SLR Love [2/?]

slrlove

Title : SLR Love (Chapter 2)

Author : BabyChoi_Rae

Cast : Park Rae Rim (OC), Choi Siwon

Other Cast/Cameo : Park Rin Rin (OC)

Genre : Romance, Comedy.

Rating : PG 15

Length : Chapter.

Disclaimer : FF ini murni dari pemikiran Author. Park Rae Rim, Park Rin Rin, dan seluruh alur cerita adalah milik Author. Choi Siwon dan member Super Junior lainnya adalah milik Tuhan dan Orang tua masing-masing member. Don’t copy paste this FF, because this FF is my mine. Maaff…. Terlalu lama berkutat sama tugas-tugas kuliah ampe ini FF gak pernah dipost lagi. Mianhaeyo… Jongmal Mianhae. #BOW90Derajat

~Chek This Out~

 

 

08.30 KST @apartment Park Rinrin

Hari ini Raerim sibuk membereskan barang-barangnya,  Raerim memasukkan beberapa bajunya kedalam koper yang tak terlalu besar. Terlihat wajah Raerim yang sedikit di tekuk manyun, tak ceria seperti biasanya. Rinrin yang tak sengaja melewati kamar Raerim dan menengok ke pintu kamar Raerim yang sedikit terbuka, ia langsung saja masuk kedalam kamar dan melihat wajah adik kesayangannya itu manyun.

“Sedang apa hum? Waeyo wajahmu jelek sekali seperti itu eoh? Tak ceria seperti biasanya?” Tanya Rinrin dengan lemah lembut.

“Aniya eonnie. Mood ku hanya sedang tidak baik saja.” Kata Raerim menutup resleting koper miliknya.

“Ahh… Eonnie tahu. Apa wajahmu manyun karena hari ini Siwon akan menjemputmu untuk tinggal bersamanya?” Kata Rinrin mencoba menerka sebab wajah dongsaengnya itu cemberut.

“Mollayo…. Tapi bisa juga seperti itu.”

“Ahh… Kenapa kakak masih di rumah? Apa kakak tidak pergi ke kantor hari ini?” Kata Raerim yang berdiri di samping meja rias.

“Nanti setelah Siwon menjemputmu kakak akan pergi ke kantor.” Jelas Rinrin

“Kenapa harus menunggu aku di jemputnya? Gwaenchana kalau kakak pergi sekarang.” Kata Raerim mendekat pada Rinrin.

Saat Raerim dan Rinrin sedang asyik mengobrol di kamar, terdengar suara bel apartment Rinrin yang berbunyi.

Ting tong…. Ting tong…….

“Ehh…. Sepertinya Siwon sudah datang menjemputmu. Changkanman. Eonnie membukakan pintu dulu nde.” Kata Rinrin berlari keluar kamar.

“Aiishhh… namja itu. Kenapa pagi sekali datang kesini? Huuffttt….” Kata Raerim mendengus kesal

Cklleeekkk…..

“Annyeong Rinrin-ssi.”*bow Kata Siwon dengan senyum manisnya.

“Ohh… Annyeong Siwon-ssi. Mau menjemput Raerim? Kajja masuk lah ke dalam terlebih dahulu.” Kata Rinrin tak kalah ramahnya.

“Nde,” *masuk kedalam apartment

“Silahkan duduk dulu. Aku panggilkan Raerim sebentar. Sepertinya dia sudah siap.”

“Ohh…. Nde, gomawo.” *duduk di sofa

“Nuguya eonnie?”

“Siwon. kajja keluar, dia sudah menunggumu.” Kata Rinrin menggandeng tangan Raerim.

“Dia itu. Pagi sekali dia datang kemari.” Dengus Raerim kesal.

“Isshhh… Kau itu. Ngedumel saja dari tadi.”

“Cepat sapa dia.” Bisik Rinrin di telinga Raerim.

“Aiisshh” Kata Raerim mendengus.

“Annyeong.” Kata Raerim singkat

“Nde, nado annyeong. *tersenyum* sudah siap?” Tanya Siwon lembut.

“Jawab” bisik Rinrin lagi kemudian sedikit menyenggol bahu Raerim

“Sudah. Kaj… jja…” Kata Raerim sedikit di paksakan.

“Ok lah kalau kamu sudah siap. Kajja.” Ajak Siwon yang berdiri dari duduknya.

“Nde, Kajja.”

“Eonnie aku pergi dulu nde, mian karena aku tidak bisa bersama eonnie walaupun aku sudah di Seoul.” Kata Raerim kemudian memeluk tubuh Rinrin sayang.

“Gwaenchanayo Rae-ya. Eonnie tidak apa-apa. Walaupun kita tak tinggal bersama, tapi kamu bisa datang kesini kapan saja.” Kata Rinrin membalas pelukan Raerim dan mengelus punggungnya lembut.

