Opera [5/?]

Opera Cover

Part 5

Nama : i-Leetha
Judul Cerita : Opera
Tag (tokoh/cast) : Park Jung Soo, Song Joong Ki, Shin Seung Ri, Kim Seu Hwa, Ji Sung

Other Cast : Super Junior Member yang mungkin muncul dalam setiap part

Genre : Romance, Comfort
Rating : PG-13
Length : Chapter

***

 

 

 

Hanna memperhatikan Jung Soo dan Seung Ri yang sedang melakukan bagian mereka dengan senyuman aneh. Dia tidak yakin dengan apa yang telah terjadi. Beberapa bulan berpisah dengannya, pria itu benar-benar sangat berbeda. Dia tidak seperti Jung Soo yang dia kenal. Jung Soo yang sekarang jauh lebih berani dan terbuka. Selain itu dia terlihat menjadi sosok yang lebih hangat dan selalu tersenyum pada siapapun yang berada didekatnya. Bahkan dengannya. Jika sebelumnya dia selalu membuang muka, sekarang dia selalu tersenyum jika berpapasan dengannya. Bahkan tidak segan untuk mengajarinya bagaimana berakting dengan baik.

“Sekarang giliranmu Hanna-ssi,” ujar seorang kru.

“Ah, baiklah.” Hanna beranjak dari tempatnya untuk segera mengambil bagiannya. Kali ini dia akan bermain dengan Jung Soo. Adegan kali ini adalah dia harus berakting mesra dengan Jung Soo untuk membuat Seung Ri cemburu. Ceritanya saat ini adalah Jung Soo dan Seung Ri bertengkar dikarenakan Seung Ri menuduhnya mempermainkannya. Tidak ada kesulitan diantara keduanya. Hanya sekali take tanpa ada cut.

“Baiklah, semua bisa beristirahat,” teriak In Sung.

Hanna menepuk bahu Jung Soo saat pria itu akan meninggalkan tempatnya. Dia tersenyum.

“Kau sangat jauh berubah oppa. Sepertinya aku kembali menyukaimu. Jika kau sudah selesai dengan Seung Ri, kau bisa mendatangiku. Mungkin aku akan menerimamu kembali. Sekarang kau benar-benar tipeku,” ucap Hanna.

“Benarkah? Wah, sepertinya Seung Ri benar-benar merubahku dengan baik sehingga seorang Hanna Lee kembali tergila-gila padaku. Mungkin kau harus sedikit menunggu lebih lama. Aku dan Seung Ri mungkin akan lama. Tidak. Sangat dan sangat lama. Jadi saranku, jangan menungguku lagi Hanna-ya. Ah, bukankah kau menyukai Jong Suk. Kenapa kau tidak melakukan sesuatu seperti yang dulu kau lakukan padaku? Bukankah akan sangat menyenangkan?” jawab Jung Soo sambil tersenyum mengejek.

“Park Jung Soo!!! Kau akan menyesal nanti!!!” teriak Hanna.

 

x-x-x

 

Jong Suk menghampiri Seung Ri yang sedang meminum minuman miliknya. Dia membalas senyuman gadis itu.

“Apakah melelahkan?” tanya Jong Suk.

“Tentu saja. Usai melakukan kewajibanku sebagai mahasiswa, aku harus melanjutkan aktifitasku sebagai publik figur. Ah, itu benar-benar sangat melelahkan,” sahut Seung Ri.

“Kau benar. Tapi bukankah menyenangkan saat seseorang berada disampingmu?” ucap Jong Suk.

“Apa maksudmu? Itu tetap melelahkan,” sahut Seung Ri.

“Benarkah? Mungkin aku harus melupakan hal itu jika tetap melahkan.”

“Ya, kenapa tidak mencoba dengan Hanna? Sepertinya dia menyukaimu,” usul Seung Ri.

“Hanna? Shireo. Aku tidak akan bersama dengan gadis yang pernah bersama dengan Jung Soo hyung,” sahut Jong Suk.

“Apa maksud ucapanmu itu? Apa kau pikir wanita yang pernah bersama denganku pernah tidur denganku? Aku tidak gila sepertimu Jong Suk-ya,” jawab Jung Soo yang baru saj tiba bergabung dengan mereka.

“Apa kau kedinginan?” bisik Jung Soo saat dia meletakkan selimut yang dia bawa pada Seung Ri. Kemudian mencium puncak kepalanya dengan lembut.

Omo, apa kalian harus melakukannya didepanku?” ucap Jong Suk.

“Jika tidak menyukainya, kenapa tidak pergi juga?” sahut Jung Soo.

Shireo. Aku yang pertama kali bersama Seung Ri. Jadi kenapa harus aku? Bukankah seharusnya kau yang pergi hyung?” sahut Jong Suk.

“Apa kau mau mati?”

“Hentikan sekarang. Sebaiknya aku pergi dan kalian selesaikan apa yang sudah kalian mulai. Arraseo?” sahut Seung Ri. Dia meninggalkan tempat itu untuk segera pulang kerumahnya.

Jong Suk hanya tertawa melihat wajah Jung Soo. Hal itu membuatnya mendapat sebuah pukulan di kepalanya.

“Apa itu lucu?” tanya Jung Soo.

Ania,” jawab Jong Suk. Tawanya sudah berhenti. Kali ini wajahnya sangat datar dan menatap Jung Soo tajam.

“Ada apa dengan wajah itu?” tanya Jung Soo lagi.

“Kenapa kau mengacaukan pernyataan Seung Ri sewaktu konferensi pers waktu itu? Apa kau benar-benar serius dengannya? Tidak perduli apapun yang akan terjadi nantinya?” sahut Jong Suk.

“Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau punya pikiran untuk mengencaninya jika aku menuruti apa yang dia katakan saat itu?” selidik Jung Soo.

“Wah, kau benar-benar bisa membaca pikiranku hyung. Sepertinya aku harus menghentikan niatku untuk mendapatkannya.”

“Yaa!!!”

Jong Suk kembali tertawa dan menepuk bahu Jung Soo menandakan dia hanya menggodanya. Jung Soo tertawa kecil membalas Jong Suk.

