Game [1/?]

Nama : KHS

Judul Cerita : Game

Cast : Cho Kyuhyun, Park Changmi (Readers chara), All Super Juinor member, Park Jiyoung.

Genre : romance, friendship.

Rating : PG-15

Length : Two-Shot
“Arrggghhhh !!!!” teriak ku frustasi, menggema memenuhi kamar dan mungkin terdengar oleh semua Hyungku yang sedang tertidur. Tak lama kudengar derap kaki dari luar kamar ku, lalu pintu kamar ku pun terbuka lebar. Sudah ku duga, aku membangunkan hampir semua Hyung ku.
“Kyu ? apa yang terjadi ? apa kau sakit ?”
“Apa kau mimpi buruk Kyu ?”
“Ada  apa ? apa ada pencuri ?” tanya semua Hyungku pada saat yang bersamaan, mereka hampir mirip dengan para wartawan saat ini. Tatapan mereka yang terlihat cemas dan khawatir membuatku sedikit kasihan, ku rasa mereka pasti sangat kelelahan. Ah, tapi itu bukan masalah ku haha.
“Kyu ? kau baik – baik saja ?” tanya si Ikan makpo itu, Donghae hyung. Ku anggukan kepalaku pelan menyahutinya.
“Lalu apa yang terjadi ?” tanya yang lainnya. Ku hela nafasku berat sebelum menjawab mereka, dan memasang wajah ku se-prihatin mungkin. Ku tatap mereka lesu.
“Aku kalah main game lagi.” Ucapku singkat dan tak lupa wajah lesuku untuk membantu aktingku.
“Mwo ?!” kaget semua Hyungku, kulihat wajah cemas mereka berganti kesal menatapku.
“YA !!” pekik mereka bersamaan, membuat kupingku berdengung. Kangin Hyung menghadiahi kepalaku sebuah jitakan, membuatku meringis pelan merasakannya.
“Sudah, ayo kita kembali tidur ! dan Kau anak muda ! cepat pergi tidur !” titah Lee teuk Hyung menatapku sangar. Matanya yang terlihat lelah dan merah menjelaskan seberapa parah kantuknya. Setelah mereka menghilang dari kamarku, aku pun segera melanjutkan kembali game yang ku mainkan ini.

GAME OVER

Tulisan kramat itu pun kembali muncul di layar laptop ku. Ku tutup laptop itu sedikit kasar dan menghela nafas ku dalam – dalam. Kulihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua pagi. Ku langkahkan kaki ku menuju kamar mandi dan mencuci wajahku di wastafel. Ku lihat lingkaran hitam di bawah mataku semakin menghitam saat ini. Aku pun kembali ke dalam kamar ku dan merebahkan tubuhku di Kasur, beberapa menit kemudian aku pun telah terlelap.

. . .

“Oi, Kyu ! Ayo makan dulu, berhenti main gamenya !” panggil Ryewook hyung padaku, tapi aku tak mengacuhkan panggilannya. Sampai seseorang mengambil ‘kekasih’ku itu dari tangan ku. Ck, Lee teuk Hyung.
“Waeyo ??” tanya ku sebal. Lee teuk hyung mendelik dan mentitahku untuk ikut dengannya ke meja makan. Mau tak mau aku pun mengikutinya ke meja makan.
“Kembalikan PSP ku dulu.” Ucapku sebelum menyantap makanan yang ada di hadapanku. Lee teuk hyung menghela nafasnya sebelum memberikan ‘kekasih’ku ke tanganku.
“Dengan satu syarat !” ucapnya menarik kembali PSP ku sebelum sampai ke tanganku. Ku tatap hyung ku tajam, mencoba membaca fikirannya, dan aku yakin syarat yang Ia ajukan akan merugikan ku.
“Habiskan sayurannya !” ucap Lee teuk hyung lantang, Ia menyeringai melihatku yang sedikit bergidik ketika mendengar persyaratannya. Ku gelenggan kepalaku tanda tak setuju dengan ucapannya. Lee teuk hyung pun kembali menyimpan PSP ku di kantung bajunya.
“Terserah.” Ucapnya sebelum menyantap sarapannya. Ku hela nafasku dalam – dalam sebelum menyendokkan nasi berserta benda berwarna hijau yang tak ku sukai sama sekali itu. Ku rasakan semua hyung menahan nafas dan menghentikan kegiatannya saat melihatku memasukkan makanan kambing itu kedalam mulutku. Setelah beberapa kunyahan cepat – cepat ku teguk air putih yang ada di dalam gelas milikku.

Beberapa menit kemudian semua makanan termasuk makanan kambing itu pun sudah berada di dalam perutku. Semua hyungku yang ada di meja makan terlihat kaget dengan hal itu. Sebelum kembali ke dalam kamar, aku meminta ‘kekasih’ku yang sedang di sandera oleh Lee teuk hyung itu untuk dikembalikan. Ruang makan pun menjadi ribut setelah aku menghilang dari sana.
“Kau lihat itu ?! Dia menghabiskan sayurannya ! Daebak !” ucap salah satu hyungku takjub. Bagaimana tidak ? makanan kambing itu kan musuh bebuyutan ku ! hoeks, memikirkan makanan itu baru saja masuk ke dalam mulutku membuat ku bergidik sendiri. Pria tua itu menyebalkan !. Ku nyalakan kembali PSP ku dan kembali asyik berkutat dengannya.

Tok tok tok.

“Kau tidak lelah Kyu ?” tanya Lee teuk hyung mengiterupsi kegiatanku.
“Aniyo.” Ucapku seraya tetap focus dengan game yang sedang ku mainkan. Ku rasakan ia melangkah mendekati ku.
“Kenapa kau senang sekali bermain game kyu ?” tanya Lee teuk hyung heran melihatku yang masih terlihat segar tak terlihat kelelahan setelah melakukan banyak kegiatan. Aku terdiam tak menjawab pertanyaannya dan membiarkan permainanku berakhir kembali. Aku pun menengadah, menatap langit – langit kamarku dan memutar ulang kembali ingatanku beberapa tahun yang lalu.