“Nde, tapi aku kesini kan untuk menemui dan menemani eonnie. Bukan untuk…… Aww…” Jerit Raerim ketika punggungnya sedikit dicubit oleh Rinrin.

“Sudah jangan di bahas lagi. Harus belajar bertanggung jawab dan ikhlas. Bagaimana kalau Siwon tau perkataanmu? Dia pasti tersinggung.” Kata Rinrin melepaskan pelukannya.

“Tapi aku tadi kan berbicara bahasa Indonesia, mana mungkin dia mengerti.” Kata Raerim tak mau kalah.

“Walaupun begitu, pasti Siwon mengerti maksudmu. Karena nada bicaramu saja tak ikhlas.” Kata Rinrin melihat Raerim.

“Hum… nde, baiklah. Arraseo.” Kata Raerim mengangguk malas.

“Geurae. Palli pergilah.” Kata Rinrin pada Siwon yang sedari tadi hanya melihat adegan perpisahan dari Raerim dan Rinrin.

“Uhh… baiklah. Kalau begitu kami pergi dulu nde Rinrin-ssi. Mian merepotkanmu pagi-pagi.” Kata Siwon dengan ramahnya.

“Nde, hati-hati di jalan nde.”

“Annyeong” *bow kata Siwon kemudian keluar dari apartment Rinrin.

“Nde, annyeong.”

“Pai eonnie. Saranghae.” Kata Raerim mengikuti Siwon dari belakang

“Pai. Hati-hati. Nado saranghae.”

Siwon POV

“Kajja. Silahkan masuk.” Kataku membukakan pintu mobil untuknya.

“…….” *Tanpa balasan kemudian masuk ke dalam mobil.

Ku lihat wajah yeoja ini sekilas ketika aku memasuki mobil, terlihat sekali jika moodnya tidak bagus. Mungkin dia masih kesal karena harus tinggal satu apartment denganku, aku hanya bisa tersenyum ketika melihat wajah cantiknya yang ditekuk. Ku lajukan mobil Audi R8 ku menuju apartment milikku yang letaknya tak jauh dari apartment Rinrin-ssi.

Suasana di dalam mobilku sangat canggung sekali walaupun ada 2 orang dalam mobil. Aku tak berani menyapanya, karena aku takut ketika aku menyapa, moodnya semakin buruk dari ini. Jadi aku putuskan untuk diam tanpa kata dan lebih memilih untuk fokus menyetir.

“Masih jauh.” Kata yeoja ini yang sontak membuatku kaget ketika dia mengawali pembicaraan dan sedikit menghilangkan keheningan dalam mobil.

“Aniyya. Sebentar lagi juga sampai.” Kata ku tersenyum semanis mungkin padanya.

“Owh.” Jawabnya singkat.

Suasana kembali canggung katika dia tidak bertanya padaku lagi. Ku lirik dia, sementara tanganku masih memegang setir. Terlihat wajahnya yang ia palingkan melihat keluar jendela mobil.

“Jangan melirikku seperti itu. Fokuslah menyetir. Aku tidak mau kau menabrak orang.” Kata yeoja ini lagi. Dan sukses membuatku langsung menghadap ke depan.

“Apa kau marah padaku?” Kataku memberanikan diri untuk bertanya padanya.

“Molla.” Jawabnya singkat dengan wajah yang masih melihat keluar jendela.

“Kau diam dan selalu melihat keluar jendela, sikapmu begitu karena tak ingin tinggal satu apartment denganku?” tanyaku lagi.

“Aniyya. Bukan karena itu.” Jawabnya tetap dengan posisi yang sama.

“Kalau begitu, waeyo kau diam saja dari tadi dan selalu melihat ke luar jendela?” Kataku yang benar-benar terlihat sangat penasaran padanya.

“Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin melihat ke luar jendela. Sudahlah jangan banyak bertanya. Lebih baik kau focus menyetir.” Jawabnya lagi tak berubah.

“Ummbb… arraseo.” Kataku kembali focus kedepan.

Ku parkirkan mobilku di parkir apartment ketika kami sudah sampai di kompleks apartmentku. Setelah mobilku sudah terparkir rapi, aku bergegas turun dari mobil, kemudian ku bukakan pintu mobilku untuknya.

“Sudah sampai, kajja turun.” Kataku seramah mungkin padanya.

“Gomawo.” Kata Raerim-ssi yang tersenyum sedikit di paksakan.

“Sebentar, aku ambil kopermu dulu.” Kataku yang berlari ke bagasi mobil.

“Kajja, kita masuk.” Kataku kemudian berjalan mendahuluinya.

Ku pencet tombol lift ketika kami sudah berada di depan pintu masuk lift. Kupersilahkan dia masuk kedalam lift, sekarang di dalam lift hanya ada aku dan dia, dan lagi-lagi menyebabkan suasana canggung di sini.

“Tingg…” suara pintu lift ketika kami sudah berada di lantai 14 gedung apartment ini.