“Kalau begitu aku pergi. Mungkin seseorang masih menungguku,” seru Jung Soo.

Arraseo.”

 

x-x-x

 

In Sung menghampiri Hanna yang memintanya untuk bertemu sepulang dari syuting. Mereka bertemu di lantai atas hotel dimana tidak akan ada seorangpun disana. Setidaknya untuk jam yang hampir mendekati tengah malam.

“Ada apa memanggilku kemari?” tanya In Sung.

“Park Jung Soo. Apa dia benar-benar berkencan dengan Shin Seung Ri?” sahut Hanna.

“Seperti yang kau lihat. Waeyo? Kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang Jung Soo? Bukankah selama ini kau hanya bertanya tentang Jong Suk saja?” selidik In Sung.

Ania. Aku hanya berpikir, sosok seperti apa Seung Ri hingga bisa membuat Jung Soo berubah seperti itu? Aku bahkan tidak mengenali bagaimana dia yang sekarang.”

“Kau benar. Setelah konferensi pers, sepertinya Jung Soo menjadi sangat penurut dengan Seung Ri. Dia menuruti apapun yang dikatakan Seung Ri. Oppa benar-benar mengaguminya sekarang.”

“Bukankah dari awal sudah begitu hingga kau dengan mudah memberikan peran utama padanya? Padahal kau memiliki adik seorang model sepertiku dan kau tidak memilihku. Aku sakit hati sekarang oppa,” ledek Hanna.

“Hah, kau masih mengungkiut masa lalu. Sudahlah, apa kita bisa pulang sekarang?” tanya In Sung.

“Baiklah oppa. Tapi kau harus mentraktirku makan malam dulu. Kau tahu kalau aku belum makan apapun malam ini?”

Arraseo.”

Mereka meninggalkan tempat tersebut. Seung Ri yang sedari tadi berdiri disana keluar dari persembunyiannya. Sejak awal dia berada disana untuk menunggu Jung Soo. Tapi kedatangan Hanna membuatnya bersembunyi. Dia ingin menghampiri Hanna. Tapi In Sung datang sehingga dia mengurungkan niatnya.

“Mereka adalah saudara kandung. Tapi kenapa mereka merahasiakannya? Apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan?” gumam Seung Ri. Ponselnya berdering membuatnya tersadar. Nama Jung Soo tertera di layar. Dengan cepat dia mengangkat panggilan itu. Jung Soo menanyakan apakah dia benar-benar sudah pulang atau tidak. Dengan terpaksa dia harus berbohong dengan mengatakan kalau dia sudah pulang.

Setelah panggilan berakhir, dia memilih duduk disana sebentar untuk sekedar menikmati malam. Dengan posisinya saat ini membuat bintang terlihat sangat dekat dengannya. Dia duduk ditepi bangunan dengan kaki yang menjuntai kebawah. Angin malam tidak lagi mempengaruhinya.

“Apa yang terjadi denganku?” gumam Seung Ri. Rasanya, semakin hari dia semakin masuk lebih dalam dengan kehidupan yang berusaha dia hindari. Tapi setiap orang yang berada dekat dengannya seperti menunjukkan sesuatu yang membuat Seung Ri harus tetap bertahan.

Seung Ri mengambil ponselnya. Mencoba untuk menghubungi ibunya. Tidak lama, suara yang sangat dirindukannya itu terdengar dari seberang. Sebuah senyuman mulai mekar dari kedua sudut bibirnya. Walau hanya suara, tampaknya itu sangat membantunya untuk menghilangkan rasa lelahnya.

Bogosipo eomma,” ucapnya. Ibunya tidak menjawab. Hanya menghela napas.

Eomma akan ke Seoul,” sahut wanita paruh baya itu dan langsung memutuskan panggilan. Bahkan Seung Ri tidak menjawab apapun. Dia mencoba menelepon kembali. Tapi sudah tidak tersambung. Panggilan diluar jangkauan.

 

x-x-x

 

Jong Suk membolak-balik naskah yang ada didepannya. Untuk hari ini adalah adegannya dengan Hanna. Selain itu dia langsung pemotretan dengan Hanna. Sepertinya hari ini hanya akan ada Hanna disampingnya. Tapi sedari tadi dia tidak melihat Seung Ri maupun Jung Soo.

“Mereka tidak akan datang. In Sung oppa memang meminta mereka untuk tidak datang. Hari ini hanya akan ada adegan kita,” ucap Hanna yang mengetahui apa yang dicari oleh Jong Suk.

“Apa ini permintaanmu juga? Seharusnya mereka ada bagian hari ini. Kau yang mengatakan pada hyung agar mengubah jadwal hari ini bukan?” terka Jong Suk. Hanna menjentikkan jarinya dan tersenyum. Baginya, pria yang didepannya itu sangat pintar. Bahkan dia bisa menebak apa yang ada dipikirannya.

“Kau sepertinya sudah tahu banyak tentang aku. Apa kau selalu mencari tahu tentang aku?” tanya Hanna.

“Cih, buat apa aku harus mencaritahu tentangmu jika ingin tahu hal seperti itu? Sangat menggelikan. Dunia entertainment bukanlah dunia yang luas. Sangat mudah untuk mengetahui apa yang harus kucari tahu tanpa bersusah payah. Termasuk tentang dirimu. Mereka datang sendiri seperti kau yang tiba-tiba datang sendiri kedalam kehidupanku. Sangat memuakkan.”

“Benarkah? Jika demikian, aku harap aku akan segera menemukan semua tentangmu. Tapi, ada hal yang harus aku pastikan. Kau, menyukai Shin Seung Ri bukan?” ucap Hanna.

Jong Suk menanggapinya dengan santai. Seperti katanya, dunia mereka bukanlah sesuatu yang luas. Jadi hal seperti itu akan cepat diketahui oleh orang lain. Dia hanya mengangguk tanpa menoleh sama sekali pada Hanna.

“Sepertinya benar. Apakah kau tahu kalau Seung Ri sudah menikah?”

“Jangan menyebar hal yang kau simpulkan sendiri,” sahut Jong Suk.

