Obsession

Castnya Siwon, boleh dianggap cast lain kalo anda mau. Tapi kayaknya anda ngga mau lol, jadi castnya Siwon aja yang aman /plak. Cast ceweknya Hyera [narsis] tapi aku yakin..anda ngga akan mau jadi cast cewek ini XDD

PG 15 for explicit violence
Enjoy! [jangan terlalu hanyut, lol]

Obsession
Bukan karena cinta, tapi karena obsesi…

—

Mataku berat, tapi tubuhku rasanya kebal. Tak ada rasa sakit atau ngilu sedikitpun. Aku melihat tubuhku sudah bersimbah darah. Luka luka ini membuatku pendarahan hebat.

Aku menatap mata itu. Bukan kekejaman yang kulihat, sinar matanya menyiratkan rasa sakit lebih dari rasa sakitku. Mata itu…hanya ada kepolosan yang tertutupi kesakitan di dalamnya.

—

Sushow 3 Bangkok malam ini sukses besar. Semua orang tampak menikmati setiap momen yang dipersembahkan oleh sepuluh member Super Junior. Memang terasa kurang, tapi atmosfir di sekitar panggung sama kuatnya dengan perasaan bahagia setiap orang.

“Hyung-ah, di mana Siwon?” tanya Yesung saat mereka selesai berganti baju dan siap masuk ke van untuk selanjutnya kembali ke hotel untuk beristirahat. Leeteuk, si leader hebat, menatap dongsaengnya bingung karena menanyakan masalah itu.

“Eh? Bukankah tadi dia bersamamu?”

Yesung menggelengkan kepalanya. “Tidak, tadi dia kan bersama Heechul hyung.”

Merasa namanya disebut, heechul muncul dan menyela pembicaraan antara yesung dan Leeteuk itu. “He? Aku pikir dia bersamamu,”

“Ke mana dia?” tanya Leeteuk agak khawatir. Tidak biasanya Siwon menghilang setelah konser seperti ini. Sebenarnya bukan kebiasaan siapapun. Leeteuk sudah menegaskan sebelumnya bahwa harus segera kembali ke hotel setelah konser selesai karena mereka masih harus banyak istirahat. Apalagi mereka sedang berada di negeri orang.

“Molla,” sahut Heechul yang juga tak tahu apa-apa. Kemana bocah ini?

Leeteuk menghela nafasnya panjang, menekan dadanya. Ia sedang menekan perasaan yang tidak enak yang baru saja menelusup ke dalam hatinya. Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu sedang terjadi.

“Hyung, kau baik-baik saja?” tanya yesung yang menyadari perubahan wajah Leeteuk yang menjadi lebih pucat dan tanpa ekspresi.

Leeteuk menatap dongsaengnya, “Perasaanku tidak enak..”

“Hyung…”

“Sepertinya ada yang salah,” ujar Leeteuk sambil menerawang ke langit malam yang gelap. Tak ada bintang atau pun bulan yang menerangi, gelap total. Ia hanya bisa berharap semua akan baik-baik saja. Mungkin ini hanya perasaannya yang terlalu sensitif.

Tapi ia tak bisa memungkiri, ia tahu ada yang salah sedang terjadi.

—

“Oppa,” aku mendengar sebuah suara perempuan secara samar. Kucoba untuk mendongakkan kepalaku yang berat dan menemukan seorang gadis berjalan ke hadapanku, tersenyum. “Kau sudah bangun?”

Mengacuhkan pertanyaannya, hal pertama yang melintas di kepalaku adalah, dimana aku? Perasaan tadi aku ada di backstage setelah menyelesaikan rangkaian SuperShow 3 Bangkok malam ini. Lalu setelah itu aku tak bisa mengingat apapun.

Ruangan ini gelap dan lembab. Penerangan yang ada hanya sebuah lampu neon kecil berwarna kekuningan, aku tak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu ataupun bagian lain ruangan ini.

Dan kenapa aku terikat? Aku mencoba untuk melepas ikatan yang membelit tangan dan kakiku ke kursi ini, tapi tak bisa. Ikatannya terlalu kuat, simpulnya mati.