Kulangkahkan kaki ku keluar lift yang di ikuti Raerim dari belakang, ku lihat dia yang berjalan malas sambil membawa kopernya. Langkahku terhenti ketika kami sudah sampai di depan pintu kamar apartment milikku. Ku keluarkan sebuah kartu untuk membuka pintu apartment ini. Tak perlu menunggu waktu lama, pintu apartmentku terbuka.

Ku persilahkan ia masuk yang kemudian di sambut sebuah senyum olehnya, senyum nya terlihat lebih manis dan tidak terpaksa dari yang tadi.

“Selamat datang di apartmentku, semoga kamu betah tinggal di sini bersamaku.” Kataku tersenyum melihatnya.

“Nde, gomawo. Semoga saja aku betah ya.” Katanya berdiri di sampingku dan nampak melihat-lihat isi apartmentku.

“Kajja aku antar ke kamarmu.” Ajakku padanya.

“Nde, kajja.” Sahutnya kembali tersenyum.

“Ini kamarmu selama kau tinggal di sini. Silahkan masuk dan melihat-lihat.” Kataku seramah mungkin padanya.

“nde, gomawo nde.” *bow * Masuk kedalam kamar.

“Ahh… Raerim-ssi, silahkan melihat-lihat dulu dan bereskan barang-barangmu, aku tinggal dulu nde.” Kataku setelah melihatnya masuk kedalam kamar.

“Nde.” Teriaknya dari dalam kamar.

Raerim POV

Aku sudah sampai di apartment milik namja yang bernama Choi Siwon ini. Aku mengikutinya dari belakang ketika kami sudah sampai di kompleks apartment miliknya. Dia memencet tombol ketika kami sudah berada di depan lift. Aiisshhh….. kenapa tidak ada orang lain lagi walaupun kita sudah didalam lift? gumamku dalam hati ketika hanya ada aku dan dia di dalam lift.

Tingg…. Suara ketika pintu lift sudah terbuka, dengan langkah malas aku langkahkan kakiku mengikutinya dari belakang. Dari tadi dia hanya berani melirikku, dan aku tau itu. Mungkin dia masih canggung dan tak berani mengajakku bicara karena melihat ekspresi wajahku yang menunnjukkan mood ku yang sedang tak bagus.

Dia terlihat mengelurkan sebuah kartu, kemudian mendekatkan kartu itu pada layar monitor kecil yang menempel pada dinding apartment miliknya. Tak perlu menunggu, pintu apartmentnya pun terbuka. Dia mempersilahkanku masuk dengan ramahnya, dan kali ini aku balas dengan senyum yang mungkin tak terpaksa seperti tadi.

Aku begitu tercengang O.o *author lebay dikit gak papa yakk XD :P* ketika memasuki apartment milik namja ini. Interior apartment ini sangat elegant, tak kalah elegant dengan desain ruangan yang ada di HDS kemarin. Ummbb…. Namja ini ternyata punya selera yang sangan tinggi rupanya, batinku dalam hati.

“Kajja aku antar ke kamarmu.” Kata namja ini, yang sontak membuat lamunanku buyar.

“Nde, kajja.” Jawabku dengan sedikit tersenyum padanya.

“Ini kamarmu selama kau tinggal di sini. Silahkan masuk dan melihat-lihat.” Katanya membukakan pintu kamar ini untukku.

“Nde, gomawo nde.” Kataku sedikit membungkuk padanya kemudian ku langkahkan kaki ku masuk ke dalam kamar.

Tak jauh berbeda dengan ruang utama, kamar yang akan aku tempati selama 1 bulan ke depan ini juga sangat mewah dan elegant. Dalam kamar ini ada 1 tempat tidur big size, 1 almari pakaian dan meja rias, terlihat di pojok kiri terdapat sebuah ruangan yang tak lain adalah kamar mandi. Terdapat sebuah jendela besar yang tembus(?) dengan balkon kamar.

“Raerim-ssi, silahkan melihat-lihat dulu dan bereskan barang-barangmu, aku tinggal dulu nde.” Terdengar suara namja itu yang sedikit berteriak dari luar kamar ini.

“Nde.” Jawabku tak kalah berteriak.

Ku lanjutkan aktivitasku melihat-lihat seisi ruangan kamar ini. Ku bongkar(?) semua barang bawaanku yang ada di dalam koper. Kemudian ku masukkan kedalam lemari pakaian yang ukurannya lumayan besar.

Aku ingat tugasku di sini sekarang adalah menjadi asisten pribadinya. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 11.45 KST, sudah jam makan siang. Aku bergegas merapikan koperku kemudian keluar dari kamar. Ku lihat ruang tengah yang kosong. Ahh… dimana dia? Tanyaku dalam hati.