“Benarkah? Apa kau tidak melihat cincin yang dia pakai setelah syuting berakhir? Bukankah itu cincin pernikahan? Aku pernah melihatnya di toko perhiasan. Tapi sepertinya Jung Soo oppa juga tidak mengetahuinya. Jika dia tahu, tidak mungkin dia mengacaukan konferensi pers waktu itu. Wah, sepertinya kisah ini akan sangat menarik jika diangkat ke publik. Bukankah kau sependapat denganku?” tanya Hanna bersemangat.

“Jika kau melakukannya, maka jangan harap kau bertemu denganku lagi. Dan semua kontrak kerjasama akan aku akhiri saat itu juga,” sahut Jong Suk. Dia membanting naskah yang dia pegang dan meninggalkan Hanna. Tapi langkahnya kembali terhenti saat In Sung memanggilnya untuk segera memulai syuting.

 

x-x-x

 

Hollys Cafe yang terletak di sekitar Namsan Tower terlihat ramai. Bukan karena pengunjung yang ingin menikmati waktu luang mereka dengan bersantai disana, tapi dikarenakan Jung Soo dan artis yang lain dan para kru sedang menikmati waktu santai mereka bersamaan disana. Jung Soo, Jong Suk, Hanna, Seung Ri, dan In Sung duduk di satu meja yang sama. Tidak terlihat kecanggungan disana.

“Sepertinya kalian sudah semakin dekat saja,” ucap In Sung. Dia meminum caffe latte yang ada didepannya.

“Ini tidak seperti itu oppa,” sahut Hanna.

“Benarkah? Ah, lupakan saja. Bagaimana kalau kita bermain sesi bebas bicara? Kau bisa mengatakan apapun pada siapapun selama waktu yang ditentukan? Setuju?”

Yang lain tampak berpikir. Tidak lama mereka mengangguk menyetujui usulan In Sung. Waktu yang mereka sepakati adalah 20 menit. Hampir dua menit tidak ada yang bicara. Hanya saling memandang. Hingga Seung Ri memulai pembicaraan.

“Yaa Park Jung Soo!!!” Mereka semua menatap Seung Ri. Ingin tertawa. Namun tertahan.

“Kau tidak menjawabku?” sahutnya lagi.

Waeyo?” sahut Jung Soo.

“Apakah kau tidak memiliki pikiran lagi? Mungkin tidak. Berani sekali kau mengacaukan konferensi pers waktu itu? Kau mau mati?”

“Yaa. Seung Ri-ya. Apa kau benar-benar menyesali apa yang terjadi?” sahut In Sung.

“Bisa kau hentikan ocehanmu? Dan kalian berdua,” Seung Ri menunjuk jarinya kearah Hanna dan In Sung secara bergantian. Mereka berdua saling menatap bingung. “Apa kalian juga akan tetap menyembunyikan hubungan saudara kalian? Kalian saudara kandung bukan?”

“Seung Ri-ya. Apa lagi yang kau bicarakan saat ini?” sahut Jong Suk.

Wae? Aku tidak boleh mengatakannya? Bukankah ini sesi bebas bicara? Aku bebas mengatakan apapun yang ingin kukatakan bukan? Kenapa kalian semua melihatku seperti itu?” jawab Seung Ri.

“Apa kau mabuk? Bagaimana mungkin kau mabuk hanya karena minum Americano saja?” sahut Jong Suk.

Ania. Sebelum kemari kami sempat minum beberapa botol soju ditempatku. Sepertinya mabuknya baru terjadi sekarang,” sahut Jung Soo.

Mwo? Jadi, apa yang dia katakan kebenaran yang selama ini tidak bisa dikatakan?”

“Kenapa tidak menjawab? Bukankah saatnya sesi bebas bicara? Kenapa hanya aku saja yang melakukannya? Kalian bermain curang?” Seung Ri mulai berteriak.

“Sebaiknya kita pulang Seung Ri-ya. Aku akan mengantarkanmu. Kajja.” Jung Soo membantu Seung Ri untuk berdiri. Tapi gadis itu mendorong Jung Soo untuk kembali duduk ditempatnya. Menurutnya, kesempatan ini tidak akan dia lewatkan begitu saja.

“Hentikan. Kita sedang bersenang-senang disini bodoh. Aku tidak akan melewatkannya. Jadi, apa yang kukatakan tadi benar? Kalian berdua… saudara kandung. Aku mendengar semuanya sewaktu diatap. Kenapa kalian menyembunyikannya?”

“Shin Seung Ri!!! Hentikan!!!” Jung Soo menarik Seung Ri untuk segera meninggalkan tempat itu. Tapi In Sung menahan tangan Seung Ri yang satunya.

“Biarkan dia melanjutkan apa yang ingin dia katakan,” ujar In Sung.

Jung Soo melonggarkan pegangannya dan kembali duduk ditempatnya. Seung Ri terlihat mulai kehilangan kesadarannya. Tapi dia masih dapat berbicara.

“Park Jung Soo-ssi, apa kau tahu sejak kapan aku menyukaimu? Aku sudah menyukaimu sejak lama. Dan sekarang kau menjadi kekasihku rasanya seperti mimpi. Jika ini mimpi, aku tidak akan mau bangun. Katakan apa alasanmu mengacaukan konferensi pers saat itu. Apa kau mau bermain-main denganku karena kau mau membuat Hanna sakit hati? Jangan pernah ada niat untuk meninggalkanku. Kau tahu kalau aku sangat mencintaimu?” Setelah mengatakan hal itu, Seung Ri benar-benar kehilangan kesadarannya. Kepalanya terjatuh di bahu Jung Soo.

“Sebenarnya apa yang terjadi sekarang? Kenapa aku merasa kalau semua ini hanyalah sandiwara belaka? Apa kalian mengetahui sesuatu yang aku tidak tahu? Dan apa kalian berdua saudara kandung?” tanya Jung Soo.

In Sung menarik napas panjang. Sekarang dia benar-benar harus mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Jung Soo hanya terdiam setelah mendengar semuanya darinya. Dan yang menjadi masalahnya sekarang, kenapa Seung Ri begitu kecewa saat mengetahui hal itu?