 

 

            Semua relasi ayahku sedang berkumpul dan merayakan keberhasilan dari tender yang mereka kerjakan, sekaligus merayakan ulang tahun pernikahan kedua orang tuaku. Semuanya terlihat asing disini, memang mereka membicarakan hal yang tidak aku pahami. Tapi entah kenapa aku tidak menyukai beberapa orang yang ada disini. Mereka terlihat memakai topeng yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata. Lama kelamaan rasa jenuh pun menghampiriku, aku pun melenggang meninggalkan ruangan pesta menuju sebuah taman kecil. Riak air mancur yang begitu kontras dengan kesunyian yang ada di taman ini membuatku merasa tenang, sejenak kupejamkan mataku merasakan lembutnya angin yang menerpa wajahku. Sedikit demi sediki aku merasakan kantuk.
“Sial !” umpatan seseorang membuyarkan ku. Aku pun mencari sumber suara tersebut dan menemukan seorang anak perempuan yang sedang duduk di sisi lain dari air mancur ini. Ku dekati Ia perlahan, dan ku lihat Ia sedang asyik dengan sesuatu di tangannya.
‘itu kan mainan anak laki – laki ?’ kagetku saat melihatnya begitu asyik dengan game yang ada ditangannya itu. Anak perempuan itu terlihat focus dengan gamenya sehingga tak menyadari kehadiranku. Tinggal beberapa langkah lagi aku sampai di dekatnya, Ia kembali mengumpat mengeluarkan kata – kata kasar yang membuatku terpaku di tempatku – kaget.
“Hei kau, apa kau tak pernah di ajarkan sopan santun ?” tanyaku tiba – tiba mengejutkannya. Yah.. rupanya mulut pedasku memang sudah bawaan dari lahir. Ia menatapku dari ujung kaki hingga kepala, Ia tersenyum mengejek menatapku kemudian asyik kembali dengan gamenya.
“Hei ! kau tak mendengarkan apa yang aku ucapkan hah ?!” tanyaku sedikit membentaknya.
“Bukannya kau sendiri yang tak tahu sopan santun ?” tanyanya seraya terus asyik sibuk dengan gamenya.
“Mwo ??” tanyaku tak paham dengan ucapannya. Ia mendengus pelan disela – sela kesibukannya.
“Seseorang yang pertama kali bertemu seharusnya mengucapkan salam dan mengenalkan dirinya. . . AH !! SIAL !” ucapnya yang diakhiri dengan umpatan, kini Ia menatapku galak dan menghampiriku dengan marah. Matanya menatapku tajam dan kesal. Detik berikutnya aku merasakan kaki ku kesakitan dan entah apa yang terjadi tiba – tiba saja aku sudah terbaring di rerumputan. Air mataku pun menyeruak keluar, hampir menangis.
“Maaf. .” ucap anak perempuan itu menyesal, Ia membantuku bangun dan membersihkan noda tanah yang melekat di kemejaku.
“Apa kau baik – baik saja ?” tanyanya cemas, ku alihkan pandanganku darinya sebal.
‘Apa – apaan dia ? sudah hampir mencelakaiku, sekarang bertanya apa aku baik – baik saja ? menyebalkan !’ ucapku membatin.
“Hei. . kau tak apa kan ?” tanyanya lagi membuatku kesal setengah mati. Aku menoleh dan menatapnya, mendapatinya sedang menatapku khawatir.
“Apa menurut mu aku baik – baik saja hah ?!” ucapku ketus.
“Aku kan sudah minta maaf. .” ucapnya enteng. Ia kembali berjalan menajuhi ku dan asyik bermain kembali.
“Heh ! minta maaf macam apa itu ?!” ucapku kesal menghampirinya, tidak terima dengan perbuatannya terhadapku.
“Kau mau kubanting lagi ? sudah jangan berisik !” ucapnya menatapku tajam, penuh dengan ancaman membuatku sedikit bergidik melihat tatapannya. Tetapi bukan aku namanya jika mengalah begitu saja kepada anak perempuan itu, karena merasa gengsi dan sebal aku pun terus merecokinya agar meminta maaf kepadaku.
“Kau berisik sekali !” ucapnya kesal, tiba – tiba Ia menarik tanganku untuk duduk di sampingnya. Aku pun kembali terkejut dengan kekuatan yang dimiliki oleh anak perempuan yang ada di sampingku.
“Ayo kita main sama – sama !” ajaknya seraya tersenyum hangat menatapku. Seperti terhipnotis aku pun mengikuti kemauannya, dan melupakan ke kesalanku padanya begitu saja. Tak lama kami pun mulai akrab dan melupakan pertengkaranku tadi denganya. Anak perempuan itu bernama Park changmi, Ia putri ketiga dari Tuan Park yang sadang bekerja sama dengan ayahku. Umurnya  beda tiga tahun denganku, Ia berumur tujuh tahun.
“Changmi-ya, kenapa kau mengatakan kata – kata kasar ketika kau kalah ?” tanyaku sedikit heran melihat anak seumurnya sudah berani mengatakan kata – kata yang kasar. Ia tersenyum malu, pipinya yang tembam bersemu kemerahan. Sangat menggemaskan.
“Aku hanya mengikuti kebiasaan Oppaku. Ia pun melakukannya ketika Ia kalah bermain hehehe.” Jawaban yang polos membuatku terperangah mendengarnya.
“Memangnya aku tidak boleh mengucapkannya ya ??” tanya Changmi polos. Dan hal itu membuatku terperangah untuk kedua kalinya.
“Nggak boleh ! seorang perempuan tidak boleh berkata kasar !” ucapku berusaha menjelaskan kepadanya. Ia pun mengangguk pelan lalu tersenyum jahil.
“Tidak mau ah ! aku suka mengucapkannya.” Ucapnya terlihat gembira.
“Yak !! itu tidak sopan tahu !” ucapku seraya mecubit pipi tembamnya, Ia pun mengaduh kesakitan karenanya. Aku pun segera melepaskan cubitanku dan tertawa melihat pipi tembamnya memerah.
“eung. . appo. .” gumamnya sakit. Entah dapat dorongan dari mana aku memajukan wajahku dan mencium pipinya yang memerah itu. Ia pun terdiam kaget karena ulahku dan kedua pipi Changmi semakin memerah.
“Sudah lebih baik kan sekarang ?” tanyaku pada Changmi, Ia menatapku malu dan terus tertunduk. Kedua pipi tembamnya semakin merah, membuatku ingin mncubitnya untuk yang kedua kalinya atau mungkin membuatku ingin kembali mengecup pipinya itu ? karena asyik melamun dengan fikiran ku sendiri aku tak sadar kalau Changmi pun sedang memperhatikan ku. Ia menatapku sebal dan tentu saja kedua pipinya masih bersemu merah.
“Oppa genit !” ucap Changmi kesal, Ia menggembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya dariku. Semakin menggemaskan melihatnya bertingkah imut seperti itu.
“Aku ? Aniyo ! kata Ibuku kecupan akan menghilangkan rasa sakit !” jelasku padanya, pipiku pun ikut memerah malu mengatakannya. Takut Ia berfikir bahwa aku anak mama yang manja. Ia menoleh dan menatapku tak percaya, mengernyit dan terlihat sekali Ia sedang berfikir keras.
“Bohong ! kata kakak ku kalau luka diberi ludah pada luka itu supaya menghilangkan kuman dan rasa sakit dilukanya ! kau mau membohongiku ya ?” ucapnya tak terima dengan alasanku dan pada akhirnya kami pun kembali berdebat satu sama lain tentang siapa yang paling benar.