Kulangkahkan kakiku mengelilingi apartment ini, ummbb…. Cukup luas juga apartment ini. Batinku saat melihat-lihat ruangan apa saja yang ada dalam apartment ini. Terdapat ruang tamu, ruang tengah sekaligus ruang makan, dapur, ruang fitness, dan ada 3 kamar di dalam apartment ini.

Saat aku melihat sebuah lukisan yang terpasang di dinding dekat kamar ku, tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang pundakku. Sontak aku menoleh dan sedikit berteriak.

“Aahh…” teriakku sedikit kaget.

“Yakkk… waeyo kau teriak sekeras itu hah?” Tanya Siwon yang ada di belakangku.

“Kau ini mengaget kan ku saja. Jadi wajar kalau aku berteriak karena kaget” Dengusku kesal.

“Ohh… mianhae kalau aku mengagetkanmu. Kau sedang apa di sini eoh?” Tanyanya lagi.

“Nde, gwaenchana. Aku hanya melihat-lihat saja. Apakah tidak boleh?” kataku padanya.

“Owh.. tentu saja boleh.” Jawabnya tersenyum dengan lesung pipinya yang sangat manis.

“Ohh ya, ini sudah jam makan siang. Kau mau aku masakkan apa? Tapi aku tak bisa memasak masakan Korea.” Kataku jujur padanya.

“Ohh, jadi begitu ya.” Katanya menganguk.

“Apa kau mau sesuatu? Biar aku yang belikan untukmu makan siang.” Kataku mencoba menawarkan diri.

“Aniyya… Kau bisa memasakkan? Lalu untuk apa membeli makanan jika kau saja bisa memasak?” Tanyanya yang sedikit mengerutkan alis kanannya.

“Nde, aku bisa. Tapi aku hanya bisa memasak masakan Indonesia.” Kataku sedikit menunduk.

“Gwaenchana, aku sudah sering makan masakan Indonesia. Jadi, memasaklah.” Kata Siwon tersenyum padaku.

“Ohh, kalau begitu baiklah. Kau ingin aku masakkan apa?” Tanya ku lagi padanya.

“Emmm…. *mikir* Bagaimana kalau nasi goreng? Aku ingin mencoba nasi goreng buatanmu.” Kata Siwon tersenyum lagi padaku.

“Ohhh.. baiklah. Tapi ini baru makan siang, sepertinya waktunya kurang pas jika aku membuatkanmu nasi goreng. Bagaimana kalau sup saja? Pasti lebih segar siang-siang begini makan sup.” Kataku menawarkan menu masakan padanya.

“Begitu ya. Bagaimana kalau soto saja? Aku pernah makan soto waktu konser di Indonesia, dan rasanya juga tak kalah enak. Tapi kau bisa memasak soto kan?”

“Ohh… Kalau soto aku bisa. Baiklah aku akan membuatkan soto special untukmu.”

“Ok. Kalau begitu aku ke kamar dulu nde, nanti setelah kau selesai memasak, panggil saja aku di kamar.”

“Ohh… nde, arraseo.” Kataku mengangguk kemudian berjalan kearah dapur.

Ku ambil semua bahan-bahan yang aku gunakan untuk memasak soto khas Indonesia. “Ummbb… ternyata lengkap juga bumbu-bumbu yang ada di dalam kulkas” gumamku ketika membuka lemari es 2 pintu yang ada di dapur.

Ku keluarkan semua bahan-bahan yang aku butuhkan, dan segera memulai untuk memasak. Tak perlu waktu yang lama, masakkan ku pun sudah siap. “Tinggal memindahkan ke mangkuk besar dan menatanya diatas meja makan.” gumamku lagi. Aku mengambil sebuah mangkuk besar, piring, sendok dan peralatan makan lainnya, kemudian aku tata rapi diatas meja makan. Sudah siap…. Batinku ketika melihat semua masakan sudah tertata rapi diatas meja.

Tok.. tok… tok…..

Suara ketika aku mengetuk pintu kamar Siwon, tak lama kemudian dia membuka pintu kamarnya. Terlihat wajahnya seperti baru bangun tidur.

“Apa dia tertidur?” batinku ketika melihat Siwon yang mengucek matanya.

“Ada apa?” Tanya Siwon setelah membuka pintu.

“Sudah siap, silahkan makan siang.” Kataku memberitahunya.

“Ohh…. Nde, aku cuci muka dan tangan dulu.” Kata Siwon kembali masuk ke dalam kamarnya.

“Nde.” Kataku masih berdiri di depan pintu kamar Siwon.

“Kajja.” Kata Siwon yang muncul dari balik pintu.

Aku berjalan mengikutinya, dia tampak bersemangat berjalan ke arah meja makan.

“Hum…. #duduk di kursi meja makan# sepertinya soto buatanmu enak.”

“Gomawo, silahkan mencoba.” Kataku kemudian berlalu dari meja makan.

Srreettt…..

Tiba-tiba tangan Siwon menarik tangan ku pelan, sontak aku menoleh kearahnya.