“Jangan bebani pikiranmu dengan berbagai macam pertanyaan. Sebaiknya antarkan Seung Ri pulang. Hari ini kita akhiri sampai disini saja. Aku akan mengantarkan Hanna pulang. Jong Suk-ssi, kau juga bisa pulang sekarang. Sampai jumpa besok di lokasi syuting,” ucap In Sung. Satu persatu mereka mulai meninggalkan tempat itu.

 

x-x-x

 

Jung Soo menghentikan mobilnya di basement apartemen Seung Ri. Dia masih tidak ingin membangunkan Seung Ri. Dia memandangi wajah Seung Ri yang tertidur lelap. Pengakuannya tadi membuat Jung Soo tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

Dia menyingkapkan rambut Seung Ri yang menutupi wajahnya dan perlahan mendekatkan wajahnya pada Seung Ri. Namun pergerakan yang dilakukan Seung Ri membuat Jung Soo menghentikan aksinya. Dia mengguncang bahu Seung Ri. Namun sepertinya jalan yang harus dilakukan Jung Soo adalah menggendongnya.

Setiba di apartemen Seung Ri, Jung Soo segera membawa Seung Ri menuju kamar dan meletakkannya di tempat tidur kemudian menarik selimut untuk menutupi badan Seung Ri. Namun gadis itu menarik tangannya. “Temani aku disini,” erangnya tidak sadar.

Jung Soo menurutinya dan duduk di bangku yang ada didekat tempat tidur. Tangan Seung Ri masih memegang tanganna dengan erat. Tidak lama tangan itu mulai terjatuh menandakan kalau Seung Ri benar-benar sudah terlelap.

Jung Soo mengambil ponsel Seung Ri yang berada di saku jaket yang dikenakannya yang berdering sedari tadi. Nama Jong Suk tertera di layar. Jung Soo menggeser layar kearah kiri untuk tidak mengangkat panggilan itu. “Bukankah dia tahu aku bersamanya? Kenapa dia selalu menganggu Seung Ri?” gumam Jung Soo. Dia sama sekali tidak rela jika Jong Suk selalu mencampuri segala hal tentang Seung Ri. Mengacaukan konferensi pers adalah salah satu tujuannya untuk menjauhkan Jong Suk dari Seung Ri. Tapi pria itu semakin menggila untuk mendekati Seung Ri.

 

-Flashback-

 

Jong Suk menghampiri Jung Soo yang sedari tadi sudah siap di belakang panggung dimana konferensi pers digelar. Personil ‘High Skul’ tampak berdiri di barisan penonton dengan bangku tersendiri.

“Apa yang akan kau lakukan? Kau akan mengatakan kejujuran, atau tidak?” tanya Jong Suk.

“Apa perdulimu?”

“Jika kau menyangkal, maka aku yang akan mengatakan kalau kami berkencan. Jadi tidak akan ada masalah yang lain bukan? Kau setuju hyung?” Jong Suk tampaknya mengajukan penawaran pada Jung Soo. Tapi penawaran yang sangat tidak mengenakkan bagi Jung Soo.

“Ah, In Sung hyung juga berharap kau menyangkal hal ini. Dia memang mengatakan keputusan ada pada kalian. Tapi dia berharap kalian menyangkal. Lagipula Seung Ri akan melakukan hal yang sama. Karena kalian tidak saling suka bukan?”

“Tutup mulutmu Jong Suk-ah!!!”

Arraseo. Aku tinggal hyung. Ah, kau masih ingat tentang apa yang kukatakan padamu di apartementmu waktu itu? Dia benar-benar menyukaimu. Tapi tenang saja, setelah ini dia akan menyukaiku.” Jong Suk meninggalkan Jung Soo sendiri untuk memasuki ruangan konferensi pers.

Jung Soo memasuki ruangan konferensi pers bersamaan dengan Seung Ri. Mereka duduk di tengah-tengah dengan diapit dengan satu orang utusan dari manajemen mereka.

“Apakah kalian berkencan? Bisa kalian jelaskan mengenai foto yang beredar saat ini?” tanya salah satu reporter yang ada disana.

“Kami tidak akan memberi pernyataan. Saat ini biarkan yang bersangkutan memberi klarifikasi tentang kejadian yang sebenarnya. Seung Ri-ssi, Jung Soo-ssi, silahkan beri pernyataan kalian,” ucap seorang mc yang berperan sebagai moderator.

Annyeong haseo. Shin Seung Ri imnida. Saya akan mengklarifikasi semuanya. Itu tidak benar. Kami tidak sedang berkencan. Itu mungkin foto saat kami keluar bersama selesai syuting. Seperti yang kalian tahu kalau kami terlibat proyek film yang sama,” jawab Seung Ri.

“Benarkah? Tapi kalian terlihat mesra di foto itu. Apa itu bisa dikatakan hanya sebagai rekan kerja?” sahut reporter yang lainnya.

“Park Jung Soo­-ssi, bagaimana tanggapan anda?” sahut reporter yang sama.

“Saya akan menggatakan pendapat saya setelah Seung Ri mengatakan pendapatnya. Seung Ri-ssi, silahkan dilanjutkan,” jawab Jung Soo.

“Kami tidak ada hubungan apapun. Itu tidak seperti apa yang kalian lihat. Jika kalian tidak percaya, kalian bisa mengkonfirmasinya dengan Park Jung Soo. Jung Soo-ssi,” jawab Seung Ri.

Jung Soo menarik napas panjang saat semua sorot mata kini tertuju padanya. Berbagai macam terkaan yang muncul dipikiran semua yang hadir. Ada yang mengatakan kalau Jung Soo akan mengatakan hal yang sama. Tapi ada juga yang berpikir kalau Jung Soo akan mengatakan hal yang lain dari itu. Jung Soo melihat kearah Jong Suk yang tersenyum berharap kemenangan. Namun, jangan katakan Park Jung Soo kalau dia dikalahkan oleh junior seperti Lee Jong Suk. Dia tidak akan takut lagi.