“Hei ! Kapan – kapan kita main lagi ya ?” tanyaku malu – malu sebelum Ia meninggalkan acara itu dengan keluarganya. Kedua orang tua kami tersenyum melihat ke akraban kami. Ku lihat Ia mengeluarkan mainan miliknya dan memberikannya kepadaku.
“Ini untuk Oppa, di rumah aku masih punya satu lagi. Jaga baik – baik ya ? nanti kita main lagi.” Ucapnya sebelum benar – benar pergi dari tempat pesta. Ayah dan Ibunya tersenyum menatapku dan menggandeng putri mereka. Mereka terlihat seperti orang baik, tidak sama dengan orang – orang bertopeng yang sedang mencoba menjilat pada ayahku.

 

Setelah hari itu kami berdua bertemu kembali, ternyata dia juga bersekolah di tempat yang sama denganku. Aku kembali bertemu dengannya saat jam istirahat, Ia sedang berada di taman dan lagi – lagi sendirian dengan gamenya. Apa Ia tak punya teman satu pun ? entahlah. Segera ku dekati Ia yang sedang asyik dengan dunianya.
“Park Changmi !” ucapku mengagetkannya dan hampir saja membuatnya menjatuhkan mainannya ke tanah. Ia mendelik menatapku dan detik berikutnya Ia terperangah melihatku.
“Hei ! seperti melihat hantu saja !” ucapku tak terima dengan tatapannya itu. Ia pun tertawa pelan dan menepuk tempat duduk di sampingnya, mengisyaratkan aku agar duduk disana. Setelah duduk di sampingnya aku pun mengeluarkan permainan yang Ia berikan kepadaku. Matanya berbinar senang saat melihat aku masih menyimpannya dan merawatnya dengan baik.
“Ayo kita tanding !” ucapnya menantangku.
“Siapa takut ? Kau pasti kalah olehku !” ucapku sombong. Kami pun memainkan game tersebut dan siapa saja yang kalah terlebih dahulu harus mentraktir ice cream.
“Changmi-ya. . kenapa kau bermain disini sendirian ?” tanyaku cukup penasaran dengannya. Ku lirik Changmi sekilas, Ia terus fokus dengan gamenya dan tidak mengacuhkan ucapanku.
“Changmi. .”
“Aku tidak mau bermain dengan penipu seperti mereka. .” ucapnya menjawab pertanyaanku begitu cepat. Lagi – lagi aku kembali terperangah mendengar ucapannya, bagaimana bisa seorang anak perempuan berumur tujuh tahun mempunyai pemikiran seperti itu ?
“Kenapa kau bisa berfikiran seperti itu ?” tanyaku heran. Ia mengernyit, sepertinya sedang berusaha fokus dengan gamenya dan ucapanku.
“Mereka semua penipu, di belakangku mereka mengatakan hal yang buruk tentangku. Tetapi ketika di hadapanku mereka bersikap manis kepadaku. Itu penipu kan namanya ?” ucapnya tetap fokus dengan gamenya. Ia menggigit bibirnya saat gamenya hampir kalah.
“Oppa. . kok tidak main ?” tanyanya heran mendapatiku yang menatapnya tak memainkan game ku. Aku perlihatkan padanya game yang sedang ku mainkan, Ia terkejut melihat aku yang sudah berhasil menamatkan game milikku. Ia pun menggembungkan pipi tembamnya, sebal karena tahu Ia kalah.
“SIAL !” pekiknya mengejutkan ku, kebiasaannya tak hilang juga. Namun kali ini tak tahu kenapa aku senang melihatnya mengatakan hal itu. Aku pun terkekeh melihatnya yang masih merengut itu.
“Kau sudah berjanji kan ? jangan lupa mentraktirku sepulang sekolah, okay ? ku tunggu di depan gerbang sepulang sekolah !” ucapku sebelum kembali ke kelasku karena jam istirahat sudah selesai. Ia mengangguk lesu menjawab ucapanku, dan terakhir kali sebelum aku menjauh dari tempat itu aku kembali mendengar Ia mengumpat membuatku kembali terkekeh mendengarnya.