“Siapa kau? Di mana aku?” tanyaku berentet, panik. Ikatannya tak bisa dibuka sama sekali walau aku meronta dengan sangat keras.

Penculikankah?

Aku berusaha keras untuk tak mengenyahkan pikiran yang aneh aneh. Mungkin ini hanya lelucon dari para hyung dan si evil magnae setelah konser semalam. Tapi rasanya mengikatku sekencang ini agak keterlaluan.

“Siapa kau?” tanyaku lagi, menaikkan nada suaraku menjadi seoktaf lebih tinggi. Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi di ruangan lembab ini. Gadis ini tadi menyapaku dengan bahasa Korea, aku yakin dia bukan ELF bangkok atau dari negara lain selain Korea. Aku bisa mengenali logat koreanya.

“Oppa, Siwon oppa,” katanya lagi sambil mendekatiku. Akhirnya aku bisa melihat wajahnya, ia terlihat polos. Tampaknya ia masih sangat muda, aku kira masih belasan. Kulitnya putih pucat, kontras sekali dengan bibirnya berwarna merah, apalagi rambutnya yang hitam lurus.

Ia tersenyum manis padaku dengan muka inosennya. Aku agak tak percaya jika pemilik tubuh mungil dan raut inosen itulah yang menyekapku di sini. “Neon nae geoya.” [kau milikku!]

Mataku membulat mendengarnya, “MWO?”

“Oppa neon nae geoya,” bisiknya lagi penuh determinasi. Ia memang tersenyum, tapi aku menangkap hal lain dari senyuman itu. Seperti…ia siap menelanku dengan keinosenannya. Seperti semua keinosenan dan wajah tanpa dosa itu hanyalah topeng yang siap menjerumuskanku dalam jurang terdalam.

“Oppa,” rengeknya saat melihat air mukaku yang mengeras dan tatapanku yang terarah tajam padanya. “Jangan menatapku seperti itu. Kau tidak suka di sini ya?”

Dia masih bertanya apa aku tidak suka di tempat ini?

“Di mana ini? Bisa kau lepaskan aku? Sekarang!” perintahku dengan emosi yang kutahan. Aku memang marah padanya, tapi sorot mta itu…aku tak bisa marah pada sepasang mata indah itu. Seakan mata itu memiliki sihir yang membuatku terlena di dalamnya.

“Oppa, kau tidak suka di sini ya?” katanya dengan nada kecewa. Ia lalu duduk di pangkuanku dan mengelus perlahan pipiku penuh kasih sayang. “Padahal kan aku menyiapkan segalanya untukmu. Nappeun oppa.”

“Siapa kau? Apa maumu?” kataku menatap matanya dalam. Ia memang duduk di pangkuanku, tapi rasanya amat ringan. Ia seringan tubuh anak kecil.

“Aku? Hyera, Han Hyera,” jawabnya sambil tersenyum. Ia menyingkirkan sejumput rambut yang menghallangi pandanganku. “Aku pemujamu, aku menyukaimu, oppa. Aku ingin kau menjadi milikku.”

Dia bercanda?

Ini terlalu keterlaluan untuk sebuah candaan. Dan tadi, siapa namanya? Hyera? Dia.. bukankah dia gadis yang aku lihat di salah satu forum? Dia yang menulis sesuatu yang…aku sendiri agak merindingg membacanya. Sesuatu tentang aku dan dirinya, dan bunuh diri.

“Ah, tidak.” Tiba-tiba dia meralat perkataannya, sembrono. “Aku tak ingin kau menjadi milikku, karena kau memang sudah menjadi milikku.”

Aku melihat seringai puas di terulas di bibirnya, seringai kemenangan atas sesuatu yang bahkan aku tak tahu apa maksudnya.

“jangan bercanda!” hardikku mulai kehilangan kesabaran, sebagian lain adalah karena aku mulai takut menghadapi gadis ini. Ia tampak ‘terganggu’ secara mental. Dan, aku waras! Aku tak mau terlibat dalam permainan gila ini.