“Semua yang dikatakan oleh Seung Ri…Tidak Benar. Kami memang sedang berkencan saat ini,” jawab Jung Soo dengan lantang. Wajahnya tetap tenang. Matanya menatap Jong Suk tajam. Seolah mengatakan kalau dia tidak akan pernah mendapatkan Seung Ri.

 

Flashback end

 

x-x-x

 

Seung Ri tiba di stasiun kereta. Dia segera mencari ibunya yang baru saja tiba di Seoul. Tanpa pemberitahuan sama sekali. Tiba-tiba saja dia mendapat pesan kalau ibunya sudah tiba di Seoul.

Eomma, apa yang kau lakukan?” tanya Seung Ri setelah mereka berada dalam mobil yang ditumpangi Seung Ri. Dia datang dengan seorang supir dan menggunakan mobil perusahaan.

“Bukankah sudah kukatakan kalau eomma akan datang? Apa kau lupa?”

“Setidaknya beritahu aku kapan kau akan datang eomma. Tidak seperti ini.”

Arraseo. Jadi apa kau sedang sibuk?”

“Aku ada satu scene lagi. Jadi tunggu saja di mobil nanti dan jangan pergi kemanapun. Setelah itu kita akan pulang.”

Seung Ri turun dari kendaraan tersebut setelah tiba di lokasi syuting. Jung Soo yang sedari tadi mencarinya segera menghampiri gadis itu dan bertanya darimana saja dia. Mengapa baru hadir sekarang. Seung Ri hanya tersenyum. Dia menarik lengan Jung Soo untuk segera memulai syuting. Sekarang adalah adegan mereka berdua.

“Apa terjadi sesuatu?” tanya Jung Soo usai pengambilan gambar. Dia merapikan pakaiannya di cermin yang ada di ruang ganti tersebut.

Eomma. Dia baru saja datang tanpa memberitahuku terlebih dahulu,” sahut Seung Ri.

“Benarkah? Dimana sekarang? Boleh aku menyapanya?” tanya Jung Soo antusias.

“Tidak perlu. Kalian bisa bertemu nanti.”

“Ada apa ini? Kau tidak mengijinkan kekasihmu ini bertemu dengan eomonim?”

“Hentikan oppa. Kalau begitu aku pergi. Sampai ketemu besok. Nanti aku hubungi.”

Arraseo.”

Seung Ri memasuki mobil dan mendapati ibunya tertidur. Dengan pelan dia memasuki mobil dan memindahkan kepala ibunya ke pangkuannya. Perlahan mobil mulai melaju meninggalkan tempat tersebut. Seung Ri mengguncang bahu ibunya pelan setibanya di apartement miliknya.

“Putriku benar-benar menjadi orang sukses sekarang. Lihat tempat tinggalmu. Besar dan nyaman.” Wanita paruh baya itu mulai mengelilingi seisi apartement saat Seung Ri menyiapkan makan malam untuk mereka.

“Apa eomma tidak mau pindah kemari? Ajak appa dan yang lain.”

“Tidak usah. Disana jauh lebih nyaman. Ah, jadi bagaimana dengan pria itu? Apa kau sudah memberitahunya?” Wanita itu mengalihkan pembicaraan. Seung Ri yang paham kalau ibunya tidak menyukai usulannya, hanya bisa tersenyum. Pengalihan yang sudah bisa ditebak olehnya.

Nuguya?” tanya Seung Ri.

“Pria yang kau sukai itu. Kau tidak memberitahunya apa yang terjadi sebenarnya?”

“Belum eomma. Ini bukan waktu yang tepat. Jika kukatakan sekarang, dia akan shock sehingga mengacaukan syuting nantinya. Itu tidak boleh terjadi.”

“Tapi, kau berkencan dengannya. Apakah itu benar?”

Seung Ri hanya tersenyum. Tampaknya ibunya tahu hanya dengan melihat raut wajah Seung Ri. Putrinya itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya.

“Rasanya sangat lelah dan juga mengantuk. Eomma harus beristirahat.”

Arraseo. Jaljayo eomma.”

Seung Ri mengambil ponselnya saat ibunya sudah masuk kedalam kamar. Menghubungi Jung Soo pastinya. Tidak lama panggilan tersambung dan suara Jung Soo terdengar dari ponselnya.

Nuguya?” sahut Jung Soo.

Seung Ri tidak menjawab. Kenapa Jung Soo bertanya dia siapa? Dia memperhatikan ponselnya. Dia tidak salah nomor. Nama Jung Soo tertera di layar. “Ini aku oppa,” sahutnya.

Seung Ri segera mematikan ponselnya saat menyadari kesalahan apa yang dia perbuat. Dia menggunakan ponselnya yang lain. Jung Soo tidak tahu nomor itu. “Apa dia tahu siapa aku?” gumamnya. Malam ini, dia tidak akan bisa tidur dengan tenang.

“Apa dia mengenal nomor ini? Apa yang harus kulakukan sekarang?”

 

x-x-x

 

Jung Soo mengambil ponselnya sambil melirik kearah jam yang ada di meja di samping tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Siapa yang menghubunginya jam segini? Dengan mata sedikit kabur, dia melihat nama pemanggil. Tidak ada nama. Hanya nomor baru yang tidak dia kenal. Dia bergegas mengangkat panggilan tersebut untuk bertanya siapa. Suara seorang wanita. Tidak lama, panggilan berakhir.

Jung Soo kembali meletakkan ponselnya diatas meja untuk melanjutkan tidurnya. Menurutnya hanyalah salah sambung. Matanya kembali terbuka saat otaknya mengenali suara siapa yang tadi menghubunginya. Suara Seung Ri. Dia mengambil ponselnya untuk memastikan. Nomor yang tidak dia kenal. Tapi mengapa suara Seung Ri? Dan juga, dia merasa tidak asing dengan nomor yang barusan.

“Bukankah ini nomor wanita itu?” gumam Jung Soo saat dia berhasil mengingat nomor ponsel tersebut. Walau dia tidak menyimpannya, dia bisa mengingatnya dengan cukup baik.