Sepulang sekolah kami berdua pun memutuskan untuk membeli ice cream di kedai dekat sekolah kami. Karena Changmi tak membawa uang yang cukup untuk membelikan kami berdua ice cream kau pun mengalah dan membayarkan kedua ice cream yang kami pesan. Alih – alih menyantap ice cream yang ada di hadapanku, aku lebih memilih untuk menatap wajah Changmi yang terlihat gembira ketika menyantap ice cream raspberry kesukaannya. Entah kenapa sejak hari itu aku memutuskan bahwa senyumnya adalah milikku, seperti berjanji pada diriku untuk selalu membuatnya tersenyum.
“Kenapa Oppa suka sekali melihat wajahku ?” tanya Changmi yang kembali mendapati ku yang sedang menatapnya lekat. Aku pun tersenyum ketika melihat semburat merah itu kembali muncul di kedua pipinya. Ia sangat manis ketika seperti itu.
“Memangnya tidak boleh ? toh, aku ini yang punya mata. .” ujarku seraya mengerling, menggodanya. Ia pun kembali menggembungkan pipinya serta bibirnya mengerucut sebal, semakin menggemaskan di mataku. Ia kembali asyik dengan ice cream di hadapannya, menghiraukan ku yang sesekali mencuri pandang kepadanya.

Selesai menghabiskan ice cream, kami memutuskan untuk bermain sebentar di taman bermain dekat kedai tersebut, seraya menunggu kakaknya datang menjemput. Ia terlihat begitu senang saat aku mendorong ayunan yang Ia naiki sekuat tenaga.
“Dulu kakak yang selalu menemaniku bermain, tapi sekarang Ia mulai sibuk dengan sekolahnya, jadi yang sering menemaniku hanya mainan itu.” akunya, wajahnya terlihat murung, menghapus senyuman yang baru saja terlihat di wajahnya.
“Kalau begitu, mulai saat ini aku yang akan menemani mu Changmi-ya. .” ucapku seraya belutut di hadapannya dan menahan ayunannya agar tak bergerak sedikit pun. Senyum itu pun kembali muncul di wajahnya.
“Janji ?” tanyanya seraya mengacungkan jari kelingking di hadapanku.
“Janji. .” ucapku menautkan jari kelingking ku dengannya agar menepati janjiku. Tiba – tiba Ia meloncat kehadapanku dan memeluk tubuhku erat, Ia pun tertawa begitu bahagia. Ku balas pelukannya dengan menedekapnya erat.
“Awas saja kalau Oppa melupakan janji !” ancamnya, ku balas ucapannya dengan mengangguk cepat.

“Changmi !!!” panggil seseorang menginterupsi apa yang sedang kami lakukan. Changmi dan aku segera menoleh ke arah orang tersebut. Rupanya kakaknya sudah datang menjemput. Cepat – cepat Changmi bangun dan segera menarikku untuk ikut bersamanya.
“Oppa, oppa !” panggilnya seraya berlari menghampiri kakaknya itu dan menyeretku bersamanya.
“Aku punya teman baru ! Kyuhyun oppa mau menemani ku bermain !” ucapnya senang, ku bungkukkan sedikit badanku saat kakaknya menatapku. Kakaknya tersenyum senang saat mendengar ucapan adik kecilnya itu. Tapi entah kenapa dibalik senyum itu terdapat sesuatu yang Ia sembunyikan. Kakaknya berjongkok dan mengelus puncak kepala Changmi dengan lembut dan penuh kasih sayang, untuk berapa detik wajahnya terlihat sendu.
“Baguslah kalau begitu, cah. . kajja kita pulang ! abeoji dan eomma sudah menunggu kita di rumah.” Ucap kakaknya seraya menggandeng tangan Changmi, mengajaknya untuk pulang. Kembali ku bungkukkan badan ku saat kakaknya menatap dan tersenyum kepadaku.
“Kyuhyun Oppa, besok kita tanding lagi ! Aku tidak akan kalah dari mu !” ucapnya sebelum masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan ku sendiri disini.

“Aku pulang !” seruku saat memasuki rumah yang hampir setiap hari sepi pada jam – jam ini. Ku lihat kakak perempuan ku sedang asyik membaca bukunya di ruang keluarga.
“Kenapa terlambat pulang Kyu ?” tanya kakak ku saat menyadari kehadiranku. Aku pun menghempaskan tubuhku di sampingnya, bermanja pada kakak ku satu – satunya.
“Aku bertemu dengan Changmi lagi kak.” Ucapku mengawali ceritaku padanya, tak lama semua yang terjadi hari ini pun sudah ku ceritakan padanya tanpa terkecuali. Bahkan perasaanku yang begitu senang melihatnya tersenyum dan tertawa pun aku ceritakan pada kakak ku ini.
“Hm. . rupanya adik kecil ku jatuh cinta. . ckck” ledeknya sembari menjawil pipiku, menggodaku yang aku yakin seluruh wajahku sudah merah padam karenanya.
“Terserah sajalah. .” ucapku kabur dari kakak ku yang tak berhenti menggodaku. Aku pun segera masuk ke dalam kamar ku dan merebahkan tubuhku di atas ranjang. Lagi – lagi aku kembali memikirkan Changmi dan apa saja yang baru kita lakukan. Cinta pertama ku terjadi pada umur ku yang ke sepuluh, terlalu awal bukan ? tapi yah. . memang seperti itu yang terjadi. Tak lama aku pun segera masuk ke alam mimpi.