“Kau mau kemana eoh?” Tanya Siwon padaku

“Ohh… aku mau membersihkan panci bekas masak di dapur.” Kataku menjelaskan padanya.

“Nanti saja, palli temani aku makan. Tak enak jika aku hanya makan sendirian di sini jika ada orang lain di dalam rumah.” Kata Siwon berdiri dari duduknya.

“Kajja… duduklah…” *menarik sebuah kursi di depannya*

“Tapi….” Kataku menggantung setelah melihat Siwon meletakkan jari telunjuk tepat di bibirnya.

“Jangan banyak bicara dan di larang protes. Ppali duduk dan kita makan masakan ini bersama.” *tersenyum

“Nde, baiklah.” Kataku duduk di kursi yang sudah Siwon tarik untukku.

“Apa kau mau aku ambilkan nasi?” Tawar  Siwon padaku

“Anniya, aku bisa mengambilnya sendiri.” Kataku kemudian melihat Siwon yang sedang mengambil kuah Soto yang ada di mangkuk.

“Huummm…. Masiitha… ini enak sekali, tak kalah enak dengan Soto yang pernah aku makan di Hotel saat aku konser di Indonesia.” Kata Siwon dengan senyum yang mengembang di ikuti(?) lesung pipinya

“Ahh.. jinjja??” Kataku tersenyum.

“Nde, jinjja. Ini enak.” Kata Siwon lagi.

“Ya sudah kalau memang enak. Habiskan ya.” Kataku tersenyum manis padanya.

“Nde, itu pasti.” Kata Siwon kemudian tersenyum melihatku.

Aku pun melanjutkan kegiatan makan siang ku, kulahap habis soto buatanku sendiri dengan begitu semangat. Tanpa ku sadari, dari tadi namja yang sedang duduk di depanku ini sedang serius melihatku makan, sedangkan tangan kanannya sibuk mengaduk-aduk nasi yang ada di dalam mangkuknya. Aku pun lansung mendongakkan wajahku melihatnya. Terlihat wajah Siwon yang melihatku dengan senyuman yang tak terlepas(?) dari bibirnya. Ku lambai-lambaikan tanganku tepat di depan wajahnya, tapi ia sama sekali tak berkutik dari kegiatannya melihatku.

“Hyaa!!!! Kau kenapa eoh.?? Kenapa melihatku seperti itu hah? Ada yang salah denganku?” tanyaku pada Siwon, tapi dia masih tidak bergeming.

“Nih anak lagi kesambet kali yak….” Gumamku.

“Woyy….!!! Siwon-ssi…!!! Teriakku tepat di depan mukanya.

“Ahhh… nde…. Ada apa eoh? Kenapa berteriak seperti itu hah? Tidak sopan” tanyanya setelah sadar dari lamunannya.

“Kau itu lagi ngelihatin apaan sih? Sampe di ajak ngomong aja tak ngerespons.”kataku kembali duduk di tempat dudukku.

“Ohh…. Kau mengajakku ngobrol?” Tanyanya lagi dengan wajah yang masih bingung.

“Aniya. Aku sedang mencari kodok disini.” Gerutuku padannya.

“Aku hanya bertanya, kenapa kau melihatku seperti itu hah?” Kataku mengulangi pertanyaan yang ku berikan padanya.

“Aniyo. Aku hanya melihat caramu makan. Itu sangat lucu.”kata Siwon kembali tersenyum.

“Lucu? Lucu apanya? Kau pikir aku anak kecil apa hah?”

“Hehehe… *terkekeh* Kau memang seperti anak kecil ketika makan seperti tadi. Lihatlah, makan saja tak bisa yang rapi.”

“Mwo?? Maksudnya?” kataku menatapnya bingung.

“Ige, *mengambil nasi yang menempel di ujung bibir* lihatlah, makan saja belepotan seperti ini. Bagaimana tak mirip anak kecil hum.” Kata Siwon menunjukkan sebutir nasi yang menempel di ujung bibirku.

“Ahh… mianhae… aku kan tidak tahu jika ada nasi yang menempel di bibirku.” Kataku membela diri.

“*tersenyum* keke~ Ternyata kau itu memang seperti anak kecil nde.” Kata Siwon berdiri dari tempat duduknya kemudian mengacak-acak rambutku pelan.

“Aiishhh… Kau ini kenapa suka sekali mengacak-acak rambutku eoh?” dengusku kesal.

“Itu karena kau lucu jika ekspresi wajahmu seperti ini…. *mencubit kedua pipi Raerim pelan* Kau terlihat cantik dan imut ketika sedang makan.” Bisiknya tepat di telinga kananku.

Daann…… Blussh…… seketika wajahku berubah merah karena menahan malu.

