku menghadapnya. Sudah hamper satu jam kami berjalan menusuri pantai dengan bergandengan tangan. Meskipun kami berdua sama-sama diam, tapi aku tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku begitu tahu ia tidak lagi menolakku berada disisinya.

Eoh. Kakiku lelah berjalan sejak tadi. Bisakah kita istirahat sebentar?” ucapnya dengan wajah lelah.

Tersenyum kemudian mengganggukkan kepalaku sebagai jawaban atas permintaannya. Kutuntun dirinya untuk duduk di pasir pantai – hal yang sering kami lakukan.

“Kau mau kan menungguku sebentar?” tanyaku.

“Kau akan kemana?”

“Sebentar saja. Kau tunggu saja disini, aku tidak akan lama.” kataku sebelum akhirnya aku berlari menuju sebuah kedai es krim. Meraih sebungkus es krim rasa buah favoritnya dan tak lupa satu untukku kemudian kembali berlari ke arahnya.

“Igo.” kusodorkan es krim tersebut di depan wajahnya.

Eoh? Gomawo, Kyuhyun-ah.” ucapnya kemudian meraih es krim di tanganku. “Setelah ini kita akan kemana?”

“Kau ingat kencan pertama kita?!” kataku penuh antusias. Alena memalingkan wajahnya ke arahku dan menatapku dengan tatapan tidak percaya.

“Tidak di tempat seperti itu, Kyuhyun-ah. Akan ada banyak orang.”

Aku tahu dia pasti akan menolaknya.

“Kali ini saja, Na-ya. Jebaaall. Kau sudah berjanji padaku.”

Ia menghembuskan nafasnya. Aku yakin ia akan mengalah.

“Baiklah.”

Benarkan?

– Kyuhyun’s POV ends –

==00==

Ku pastikan Kyuhyun melakukan penyamaran. Selain karena ini adalah taman bermain yang didatangi banyak pengunjung, aku tidak ingin ada satu orang pun yang mengenali kami. Aku tidak ingin orang lain berspekulasi tentang hubungan kami berdua.

“Kau selalu senang menaiki merry go round. Should we try?” tanyanya.

Terus terang saja, sudah lama sekali aku pergi ke taman bermain seperti ini. Terakhir kali aku kesini adalah saat perayaan ulang tahun Sulli setahun yang lalu.

Ku tatap pria yang kini berdiri di sebelahku dan tersenyum kecil. Menarik tangannya dengan tidak sabar menuju antrian panjang sebelum kami akhirnya menaiki salah satu wahana favoritku.

Entah sudah berapa banyak wahana yang berhasil kami naiki dan kami benar-benar menikmati semuanya. Kyuhyun selalu memastikan bahwa diriku selalu ada dalam jangkauan tangannya agar kami tidak terpisah. Dia juga tidak protes jika aku menolak ajakannya menaiki wahana yang menurutku menyeramkan. Dan kalau boleh aku jujur segala hal yang kami lakukan hari ini cukup menyenangkan sama seperti empat tahun lalu saat kami masih bersama, saat Kyuhyun masih menjadi sosok yang menyenangkan.

“Jaa!!” sebotol minuman dingin berada tepat di depan wajahku.

“Gomawo!” sahutku kemudian meraih minuman yang diberikan oleh Kyuhyun.

“Kau lihat orang tadi? Saat kita akan menaiki bianglala?” tanya Kyuhyun sambil menahan tawa.

Ne. Pria berbadan besar itu? Astaga!! Bahkan dia kesusahan memasuki pintu bianglala!” kataku berakhir dengan tawa ketika mengingat kejadian yang lucu saat kami akan menaiki bianglala. Bayangkan saja, pria dengan tubuh yang ukurannya lima kali lebih besar dari tubuh Kyuhyun mencoba paksa ingin masuk ke dalam bianglala.

“Aku tidak tahu kalau hari ini akan sangat menyenangkan.” ujar Kyuhyun sebelum ia menenggak habis minumannya.