**

Ke Esokannya aku kembali menemaninya bermain dan menunggu kakaknya untuk datang menjemputnya. Tak hentinya aku membuat Ia tersenyum dan tertawa, aku sudah berjanji bukan ? untuk membuatnya selalu bahagia di sampingku ? kali ini aku menghabiskan hampir sehari penuh dengannya di sekolah. Tak lama kakaknya pun datang menjemputnya, kali ini kakaknya pun menyapa ku dengan ramah, tak seperti hari pertama ketika kami bertemu.
“Apa kau mau main ke rumah kami Kyu ?” ucap kakaknya menawarkan sesuatu yang sudah pasti ku jawab ‘iya’ tanpa berfikir dua kali. Aku pun duduk di samping Changmi di kursi penumpang belakang, sepanjang jalan kami bertiga bercerita semua hal yang kami lakukan di sekolah. Dari game yang baru saja kami mainkan serta kelakuan ku yang konyol yang membuatnya tertawa terbahak – bahak.

Sesampainya di rumah Changmi, dengan gembiranya Changmi menyeret ku untuk naik ke lantai dua menuju kamarnya. Tidak seperti kamar anak perempuan pada umumnya, kamar milik Changmi di tata sesederhana mungkin, cat temboknyanya yang berwarna hijau tosca dan tirai berwarna putih itu menambah kesan sejuk di dalam kamar ini. Di dalam kamarnya hanya terdapat lemari, tempat tidur, meja belajar serta televisi yang berada di sudut kamarnya. Sederhana bukan ? tidak ada boneka serta mainan anak perempuan yang sempat aku bayangkan sebelumnya. Changmi segera mengeluarkan sesuatu dari lemari kecil di bawah televisinya itu, sebuah play station.
“Ayo kita tanding !” tantangnya lagi untuk entah yang ke berapa kalinya hari ini. Aku pun menyeringai melihatnya yang terlihat begitu percaya diri akan mengalahkan ku.
“Kau yakin bisa mengalahkan ku ?” tanya ku dengan nada mengejek. Ia mengangguk begitu yakin dan menyerahkan joy stick pada ku. Lagi – lagi aku pun kembali menghabiskan hari ku dengannya dengan bermain game hingga lupa waktu. Kami pun menghentikan permainan kami saat mendengar perut Changmi berbunyi begitu keras.
“Sudah kakak katakan bukan untuk makan dulu baru main.” Ucap kakaknya memarahi adik kecilnya itu. Seperti biasa, Changmi selalu menggembungkan pipinya dan membuat bibirnya mengerucut jika sedang sebal.
“Lihat, lihat itu ! kau jelek sekali saeng.” Ledek kakaknya membuat Changmi semain merengut sebal.
“Aniyo, Changmi cantik kok.” Sergah ku, ikut sebal melihat Changmi diledek oleh kakaknya. Wajah sebal Changmi pun berubah menjadi tersipu saat mendengar apa yang ku ucapkan, dan kini giliran kakaknya yang merengut sebal melihat ku membela adiknya.
“Arraseo putri cantik. . habiskan ya makanan mu. .” ucap kakaknya sebelum meninggalkan kami berdua di ruang makan. Setelah kakaknya pergi, kami berdua sibuk dengan makanan yang ada di hadapan kami. Sesekali ku lirik Changmi yang sedang memakan makanan miliknya.
“Oppa. .” panggilnya, membuatku menghentikan kegiatanku.
“Eum ?” gumamku menanggapi panggilannya, karena masih ada nasi di dalam mulutku.
“Terima kasih sudah mau menemani ku. Aku sangat senang karena kau ada di sini saat ini. .” ucapnya seraya menatap ku, tepat di kedua mataku. Matanya yang bening dan polos seakan menghanyutkan ku. Aku pun tersenyum menanggapi ucapannya dan mengangguk senang.

“Besok kita main lagi ya ?” ucapnya sebelum aku pulang dari rumahnya. Aku pun mengangguk dan menautkan jari kelingking ku pada jari kelingking miliknya, berjanji. Perjalanan pulang dengan kakak Changmi cukup membuatku ketakutan. Bagaimana tidak ? sesudah Ia bertanya dimana rumahku Ia terus diam, tak membuat satu pun percakapan. Hingga sampai di depan rumahku, tiba – tiba saja Ia memelukku.
“Terima kasih, aku sangat berterima kasih. Tolong jaga Changmi kami. Ia membutuhkan seseorang di sampingnya di saat seperti ini.” Ucap kakak Changmi yang membuatku bingung. Sesudah menugcapkan hal tersebut kakak Changmi pun melesat pergi meninggalkan aku yang kebingungan. Saat itu aku hanya berfikir mungkin karena Ia tak punya teman yang mau bermain dengannya, sampai hari itu tiba. . hari dimana seorang Changmi roboh tepat di hadapan ku.

Hari itu tak seperti biasanya aku menunggu Changmi di taman belakang sekolah, karena Changmi yang selalu datang pertama kali ke tempat itu. Sekitar limat menit Aku menunggunya, dan akhirnya Ia pun datang. Aku pun tersenyum senang melihatnya berjalan ke arahku. Namun aku sadar ada sesuatu yang salah dengannya, hari itu Ia terlihat pucat, yah. . memang setiap hari Ia terlihat pucat, namun kali ini Ia terlihat lebih pucat. Ia berjalan sangat pelan ke arah ku, sesekali Ia terlihat menahan sakit, aku bisa melihat keringat bercucuran di wajahnya saat Ia semakin dekat kepada ku.
“Park Changmi !” pekik ku seraya menghambur ke arahnya saat Ia jatuh ke atas tanah. Aku memanggilnya berkali – kali dan menepuk ringan pipinya, berharap Ia sadar. Aku pun mencoba menggendongnya menuju ruang guru, dan entah mendapat kekuatan darimana aku pun dapat menggendongnya dengan selamat menuju ruang guru.