Hyera, gadis gila itu, mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

“Mana bisa aku bercanda dengan ini.”

Tsing!

Oh-Tu-han-di-a-pas-ti-ber-can-da.

Dia mengeluarkan sebuah pisau lipat. Dari kilauannya aku tau itu victorinox, dan aku tahu betapa tajamnya pisau itu. What the hell she’s playing with that kind of things?!? Yang jelas aku tahu sekarang, ini tidak main main. Dan rasa takutku, sudah melonjak sampai batas teratas.

“Oppa, kau takut?” tanyanya seraya memainkan pisau lipat itu di depan mataku. “Oppa, jangan takut. Aku hanya ingin main main kok.”

“Put that off!” gertakku hampir berbisik, tapi aku yakin ia mendengarnya. Ruangan ini terlalu sepi untuk tidak mendengar desiran debu sekalipun.

“Why should I oppa?” tanyanya dengan sok polos. “Kau tidak suka ya? Padahal aku ingin bermain denganmu. Jauh-jauh aku datang dari Seoul ke Bangkok hanya untuk ini.”

“Jangan gila!”

“Huh? Gila?” ia tertawa, cukup lantang untuk memekakkan telingaku. Ia mengusap pipiku dengan sebelah tangan yang tak menggenggam victorinox itu. “Terlambat oppa, kau sudah membuatku gila. Jangan salahkan aku jika aku berbuat seperti ini.”

Sementara sebelah tangannya mengusap pipiku, tangannya yang menggenggam victorinox mengacung di depan mataku. Kilauannya dipantulkan lampu neon kecil di ruangan kecil itu, menyilaukan mataku.

Ia mulai mendekatkan pisau itu ke wajahku, jantungku hampir berhenti.

“Wajah ini… Garis muka ini….tadinya sempurna. Tapi sekarang tidak…”

Sret.

Pisau itu menyayat sedikit kulit mukaku, membuat goresan yang menitikan darah. Tetes demi tetes cairan merah itu mulai meluruh dari pipiku. Rasanya sedikit perih, cukup membuatku terhenyak.

“Ups, Sorry oppa. I slipped off,” dustanya sembari meminta maaf. Aku tahu dia sengaja. Slipped off? You’re so full of lies!

“Wajah rupawan, tubuh sempurna. Aku menyukainya.. tapi tampaknya kau terlalu sering menunjukkannya sampai aku tidak bisa menahan diri untuk menahan perasaanku sendiri.”

Ia menggoreskan lagi sebuah sayatan di bagian pipiku yang lain. Tetesan-tetesan darah lain mulai menyusuri seluruh wajahku. Turun membasahi kausku juga terusan yang dikenakan gadis itu. Noda merah tampak kontras dengan pakaian kami.

“Semalam kau tampak keren, andai kau tahu itu terakhir kalinya kau memamerkan ototmu yang menakubkan itu.”

Aku mengerutkan keningku. “A-apa maksudmu?”

Hyera tersenyum licik. “Kau tidak akan lagi berani menunjukkan tubuhmu setelah aku melakukan ini,”

Sreet.

Dia menyobek kausku dengan pisaunya, mengekspos bagian atas tubuhku.

“Tidak akan sakit oppa, ” jaminnya sambil mengelus tubuhku.

Aku menggertakkan gigiku, tidak tahan dengan perlakuannya yang tidak manusiawi tapi ekspresi yang ditampakkannya adalah keinosenan seorang malaikat.

“Kenapa kau melakukan ini? ELF yang mencintaiku takkan melakukan ini!”

Setetes air mata jatuh dari mata indahnya saat aku mengatakan hal itu. “Aku…” suaranya bergetar, menahan tangis. “Pernahkah aku bilang aku mencintaimu, oppa?” tanyanya lantang. Ia menghapus air matanya dengan sembrono. “Aku terobsesi padamu, aku menginginkanmu untuk diriku sendiri!”

“I,” katanya dengan nada mematikan. Ia menyentuh abdomen atasku, membelainya lembut sambil berbisik, “obsessed,” lalu mencium bibirku sekilas, “to you.”