“Aisshhh namja ini.” Gumamku ketika melihatnya masuk kedalam kamarnya

Aku pun segera membereskan piring bekas makan kami, ku bawa piring kotor ini ke dalam dapur kemudian ku cuci dalam bak cuci. Setelah selesai mencuci piring, aku segera membersihkan seluruh ruangan yang ada di apartment ini. Menyapu, menegepel, dan membersihkan beberapa perabot rumah tangga yang ada di sini. Hingga tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 16.30 KST.

Setelah semuanya selesai, akupun bergegas memasuki kamarku, kemudian membersihkan badan dan mandi untuk menyegarkan tubuhku yang sudah lengket karena keringat.

“Whooaahhh…. Segar sekali setelah mandi.” Kataku setelah selesai mandi.

Ku keringkan rambutku dengan handuk, kemudian menyisirnya agar cepat kering. Ku rebahkan tubuhku sejenak di atas kasur big size ini. Ku pejamkan mataku, untuk mencari ketenangan jiwa. Namun tiba-tiba, blusshhh….. wajahku kembali memerah ketika kata-kata Siwon dimeja makan tadi kembali terngiang di pikiranku. Entah apa yang sedang ku rasakan sekarang, aku hanya bisa tersenyum malu ketika mengingat kata-kata dan wajah Siwon ketika mengatakan hal itu padaku.

“Aiiiggoooo….. Raerim…. Apa yang kau pikirkan eoh?? Sadarlah…. Sadarlah….” Kataku merutuki kepalaku ketika aku memikirkan hal itu.

Kembali ku pejamkan dan berharap kata-kata Siwon tadi menghilang dari pikiranku. Namun beberapa menit ku pejamkan mataku, aku kembali mendengar suaranya begitu dekat denganku.

“Aarrgghh…. Pikiran dan perasaan apa ini yang sedang berkecamuk dalam diriku….!!” Teriakku dengan mata yang masih tertutup

“Heyy… Raerim-ssi. Ini sudah sore… apa kau tak membuatkan ku makan malam eoh?” terdengar suara Siwon lagi, namun kali ini dia menanyakan soal makan malam.

“Hah makan malam?” batinku.

“Aaiisshhh…. Belum genap sehari aku tinggal disini namun pikiranku kenapa jadi memikirkan namja gila itu.” Gumamku pelan

“Hah? Gila? Siapa yang kau maksud dengan namja gila Raerim-ssi”

“Kenapa sedari aku bicara ada yang menjawab pertanyaanku eoh?” batinku *masih dengan mata tertutup*

“Begitu hebatkah imaginasiku hingga setiap pertanyaan yang aku omongkan bisa di jawab?” tanyaku lagi.

Aku mencoba membuka mataku perlahan, untuk memastikan apakah aku sedang berimaginasi atau memang ada Siwon di sini.

Dann ketika ku membuka mata….. aaaaaa……. Jeritku ketika aku melihat sosok namja tinggi yang sedang berdiri melipat tangannya di dada dengan alis yang terangkat heran.

“Sedang apa kau disini eoh? Ini kan kamar yeoja. Kenapa masuk tanpa permisi hah?” Tanyaku kaget padanya.

“Kau itu sedang apa hah?? Melamun sendiri, senyum-senyum sendiri, berbicara sendiri kemudian di jawab sendiri. Apa kau sudah gila?” Katanya yang malah balik bertanya padaku.

“Yaaakkk… Aku itu sedang bertanya. Lalu kenapa malah kembali bertanya padaku?”

“Aku tadi sudah mengetuk pintu kamarmu dan sudah memanggilmu beberapa kali. Tapi kau tak kunjung membukakan pintu kamarmu untukku, aku kira kau sedang tertidur, jadi aku putuskan untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam kamarmu.” Kata Siwon mencoba menjelaskan panjang lebar padaku.

“Ohh…. Mianhae, aku tidak mendengar.” Kataku sedikit menunduk malu padanya.

“Gwaenchana. Palli buatkan makan malam untukku, aku sudah lapar.” Kata Siwon yang berdiri dan bersadar di almari kamarku.

“Nde, kau mau di buatkan apa?” Tanyaku padanya.

“Yang tadi siang, aku ingin di buatkan nasi goreng.”

“Ohh, baiklah. Tunggu aku akan membuatkanmu nasi goreng.” Kataku kemudian berdiri dari dudukku.

Namun ketika aku mulai berjalan, tak sengaja kakiku terlilit dengan kain bed cover big size yang menggelantung(?) di lantai. Sontak aku kehilangan keseimbangan dan ku rasa aku akan jatuh.

Brruukk….

Suara ketika aku terjatuh, namun kali ini tak jatuh di lantai, tapi aku jatuh kedepan(?) dan menimpa tubuh Siwon yang berdiri tegap bersandar di pintu almari.

Mata kita saling bertemu pandang #eaaa #so sweet banget dah XD* jarak antara aku dan Siwon sangatlah dekat, terlihat bola matanya yang jernih menatapku dalam. Tangan Siwon menyibak rambut yang menutupi wajahku. Dan entah apa yang aku rasakan sekarang, hatiku bergejolak tak karuan ketika tatapan Siwon yang masih serius menatapku dalam.