“Aku yakin. Tapi kenapa aku mendengar suara Seung Ri?” Pikirannya terganggu setelah mendengar hal itu. Menghubungi Seung Ri untuk menanyakan kepastiannya adalah jalan satu-satunya. Tapi itu bukanlah Seung Ri menurut pengakuan gadis itu setelah dia menanyakan hal itu. Jung Soo memilih tidak mengambil pusing hal itu dan melanjutkan tidurnya.

Rasanya baru saja tertidur, suara Hyuk Jae sudah membangunkannya untuk memintanya turun. Mereka harus bersiap-siap latihan untuk konser mereka. Dia melihat jam yang berada di meja samping tempat tidurnya. Sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Walau dengan langkah berat, dia tetap masuk kamar mandi untuk segera bersiap-siap.

“Aku masing mengantuk,” ujarnya setibanya dibawah. Semalaman dia memang tidak tertidur hanya memikirkan hal itu.

“Apa ada sesuatu yang menganggumu?” tanya Kangin.

Ania. Lupakan. Ayo pergi.”

Baru saja Jung Soo akan memasuki vann, In Sung menghampirinya dan mengajaknya berbicara. Dia meminta teman-temannya untuk berangkat. Dia akan menyusul setelah berbicara dengan In Sung. Mereka memasuki sebuah cafe tidak jauh dari tempat mereka sekarang.

“Ada apa hyung?” tanya Jung Soo setelah mereka melakukan pemesanan.

“Apa kau masih ingat dengan perkataan Seung Ri kemarin?” tanya In Sung merespon pertanyaan Jung Soo.

Jung Soo mengangguk. Bagaimana mungkin dia lupa. Meminta penjelasan. Apa alasannya dia harus memintanya? Toh dia dan Hanna tidak memiliki hubungan apapun lagi. Jika mereka memang berniat menjelaskannya, dia akan menunggu. Tapi untuk memaksa, dia merasa tidak memiliki hak lagi. Lain hal jika berkaitan dengan Seung Ri. Dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan penjelasan.

In Sung mulai menjelaskan apa yang sedang terjadi saat ini. Dia menjelaskan bagaimana hubungan antara mereka berdua.

“Aku merasa kau tidak perlu tahu tentang hal ini. Tapi aku membiarkanmu tahu karena kau adalah kekasih Seung Ri. Kau tahu kalau aku menyayangi Seung Ri seperti adikku sendiri bukan?” ucap In Sung.

“Aku paham hyung. Tapi tetap saja aku tidak memiliki hak untuk tahu. Tapi melihat niatmu menceritakan hal ini, aku berterima kasih. Itu berarti kau dan aku bisa saling percaya bukan?”

“Itu yang aku sukai darimu Jung Soo-ssi. Kau tahu bukan?”

“Tidak hanya kau hyung. Semua mengatakan hal yang sama. Mereka mengatakan aku pengertian, tidak banyak menuntut, dan banyak lagi. Terkadang hal itu membuatku bosan. Apa aku harus mengganti hal itu saja?” Jung Soo tersenyum saat mengatakan hal itu dan membuat In Sung ikut tersenyum juga. Mereka melanjutkan cerita mereka sebelum Jung Soo meninggalkan In Sung untuk bersiap untu latihan.

 

x-x-x

 

Seung Ri bersiap untuk memasak sesuatu untuk ibunya yang belum bangun. Sepertinya, nasi goreng, bubur, dan susu segar menu yang pas untuk pagi ini. Dia mulai mengeluarkan bahan-bahan yang dia perlukan dari dalam kulkas dan mengenakan celemek untuk bersiap masak.

Tidak butuh waktu lama buatnya untuk menyelesaikan semuanya. Hanya sekitar 45 menit, hidangan tersebut sudah tersaji dimeja makan beserta peralatan makan yang sudah dia susun diatas meja. Sekarang saatnya membangunkan ibunya. Dia mengetuk pintu secara perlahan kemudian mebuka pintu tersebut. Dia melihat ibunya sibuk membersihkan tempat tidur.

Eomma. Biarkan aku yang melakukannya. Makanan sudah siap di meja. Sekarang makan dan aku akan menyelesaikannya,” ujar Seung Ri sambil menarik selimut yang dipegang ibunya. Wanita paruh baya itu tersenyum tipis dan membelai kepala Seung Ri sebelum meninggalkan ikamar itu. Seung Ri kemudian melanjutkan pekerjaan ibunya dan segera menuju meja makan usai menylesaikan pekerjaan itu.

“Apa kau libur hari ini?” tanya ibunya setibanya Seung Ri di meja makan. Menyendok nasi goreng kedalam piringnya dan duduk tepat di depan ibunya.

Ania. Nanti sore akan ada syuting lagi eomma. Apa eomma mau ikut menemaniku?” tanya Seung Ri.

“Apa dia akan ada disana?” tanya ibunya lagi.

“Tentu saja. Park Jung Soo akan ada disana.”

“Apa kau tidak akan memberitahukannya?”

“Tidak sekarang eomma. Aku akan memberitahukannya secara perlahan. Karena itu, jangan mengatakan apapun padanya jika kalian bertemu nantinya.”

Bel apartement Seung Ri berbunyi dan membuat Seung Ri menghentikan kegiatan makannya untuk membukakan pintu. Sosok Jung Soo berdiri disana saat pintu sudah terbuka. Jung Soo tersenyum melihat wajah Seung Ri yang terlihat terkejut. Jung Soo menjentikkan jarinya di depan mata Seung Ri sehingga membuat gadis itu tersadar.

“Apa kau tidak akan menyuruh kekasihmu ini masuk?” tanya Jung Soo.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“Bukankah kau katakan kalau ibumu berada disini? Anak menantunya harus memberikan salam padanya. Apa aku salah?”

“Apa kau sudah gila?”

Jung Soo menerobos masuk. Dia tahu Seung Ri tidak akan menginjinkannya. Dia melihat ibu Seung Ri duduk di meja makan dan menghampirinya. Dia membungkuk memberi salam pada wanita yang ada didepannya.

Annyeong haseo eomonim. Park Jung Soo Imnida,” sapa Jung Soo.