Changmi pun segera di larikan ke rumah sakit, dengan memaksa dan memohon kepada para guru akhirnya aku pun di perbolehkan untuk ikut ke reumah sakit. Sesampainya di sana aku dan guru yang menemani Changmi dipersilahkan untuk menunggu di depan ruang gawat darurat. Tak lama kakak serta kedua orag tua Changmi datang tergesa – gesa menghampiri kami. Ku lihat raut wajah mereka yang terlihat cemas dan sedih. Guru ku meceritakan semua yang terjadi pada kedua orang tua dan kakak Chagmi.
“Gomawo Kyuhyun-ah. .” ucap kedua orang tuanya, sedagkan kakaknya menepuk bahuku pelan, dapat ku rasaka tangannya gemetar.  Kami pun segera menghampiri dokter yang keluar dari tempat Changmi di rawat. Dokter itu pun mengajak kedua orang tua Changmi untuk berbicara secara pribadi, sementara aku dan kakak Changmi bergegas mengikuti kemana Changmi akan di pidahkan. Ku tatap lekat – lekat wajah pucat Changmi, Ia seakan tertidur begitu lelap dan damai.
“Kyu, tolog jaga Changmi sebentar. .” ucap kakaknya sebelum pergi dari kamar rawat Changmi. Ku beranikan diriku untuk menggenggam tangan Changmi yang terasa dingin. Ku tempelkan telapak tangannya tepat di pipiku, membagi hangatnya. Entah apa yang terjadi pada ku tiba – tiba air mataku terjatuh begitu saja, lama – lama aku pun terisak. Merasa sesak ketika mengingat wajah kesakitannya di taman tadi dan merasa takut, takut akan kehilangannya.
“Oppa ?” panggilnya menyentakkan ku, dengan segera ku hapus air mataku dan menatapnya lekat. Sedikit lega saat melihatnya sadar dan menatapku dengan tatapan hangat miliknya. Ku sungginggkan senyumanku padanya, menutupi air mataku yang baru saja tumpah. Ia membelai pipiku lembut dan tersenyum kecil kemudian terkekeh pelan, membuat ku mengernyit heran.
“Laki – laki kok cengeng ?” guraunya membuatku terpaku, di saat seperti ini dia masih sempat tertawa ? apa dia sudah tak waras ? aku menggembungkan pipiku sebal, meniru gayanya ketika sebal. Ia kembali terkekeh melihat ku, wajah pucatnya sedikit memudar.
“Oppa sama seperti Young bae oppa. . Ia juga suka menangis di saat seperti ini. . kenapa kalian cengeng sekali ?” ledeknya kembali membuatku merengut. Tak lama kakak serta kedua orag tua Changmi masuk ke dalam kamar rawat Changmi. Semua raut wajah mereka terlihat cemas dan sedih. Kedua orang tuanya segera memeluk Changmi erat – erat dan diam – diam mereka terisak, begitu juga dengan kakaknya, diam – diam Ia menangis. Ia menarik ku untuk mengikutinya menuju taman rumah sakit.
“Changmi. . dia punya kelainan di ginjalnya. . sakit itu sudah bersamanya sejak Ia berumur empat tahun. . kata dokter Ia tak akan bertahan selama dua tahun. . namun keajaiban terjadi, Changmi masih bisa bertahan sampai saat ini.” Jelasnya tanpa ku pinta. Nafas ku tercekat, tak tahu bahwa keadaan Changmi separah itu. Ia menghela nafasnya sebelum kembali melanjutkan ceritanya.
“Kami sedang mencari ginjal yang cocok untuknya. Dan selama ini belum ada yang cocok dengan miliknya, bahkan ginjal kami pun tak cocok dengan ginjal Changmi.” Ucapnya lagi, Ia tersenyum miris, air matanya kembali mengalir. Terlihat sekali bahwa sekarang ini Ia terliaht begitu ketakutan.
“Aku yakin Changmi akan sembuh. . Changmi akan menemukan ginjal yang cocok dangan miliknya ! dan apa pun keadaan Changmi aku. . aku akan tetap berasamanya !” ucapku lantang, membuat kakak Changmi terpaku dan detik berikutnya Ia terseyum menatapku.
“Aku mohon bantuannya. .” ucapnya seraya menepuk bahuku.

Kami pun segera kembali ke kamar rawat Changmi, di sana aku kembali terperangah melihat Changmi yang sedang asyik bercanda gurau dengan ke dua orang tuanya. Tak terlihat sedikit pun bahwa Changmi mengidap penyakit yang parah ketika melihatnya seperti saat ini. Changmi segera menyadari kehadiran ku dan kakaknya. Ia menatap kami berdua geli.
“Kalian berdua sama – sama cengeng oppa !” ledeknya membuatku kembali merengut. Sementara kakaknya segera menggelitiki tubuh Changmi, menghukum adik kecilnya itu. Mereka benar – benar keluarga yang harmonis. Kedua orang tua Changmi pun pamit untuk menyelesaikan urusan mereka dan berjanji akan kembali secepatnya pada Changmi.
“Tidak perlu terburu – buru ya appa, Eomma. . hati – hati ketika menyetir mobilnya. .” ucap Changmi kepada orang tuanya sebelum mereka meninggalkan kamar Changmi. Tak lama kakaknya pun segera pamit untuk mengambil beberapa pakaian ganti Changmi. Kini tinggal aku dan Changmi yang ada di dalam kamar rawat ini.
“Ayo kita main Oppa !” ucapnya dengan matanya yang selalu berbinar memancarkan semangat yang begitu tinggi.
“Andwae. . kau harus istirahat.” Ucapku melarangnya da membimbingnya untuk tidur. Ia kembali menggembungkan pipi tembamnya karena sebal,gemas karena tingkahnya, akhirnya kedua pipinya ku cubit pelan. Ia menringis dan meminta untuk melepaskan cubitan ku di pipinya.
“Appo. .” keluhnya seraya mengelus kedua pipinya dan menatapku kesal. Aku pun terkekeh melihat kedua pipi tembamnya yang memerah karena ulahku. Ku kecup pipinya yang memerah karena ulahku.
“itu akan menghilangkan rasa sakitnya. .” ucapku ketika Ia semakin merengut karena ulahku itu.
“Lihat saja nanti ku adukan sama Oppa ku !” ancamnya membuat ku semakin tergelak dan gemas padanya. Aku pun kembali meledeknya dan membuatnya sebal karena ulahku.
“Sudah ah, Changmi mau istirahat saja ! Oppa nyebelin !” ucapnya kemudian mengangkat selimut tinggi – tinggi hingga menutupi seluruh tubuh mungilnya dan membalikkan tubuhnya dari ku. Merasa lelah aku pun ikut terlelap di samping kasurnya.