Tampak kedamaian dan kehangatan yang aku rasakan jika berhadapan dan bertemu pandang dengannya. Tatapannya begitu dalam dan menandakan sosoknya yang penuh cinta, aku yakin setiap yeoja yang ia tatap seperti ini, dengan sekatika akan luluh hatinya dan akan jatuh dalam pelukannya.

Ku rasakan desiran nafas Siwon kemudian ku pejamkan mataku ketika Siwon mulai memiringkan wajahnya, ku rasakan bibirnya yang sudah menempel pada bibirku. Namun belum sampai Siwon meneruskan ciumannya padaku.

“Aiiggoo…. Raerim apa yang sedang kau lakukan dengannya hah?” Batinku berbicara(?) dan  seketika aku sadar dan menjauh dari tubuhnya.

“Ahh… mianhae… aku tak sengaja.” Kataku yang sangat malu dan memalingkan wajahku kearah lain.

“Aku akan membuat kan makan malam untukmu.” Kataku kemudian berlalu dari hadapannya.

Siwon POV

Sudah berkali-kali aku memanggilnya dan mengetuk pintu kamarnya, namun dari tadi tak ku dengar suara dari dalam kamar Raerim. Apakah dia sedang tidur? Tanyaku dalam hati.

Ku pegang gagang pintu kamar Raerim kemudian ku tarik kebawah. Ahh tidak terkunci, batinku lagi ketika mendapati pintu kamar Raerim yang tak terkunci. Aku memberanikan diri untuk memasuki kamarnya. Terlihat Raerim yang sedang tertidur di atas ranjang big size kamarnya, ku lihat wajahnya yang sedang tertidur.

“Aiiggooo…… dia terlihat manis sekali jika tertidur seperti itu.” Batinku ketika melihat Raerim yang sedang tertidur.

Karena melihatnya yang sedang tertidur di kamarnya, akhirnya aku putuskan untuk keluar kamar dan menonton TV di ruang tengah. Namun beberapa langkah menuju pintu, aku mendengar Raerim yang sedang berbicara.

“Aarrgghh…. Pikiran dan perasaan apa ini yang sedang berkecamuk dalam diriku….!!”Kata Raerim sedikit berteriak dengan mata yang masih tertutup.

“Ahh…. Apa dia sedang mengigau.” Batinku ketika melihat Raerim yang sedikit berteriak dengan mata tertutup.

“Heyy… Raerim-ssi. Ini sudah sore… apa kau tak membuatkan ku makan malam eoh?” Teriakku berdiri dan bersandar pada almari di kamarnya.

“Begitu hebatkah imaginasiku hingga setiap pertanyaan yang aku omongkan bisa di jawab?” kata Raerim bergumam pelan namun masih bisa ku dengar jelas.

Perlahan ia membuka matanya, dan seketika berteriak ketika ia melihatku yang sedang berdiri di hadapannya.

“Sedang apa kau disini eoh? Ini kan kamar yeoja. Kenapa masuk tanpa permisi hah?” Tanya Raerim kaget saat melihatku.

“Kau itu sedang apa hah?? Melamun sendiri, senyum-senyum sendiri, berbicara sendiri kemudian di jawab sendiri. Apa kau sudah gila?” Kataku tak menjawab pertanyaannya.

“Yaaakkk… aku itu sedang bertanya. Lalu kenapa malah kembali bertanya padaku?” Protesnya ketika aku tak menjawab pertanyaannya.

“Aku tadi sudah mengetuk pintu kamarmu dan sudah memanggilmu beberapa kali. Tapi kau tak kunjung membukakan pintu kamarmu untukku, aku kira kau sedang tertidur, jadi aku putuskan untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam kamarmu.” Kataku mencoba menjelaskan panjang lebar padanya.

“Ohh…. Mianhae, aku tidak mendengar.” Kata Raerim menunduk.

“Gwaenchana. Palli buatkan makan malam untukku, aku sudah lapar.”kataku yang masih berdiri dan bersadar di almari.

“Nde, kau mau di buatkan apa?” Tanya Raerim lagi.

“Yang tadi siang, aku ingin di buatkan nasi goreng.” Jawabku singkat.

“Ohh, baiklah. Tunggu aku akan membuatkanmu nasi goreng.” Kata Raerim kemudian berdiri dari duduknya.

Namun ketika ia akan berjalan keluar, tak sengaja kakinya terlilit dengan bad cover, hingga ia kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di hadapanku. Refleks aku segera menangkapnya agar tak jatuh kelantai.

Tubuh mungilnya sekarang berada pada dekapanku. Ku tatap lekat dan dalam matanya, aku merasakan keteduhan dan kepolosan yang terpancar dari bola matanya yang indah.