Ibu Seung Ri hanya tersenyum melihat Jung Soo. “Apa kau kekasih putriku?” tanyanya kemudian.

“Benar eomonim. Tolong ijinkan aku bersama dengan Seung Ri. Aku akan menjaganya untuk eomonim,” sahut Jung Soo.

Arraseo. Duduk dan makanlah. Apa kau tidak akan melayani tamumu Seung Ri-ya?” tegur ibunya saat Seung Ri hanya duduk tanpa memberikan apapun pada Jung Soo.

“Bukankah dia kekasihmu. Jika kalian berjodoh, dia akan menjadi suamimu. Kenapa tidak berlaku bagaimana menjadi seorang istri?” tegur ibunya.

Jung Soo tersenyum mendengar apa yang dikatakan wanita itu. Seung Ri hanya bisa memicingkan matanya dan membuatkan makanan didepan Jung Soo. Jung Soo terlihat sedikit menjulurkan lidahnya. Sementara Seung Ri hanya bisa mengutuk dalam hati.

“Apa kau juga tidak memiliki kegiatan pagi ini Jung Soo-ya?” tanya Han Min Ja, ibu Seung Ri.

“Aku ada latihan dengan grup pagi ini eomonim. Tapi bertemu dengan eomonim harus didahulukan. Aku akan segera menyusul mereka setelah bertemu dengan eomonim. Mungkin tidak akan ada kesempatan lain beretemu dengan eomonim mengingat eomonim tinggal jauh dari Seoul.”

“Benarkah? Segera selesaikan makanmu dan segeralah berangkat. Kita akan bertemu nanti malam saat makan malam. Apa kau bersedia?”

“Benarkah? Baiklah. Aku akan datang eomonim,” jawab Jung Soo bersemangat.

 

x-x-x

 

Jong Suk hanya bisa berdiam diri di apartement miliknya. Terlebih saat Hanna tiba ditempatnya. Dia memang meminta gadis itu untuk datang. Jika bertemu di lokasi syuting, dia tidak akan bisa mengatakn apa yang selama ini ada dalam pikirannya. Lebih jelasnya, pertanyaan yang muncul dalam otaknya.

“Ada apa memanggilku kemari?” tanya Hanna saat Jong Suk tidak mengatakan apapun. Dia hanya menatap gadis itu tanpa berkedip sekalipun.

“Hal apa lagi yang kalian tutupi dari aku?” tanya Jong Suk.

“Hal yang ditutupi? Kami tidak menutupi apapun,” sahut Hanna.

“Setelah melakukannya sekali, apa kau kira aku akan percaya? In Sung hyung adalah sepupuku. Walau aku tahu kami tidak sedarah. Tapi dia tetap saudara sepupuku. Dia tega membohongiku. Dan sekarang, kau yang mengatakan menyukaiku juga membohongiku? Jadi apa lagi yang harus dipercayai dari kalian berdua? Bahkan aku tidak yakin perasaanmu benar-benar tulus padaku.”

“Ini bukan seperti itu oppa. Kami harus merahasiakan sampai proyek film ini selesai. Itu yang dikatakan In Sung oppa.” Hanna membela diri. Dia tidak tahu kalau akan terjadi seperti ini. Mereka ketahuan lebih cepat dan ini dikarenakan Seung Ri. Jika saja Jong Suk tidak mempercayainya lagi, maka dia akan bersiap untuk menuntu balas dari Seung Ri.

“Dan satu lagi, jika aku benar-benar tulus, apa kau pernah menganggap perasaanku? Kau hanya menganggapku penganggu yang selalu membuntutimu kemana saja. Kau lebih tertarik pda Seung Ri yang kau sendiri tidak tahu bagaimana dia dan siapa dia. Apa kau berhak menyalahkanku karena aku mengatakan menyukaimu?”

“Jika kau menyukaiku, kenapa tidak berusah membuat aku menyukaimu? Kenapa membuat masalah seperti ini? Hal ini membuat aku semakin berpikir untuk membuka hatiku terhadapmu.”

Oppa.” Hanna hanya bisa terdiam mendengar ucapan Jong Suk barusan. Itu artinya, Jong Suk sedang berusaha membuka hati untuknya. Tapi kenapa dia tidak bisa menyadari keadaan itu?

Mianhae oppa,” ucap Hanna lagi.

“Kenapa aku harus memaafkanmu? Sekarang tinggalkan aku sendiri. Aku harus istirahat sebelum pemotretan dan syuting nanti sore.” Jong Suk meninggalkan Hanna di ruang tamu dan memasuki kamarnya. Sementara Hanna hanya bisa berjalan lemas keluar dari apartement itu.

Jong Suk mengaktifkan ponselnya yang sengaja dia matikan selama hampir dua hari. Berbagai pesan memasuki ponselnya. Seung Ri lah yang paling banyak mengiriminya pesan. Menanyakan kabarnya dan apa yang terjadi padanya.

Bukan menghubungi Seung Ri, dia memilih menghubungi Jung Soo. Ada yang harus dia katakan padanya hari ini. Mereka bertemu dua jam lagi di cafe milik Leeteuk Super Junior, Kona beans.

 

x-x-x

 

Napas In Sung tidak beraturan setelah berlari tanpa arah di pasar yang kebetulan dia kunjungi. Dia ingin mencari tempat yang bagus untuk lokasi. Tapi seseorang yang mungkin dia kenal membuatnya lupa tentang tujuannya. Seorang wanita paruh baya berusia sekitar 60 tahunan. Tapi dia kehilangan wanita itu.

“Kenapa cepat sekali?” gumamnya. Napasnya tidak beraturan sembari memegangi kedua lututnya. Dia sudah kehilangan konsentrasinya dan memutuskan untuk pulang. Dia kembali mengingat wanita yang dia lihat tadi. Dia yakin kalau itu adalah wanita yang dia cari selama ini, ibunya.

Ponselnya berdering. Nama Seung Ri tertera di layar ponselnya. Cukup lama juga dia berpikir untuk mengangkat panggilan itu. “Ada apa Seung Ri-ya?” tanya In Sung.