“Kyu. . ayo bangun. .” panggil seseorang membangunkan ku dari tidur lelap ku. Aku pun mengerjapkan kedua mataku, mencoba beradaptasi dengan cahaya lampu. Aku pun terkesiap saat mendapati kakak serta kedua orang tua ku ada di sini, di kamar rawat Changmi. Ke dua orang tua ku sedang berbincang dengan kedua orang tua Changmi. ku lihat ibu ku memeluk ibu Changmi yang sedang terisak pelan. Kenapa mereka semua bisa ada disni ? fikirku. Ku lihat kakak ku menepuk bahu ku pelan menyadarkan ku yang masih terpekur.
“Sudah malam, ayo kita pulang. Besok kau bisa kemari lagi. .” ucap kakak ku seraya membimbing ku bangun dari tempat duduk ku. Ku lihat Changmi menatap ku lembut, Ia pun tersenyum. Ku genggam erat tangan mungilnya itu.
“Besok aku akan kemari dan akan bermain bersama Changmi. aku janji.” Ucapku seraya menutkan jari kelingking ku padanya, berjanji padanya. Changmi pun tersenyum lebar dan mengangguk setuju dengan ucapan ku. Aku berserta keluarga ku pun pamit pulang kepada kedua orang tua Changmi. Sebelum benar – benar pergi ku lirik kembali Changmi yang kini sedang bergurau dengan kakaknya, dalam hati aku berdoa untuk kesembuhannya dan untuk selalu mengingat tawanya yang menjadi hal terfavoritku belakangan ini.

Ke Esokkannya saat aku kembali mengunjungi Changmi di rumah sakit dengan kakak ku, sesampainya disana dengan tergesa aku menuju kamar rawatnya. Tetapi sayang aku tak menemukannya di dalam kamar rawatnya dan dimana pun. Aku menyalahkan kakak ku karena terlalu lama datang menjemputku dan mengacuhkannya berminggu – minggu karenanya aku tak dapat bertemu Changmi untuk terkahir kalinya sebelum Ia pergi entah kemana.

Flash back end

“Jadi sampai sekarang kau tidak bertemu dengannya lagi Kyu ?” tanya Leeteuk hyung penasaran, begitu aku sadar seluruh hyung ku sudah ada dilam kamar dan menyimak cerita ku. Ku anggukkan kepalaku menjawabnya. Leeteuk hyung tersenyum tipis, begitu pun semua hyung ku. Seluruh hal yang ku lakukan selama ini hanya untuk Changmi, berharap Ia tahu dimana keberadaan ku dan datang kepadaku dengan senyumnya itu. Datang kembali kedalam kehidupanku. Semuanya, kulakukan semuanya untuk Changmi, menjadi hallayu star seperti ini pun karenanya, agar Ia bisa tetap tersenyum karenaku, walaupun aku tak ada di sampingnya.

‘Aku merindukan mu. . kembalilah’ fikirku setiap sebelum terlelap dalam tidurku. Kau tahu semakin lama semakin sulit untuk mengingat mu. Mengingat wajah mu, senyum dan tawamu. Kenapa aku tak mengenal mu lebih awal ? kenapa saat itu aku tak datang lebih awal ? seandainya saja aku tidak terlambat waktu itu. . kenapa ? kenapa kau tidak meninggalkan pesan sedikit pun ? atau mencari ku ? kapan kau akan kembali ? aku. . aku tak mau melupakan mu Changmi-ya. . gadisku.

“Kyu. . tidurlah. . besok ada segudang aktivitas yang harus kita lakukan.” Ucap Sungmin hyung saat mendapati ku belum terlelap. Aku pun mengangguk patuh dan mencoba memejamkan mataku.
‘Sampai kapan aku harus menunggu mu ?kembalilah, sebelum semua ini terlambat.’ batinku sebelum benar – benar masuk kea lam mimpiku.

***

“Dan jadwal terkahir kalian yaitu fanmeeting di mall S” jelas manager hyung saat Leeteuk bertanya padanya. Kami pun segera pergi ke tempat lokasi fanmeeting tersebut. Sepanjang perlajalanan ku habiskan dengan bermain game yang sudah menjadi kebiasaanku, sedangkan sebagian hyung ku tertidur karena kelelahan akibat padatnya aktivitas kami. Ku lihat Eunhyuk hyung yang sedang asyik membuka social medianya dan mengupdate beberapa photo yang tadi dia ambil dengan Donghae hyung. Sedangkan Donghae hyung sendiri asyik tidur dengan menyenderkan kepalanya tepat di bahu Eunhyuk hyung. Keadaan di dalam mobil cukup sepi.