“Eoh.” sahutku singkat karena aku sendiri tidak tahu bagaimana menanggapi pernyataannya.

“Jadi.. hari ini akan berakhir sebentar lagi?” ujarnya yang terdengar kecewa.

“Sepertinya begitu.” jawabku.

Hening diantara kami sebelum akhirnya ku dengar helaan nafasnya.

“Na-ya.. tidak bisakah kita−”

“Kau akan mengantarku pulang, kan?” ku potong ucapan Kyuhyun sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya. Aku sudah bisa menebak apa yang akan ia katakan dan aku tidak ingin mendengarnya. Aku tahu hari ini hubungan kami membaik tapi bukan berarti aku akan kembali lagi padanya. Dan satu hal yang kini ku sadari, jantungku tidak berdebar seperti saat aku bersamanya dulu. Segalanya telah berubah dan saat ini aku telah memiliki Jongwoon.

“Mianhae.”

“Kyuhyun-ah.. terimakasih untuk hari ini.” ucapku tulus.

“Tidak. Terimakasih untuk hari ini, Na-ya.”

Ku berikan senyum terbaikku. Setidaknya kali ini kami berpisah secara baik-baik dan aku berharap kau akan mendapat gadis yang terbaik untukmu nantinya, Kyuhyun-ah.

“Bolehkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya?” pintanya nyaris seperti bisikan.

Sebenarnya aku sedikit ragu dengan permintaannya mengingat diaman kami berada saat ini. Kemungkinan bahwa orang lain akan menangkap basah kami cukup besar, meskipun saat ini Kyuhyun tengah menggunakan masker untuk menutupi wajahnya. Namun pada akhirnya aku mengijinkan Kyuhyun meraihku salam pelukannya. Hanya ini hal terakhir yang bisa aku berikan padanya. Terimakasih karena sudah menjadi bagian dari kehidupanku, Cho Kyuhyun.

Kuanggukan kepalaku sebagai jawaban permintaannya dan tanpa menunggu lama tangan kokohnya telah sempurna melingkari tubuhku.

Thank you, Alena.” kudengar dirinya berbisik tepat di telingaku sementara aku lagi-lagi hanya menganggukkan kepalaku. Tanpa mengetahui perubahan air mukanya. Tanpa mengetahui seringaian yang kini tengah menghiasi wajahnya.

= To Be Continued =

8 Comments (+add yours?)

  1. Monika sbr
    Nov 17, 2013 @ 20:36:43

    Akhirnya muncul juga ni. Tp kayaknya kyu punya rencana licik dech…..

    Reply

  2. Flo
    Nov 17, 2013 @ 23:58:20

    itu sih upil pasti punya rencana jahat
    ih, jadi gregetan sama si evil nih
    salah anda sendiri ninggalin alena
    harusnya terima aja kalau alena udah sama jongwoon oppa
    ditunggu next partnya yah..

    Reply

  3. cynthia putri
    Nov 19, 2013 @ 18:27:51

    FF ini aku suka, please kelanjutannya jangan lama-lama ya chingu, please banget 😦

    Reply

  4. diana park
    Nov 20, 2013 @ 15:59:49

    kl di suruh milih evil apa big head, ya pastilah milih kyu. tp semua tergantung kt hati. tp apq bener slena sdh tdk cinta sm kyu?
    apalagi d awal dy blg rasanya k kyu cinta sdg jong woon hanya suka. kayak memberi harapan sm kyu. jangan salahkan kyumkl brbuat nekad, demi mempertahankan cintanya, apapun bs d lakukan, apalagi gadisnya blg cinta.
    posisi jong woon emang lemah, tp dg ciuman alena seakan memberi harapan akan bersama. kl jd alena pasti galau bangaet y….

    Reply

  5. hellollyn
    Nov 20, 2013 @ 17:03:09

    diusahain yaaaa 🙂

    Reply

  6. yulia
    Nov 20, 2013 @ 19:06:57

    waahh…!!jangan2 di sana ada Jongwoon yaa???
    next Thor…

    Reply

Comment's Box