Cukup lama gadis itu merespon panggilannya. Tidak lama dia meminta In Sung untuk bertemu. Saat ini dia berada di apartement In Sung. Segera In Sung kembali menuju apartementnya.

“Apa kau sudah lama?” tegur In Sung setibanya ditempatnya. Dia membuka pintu dan mempersilahkan Seung Ri masuk. Mereka duduk di ruang tamu. In Sung mengambil dua botol juice dan menyerahkan satu pada Seung Ri.

Mianhae oppa,” ucap Seung Ri lirih. Dia hanya menundukkan kepalanya. Kejadian waktu itu benar-benar membuatnya merasa tidak enak bila berhadapan dengan In Sung. Bagaimana mungkin dia membuat In Sung malu dengan tingkahnya setelah semua hal baik yang dilakukan In Sung padanya.

“Maaf? Untuk apa Seung Ri-ya? Kau bahkan tidak melakukan kesalahan apapun,” sahut In Sung.

“Aku sudah melakukan hal yang tidak seharusnya kulakukan. Ini semua karena aku mabuk. Aku tidak sadar apa yang sudah aku katakan oppa.”

In Sung merubah posisi duduknya ke sebelah Seung Ri. Dia hanya tersenyum kecil kemudian meletakkan tangannya di puncak kepala Seung Ri. Mengelusnya sebentar dan kemudian memeluknya.

“Semuanya baik-baik saja. Jadi jangan merasa bersalah seperti itu,” ucapnya.

“Tapi tetap saja aku tidak wajar melakukan hal seperti itu oppa,” sahut Seung Ri.

“Aigoo, aku lapar. Bisa masakkan sesuatu?” In Sung mengalihkan pembicaraan mereka. Tapi Seung Ri tidak terpengaruh. Dia hanya diam dan menunduk saja.

In Sung beranjak dari tempatnya menuju dapur. Dia bermaksud memasak makan siang untuk mereka berdua. Walau tidak mahir, setidaknya dia tahu bagaimana memasak ramen.

“Ingin mencoba ramen buatanku?” tanya In Sung. Hanya untuk memancing agar gadis itu menggantikannya memasak. Dia sudah memasukkan dua bungkus ramen kedalam panci sebelumnya. Tidak lama, dua porsi ramen sudah terhidang di meja tamu. Dia menarik Seung Ri agar menemaninya makan. Walau dengan terpaksa, Seung Ri duduk di depan In Sung. Tanpa menyentuh makanan itu.

“Aku bertemu seseorang yang mirirp seperti ibuku,” ujar In Sung setelah dia menghabiskan ramen miliknya.

“Apa ibu kandungmu?” tanya Seung Ri.

“Hm. Tapi aku tidak yakin dia mengingatku atau tidak. Tapi aku tidak pernah melupakan wajahnya. Dia menangis sewaktu meninggalkan kami di panti asuhan.”

“Apakah oppa membencinya?”

In Sung terdiam. Dia memijat dahinya pelan sembari memejamkan matanya. “Aku tidak tahu Seung Ri-ya,” jawabnya.

Dia kembali berdiri memandang keluar apartemennya. Bangunan-bangunan tinggi lebih mendominasi. Dia memasukkan tangannya kedalam saku celananya. Bagaimanapun juga, wanita itu adalah ibunya. Bagaimana mungkin dia bisa membencinya?

“Kau tidak membencinya kan oppa? Kau menyayangi ibumu walau dia meninggalkan kalian di panti asuhan,” ucap Seung Ri kemudian. Dia sudah berdiri di sebelah In Sung.

“Kenapa kau mengatakan hal itu?” sahut In Sung.

“Hanya menerka. Ternyata benar. Tenang saja, aku akan membantumu menemukannya oppa. Dan akan kukatakan kalau kau sangat menyayanginya dan merindukannya.”

“Seung Ri-ya.”

“Ah, mengenai Hanna. Sejak kapan kau tahu kalau dia adikmu? Dan bagaimana kau mengetahuinya?” Seung Ri tampaknya sudah melupakan hal tadi. Mendengar pertanyaan itu, In Sung hanya bisa tertawa. Bagaimana mungkin perasaan gadis ini bisa berubah dalam waktu begitu cepat? Walau demikian, dia tetap menceritakannya.

“Aku sudah lama mencari adikku, bahkan sejak aku menyelesaikan sekolah tingkat atasku disana. Beberapa detektif aku pekerjakan untuk mencarinya. Tapi tetap tidak kutemukan. Hingga seorang temanku mengirimkan sebuah foto padaku. Dia bersama ketiga temannya.” In Sung mengambil foto yang dia maksud dan memberikan pada Seung Ri. Kini mereka sudah kembali duduk di ruang tamu.

Seung Ri melihat foto yang ada ditangannya. Empat orang gadis cantik berfoto di menara namsan. Dia mengenali mereka semua dikarenakan mereka adalah model.

“Tapi bagaimana mungkin kau tahu kalau adikmu salah satu dari mereka?” tanya Seung Ri.

“Kalung yang dia kenakan.”

Seung Ri memberhatikan kalung yang dikenakan Hanna. Tidak ada yang menarik dari kalung itu. Hanya sebuah kalung biasa dengan benang nilon yang digulung menggunakan benang wol berwarna merah. Sebuah cangkang siput yang diapit oleh dua buah kancing berwarna hitam dan pink yang menjadi mainannya.

“Itu adalah kalung yang kubuat untuknya. Dan di hari dimana kami di adopsi, aku memberikannya dan berpesan jangan membuang kalung itu. Saat itu dia berusia 5 tahun.”

“Wah, Hana eonnie benar-benar hebat. Di usia seperti itu dia bisa menjaga kalung pemberianmu oppa.” Seung Ri berdecak kagum mendengar cerita In Sung.

“Tapi, kalian berdua berkarir di dunia publik figur, apakah keluarga kalian mempunyai riwayat sebagai publik figur jugakah?” tanya Seung Ri.

Molla. Aku bahkan tidak sempat menanyakannya. Jika saja aku bertemu dengannya, aku akan bertanya semua yang ingin aku tahu,” jawab In Sung.

 

-TBC-

Comment's Box