Tetapi hal tersebut berubah saat kami mulai memasuki pelataran mall tersebut, seluruh fans kami begitu riuh menyambut kedatangan kami. Satu persatu kami turun dari mobil dengan di kawal oleh bodyguard. Kami pun segera bergegas menuju backstage untuk mempersiapkan semuanya. Sebelum fanmeeting kami menampilkan beberapa penampilan untuk fans kami, dan setelah itu acar puncak pun dimulai. Sesi tanda tangan dan free hug. Ku lihat beberapa dari mereka menangis dan berkali – kali mengucapkan terimakasih kepada kami. Aneh bukan ? seharusnya kamilah yang berterimakasih karena mereka kami pun bisa seperti sekarang ini.
“Siapa nama mu ?” tanya ku saat hendak menandatangani buku yang Ia bawa. Ia tak menjawab pertanyaanku dan membuat barisan di belakangnya menggumam sebal. Ku angkat pandanganku dan menatapnya, lalu sedetik kemudan kedua mataku melebar kaget.
“Kyuhyun-ssi, ayo kita tanding !” ucapnya seraya tersenyum lebar, Ia pun mengeluarkan sebuah permainan yang sudah ku kenal sejak dulu. Ku rasakan seluruh hyungku pun terpaku melihat wanita yang ada di hadapanku itu. Ia meletakkan permainan itu di hadapanku dengan sepucuk surat. Ia tersenyum menatapku sebelum pergi dari barisan dan menghilang begitu saja. Entah kenapa bibir ku kelu saat melihatnya yang tiba – tiba muncul di hadapanku, bahkan seluruh hyungku pun iut terpaku akan kehadirannya.
“Kyu. . itu. .” ucap Henry hyung terbata. Ku genggam erat surat darinya, bahkan hampir meremukkannya.
“Park Changmi. .” desisku.

 

**

 

“Mau apa kau tiba – tiba datang di hadapanku ?” tanyaku sedingin mungkin kepada wanita yang ada di hadapanku ini. Ia sangat cantik, beribu kali lipat lebih cantik saat terakhir kali ku melihatnya. Wajah itu tak lagi pucat, namun merona indah, terlihat lebih hidup dari pada terakhir kali aku bertemu dengannya. Rambut hitam ke coklatannya dibiarkan tergerai bebas jatuh di pundaknya. Tubuh rampingnya terbalut dress biru langit yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Ia merengut mendengar ucapanku dan menatapku sebal.
“Kau tidak senang aku kembali ?” tanyanya sebal, ternyat kebiasaannya merengut itu belum berubah juga dan hal itu membuatku senang. Ku pasang wajah dingin ku dan berpura- pura tidak merindukannya.
“Tidak.” Jawabku sedatar mungkin, menggodanya. Ia semakin merengut mendengar ucapan ku. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap ku lekat – lekat seakan mencoba membaca fikiranku
“Kau bohong. . di wajah mu terlihat sekali kalau kau sangat merindukan ku. A-ku-me-rin-du-kan-mu. Di sana terbaca dengan jelas.” Ucapnya kemudian menjulurkan lidahnya meledekku. Tak tahan dengan rasa rinduku cepat – cepat Ia ku tarik masuk kedalam dekapanku.
“Keurae. . aku merindukanmu.” Ucapku, Ia pun membalas dekapanku tak kalah erat dengan dekapan ku. Ku surukkan kepalaku di puncak kepalanya dan mengirup wanginya dalam – dalam. Bahkan sampai detik ini Ia tak merubah wangi samphoonya.
“Oppa, sesak. .” ucapnya mencoba melepaskan dekapanku.
“Sebentar. . sebentar saja, biarkan seperti ini.” sergahku, mencegahnya melepaskan dekapanku. Ia pun mengangguk pelan dan kembali membiarkan ku medekapnya.
“Aku merindukan mu Park Changmi. . sangat. Bahkan hampir mati merindukan mu.” Ucapku lirih. Tiba – tiba aku merasa kemeja depanku basah, ku angkat wajah Changmi menatapnya. Ia menangis, terisak pelan.
“Wae urro ?” tanya ku seraya menghapus air matanya. Ia menggeleng pelan lalu tersenyum di sela – sela tangisnya.
“Aku senang, Oppa merindukan ku dan tak lupa padaku. .” ucapnya lalu tertawa pelan. Ku kecup dahinya lembut.
“Aku tak akan melupakan mu Park Changmi. .” ucapku, kedua pipinya memerah ketika ku kecup dahinya. Ia segera memelukku, menyembunyikan wajahnyayang ku rasa sudah memerah semerah tomat. Sifatnya tak berubah sedikit pun.

Kembali ku angkat wajahnya agar menatapku, perlahan aku memajukan wajahku, mencoba untuk mengecup bibir merah Changmi. Beberapa jari lagi dari wajah Changmi, Ia menghentikan ku, menghalangi wajahku dengan tangannya. Dia menatap ku lekat dan menggeleng tak suka. Ku lepaskan dekapanku padanya dan meminta maaf karena sikap ku.
“Apa kau akan menetap di Seoul ?” tanya ku padanya. Ia mengangguk menjawab pertanyaanku. Changmi terdiam cukup lama, membuat situasi di Antara kami saat ini semakin awkward.

“Maaf Changmi tadi aku. .”

“Seminggu lagi aku akan menikah Oppa.” Ucapnya memotong ucapanku, Ia tersenyum menatapku yang terperangah mendengar ucapannya.
“Mwo ?”
“Aku akan menikah. . seminggu lagi.” Ulangnya.

**

4 Comments (+add yours?)

  1. kyukyu
    Jul 15, 2014 @ 21:57:57

    huaah.. di tinggal lagii.. sabar beb T.T

    Reply

  2. shoffie monicca
    Jul 16, 2014 @ 10:59:50

    wah seru author…..lanjut pnsaran…

    Reply

  3. kian chan
    Jul 17, 2014 @ 12:34:19

    yah, bru bertemu setelah terpisah bertahun2 eh langsung dpt kbr yng menyesakkan.. kasian kyuu

    Reply

  4. Yulia
    Jul 26, 2014 @ 06:12:48

    Kasihan Kyuhyun baru ketemu udh mw di tinggal lagi…
    sabar yaa Kyu…:(

    Reply

Comment's Box