Sret.

Kurasakan bagian bawah dadaku perih.

Ia melakukannya dengan victorinox itu.

—

“DIA GILA!!” sembur yesung yang kehilangan kesabarannya, ia ditahan Ryeowook yang setengah mati merangkul perut yesung untuk menghalaunya bertindak berlebihan. “GADIS ITU GILA! DIA PSYCHOTIC!!”

“Sudahlah,Yesung,” tahan Leeteuk dengan penuh wibawa. Beberapa orang lalu lalang di area itu. Polisi sedang menyisir TKP untuk mengamankan barang bukti dan pelaku sedangkan paramedis sudah melarikan Siwon ke rumah sakit terdekat di Bangkok. “Aku tahu kau marah, sekarang sebaiknya kau ikut ke rumah sakit dengan ambulans.”

Yesung melengos, ia tahu ia tak bisa mendebat perkataan leadernya itu. Ia tak meragukan kredibilitas Leeteuk sebagai ketua karena sejujurnya, dialah yang paling bijaksana.

Sang leader lalu meninggalkan yesung dan yang lain, ia ke pojok lain ruangan itu di mana Kibum sedang berjongkok di depan seseorang. Leeteuk ikut menyimpuhkan kakinya di sebelah Kibum.

“Kibum,” panggil Leeteuk. Kibum menoleh dan memberikan sebuah gelengan pada hyungnya.

“Aku tak percaya dia melakukan ini,” bisik Kibum sambil mengarahkan kepalanya ke hadapannya di mana seorang gadis sedang duduk meringkuk memeluk lutut. Tangan dan bajunya berlumuran darah. Ia tampak tertekan namun berusaha menyembunyikannya.

Leeteuk memperhatikan gadis itu dengan seksma, membuat gadis itu ‘ngeh dan mendongakkan kepalanya. Ia tersenyum manis, membingungkan Leeteuk.

“Annyeong, Leeteuk oppa,” sapanya ceria, seakan apa yang barusan terjadi hanyalah ilusi. Ia menyapa Leeteuk seakan darah di sekujur tubuhnya bukanlah darah adik dari orang yang sedang disapanya. “Aku Hyera, aku yang menyiksa dongsaengmu.”

“Maaf membuatmu khawatir. Jaga Siwon oppa, ok? Setelah dia sembuh nanti, buat ia membenciku, oppa. Apapun yang dia katakan untuk membelaku, jangan percaya. Jangan sewa pengacara untukku. Aku bersalah, aku mengakuinya.”

Leeteuk terpana.

Gadis ini…

Gila bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan gadis di hadapannya ini. Lebih dari itu, tapi Leeteuk tak menemukan kata yang tepat. Ia menculik Siwon, menyiksanya dengan amat kejam. Tapi lalu ia menelepon polisi dan paramedis, juga menelepon Leeteuk dengan ponsel Siwon. Mengabarkan bahwa Siwon ada bersamanya, terluka.

Ia berusaha menahan air matanya, ia tersentuh akan perkataan gadis itu.

Gadis itu tersenyum sekali lagi ke arah Leeteuk, lalu mengulurkan tangannya ke polisi yang sudah siap dengan borgol di tangannya. “You can take me now, I’m the one to blame.”

Bukan karena rasa cinta, semua ini karena obsesi.
—

a/n maaf ya maaf, saya menunggu respon readers, kalo ini terlalu vulgar, postingan akan langsung dicabut. Ide ini udah main2 di otak sejak semingguan lalu, tapi baru kerealisasiin sekarang. Mungkin sebagian yg di twitter tahu tweet saya semalem jelas banget kalo saya…. XDD dan…yah pokoknya gitu lah [jadi malu sendiri >///////<] pasti tau ada apa dengan saya XDD bashing dan flaming harap tujukan di twitter saja XD

Satu lagi, kalo readers tercinta mau tolong saya, klik INI. My goal is 20 supporting comments XDD

Anticipate my works!!
Love, sha