Ku sibak poni yang menutupi wajah cantiknya pelan, dia hanya diam tak bergeming sedikitpun. Begitu dekat jarak di antara kami, hingga keberanianku untuk menciumnya kembali merasuki jiwaku. Ku beranikan diri memiringkan wajahku dan ku dekatkan bibirku menyentuh bibir mungilnya. Terlihat ia yang memejamkan matanya, seakan tahu apa yang akan ku lakukan padanya. Namun belum sampai aku melumat bibirnya, dia sudah menjauhkan wajahnya dari wajahku dan sedikit mundur dari posisinya.

“ahh… mianhae… Aku tak sengaja.” Kata Raerim yang terlihat sangat malu dan memalingkan wajahnya kearah lain.

“Aku akan membuat kan makan malam untukmu.” Kata Raerim kemudian berlalu dari hadapanku.

Aku hanya bisa memegang tengkuk ku yang tak gatal dan tersenyum melihat kelakuan Raerim yang begitu lucu dihadapanku.

Aku pun keluar dari kamarnya kemudian berjalan kearah ruang tengah untuk menonton televisi. Saat aku melewati dapur tak sengaja ku lihat Raerim yang sedang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Mungkin dia malu.”batinku. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah lucunya, kemudian meneruskan langkahku menuju ruang tengah

Raerim POV

“Aiiggooo…. Apa yang dia lakukan eoh? Oh.. GOD…. Belum ada 1 hari aq tinggal di sini. Tp dia sudah membuatku gila dan mati kutu.” Gerutuku dalam hati.

“Ahh… lama2 aku bisa gila menghadapi namja aneh itu.” Dengusku lagi.

Aku pun segera membuatakan makan malam untuknya, membuatkan nasi goreng special yang ia pesan sejak makan siang tadi. 1 piring nasi goreng dengan potongan sosis dan daging ayam kemudian ku tambahkan 1 telur mata sapi di atasnya sudah siap di tangan ku. Hum… aroma nya sangat menggugah selera. Tak lupa ku buatkan 1 gelas orange jus untuknya. Aku rasa dia akan suka dengan menu makan malamnya kali ini.

“Chaa… sudah siap.” Gumamku pelan ketika masakanku sudah tertata rapi diatas piring.

Segera aku berjalan kea rah meja makan, ku tata rapi piring yang diatasnya sudah tersaji 1 porsi nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi diatasnya. Juga 1 gelas orange jus yang ku letakkan persis di sebelah piring nasi goreng.

“Wahh…. Sudah matang ne?” Suara seseorang dari belakangku yang membuat ku sedikit kaget

“ehh….  ne, aku baru saja akan memanggilmu. Kajja makanlah.” Kataku berlaku sewajar mungkin padanya.

Ku lihat wajah Siwon yang tersenyum manis ketika melihat nasi goreng buatanku sudah di hadapannya. Tak perlu menunggu lama, dia langsung saja menarik kursi di yang ada depannya kemudian duduk dan melahap menu makan malamnya.

“Dia lahap sekali makannya. Apa seenak itu?” batin ku ketika melihat Siwon yang benar2 sangat lahap menyantap makannya.

“Eoh? Kau tak makan?” ucapnya yang seketika membuyarkan lamunanku.

“Oh.. aniyo. Aku tak terbiasa makan malam.” Jawabku tersenyum padanya.

“Jinjjayo? Waeyo kau tak terbiasa makan malam? Tanyanya dengan wajah yang cukup serius

“Ne, mollayo, Aku hanya….”

“Tak ingin jadi gendut.” Kata Siwon memutus perkataanku.

“Oh.. Aniyo.. Bukan karena itu.” Jawabku dengan tanganku melambai-lambai(?) yang menandakan tak kesetujuanku.

“Lalu?” tanyanya lagi

“Molla… Dari dulu aku memang tak terbiasa makan malam, aku rasa setiap malam perutku sudah terasa kenyang.” Jawabku .

“Mana ada. Tak makan bisa membuat perut kenyang. Kajja makan nanti kau bisa sakit jika tak makan.,” kata Siwon menyodorkan 1 sedok nasi goreng kearahku.

“Eoh?” Kataku menaikkan sebelah alisku.

“Palli buka mulutmu, kau harus makan.” Kata Siwon dengan tangan yg masih memegang sendok.

“Tapi…”

“Aaaaa….. Palli buka mulutmu.” Kata Siwon lagi, kali ini dengan ekspresi serius di wajahnya.

Terpaksa aku menerima 1 sendok nasi goreng yang Siwon suapkan ke mulutku.

“Bagaimana rasanya? Enakkan?” Tanyanya lagi.

“Umb…” Jawabku dengan kepala menunduk malu dan 1 anggukan kecil.

“Selama kau tinggal bersamaku, kau harus menuruti semua perintahku, tak terkecuali kau harus makan malam setiap hari, tak ada alasan perut kenyang dan sebagainya. Arraseo.” Kata Siwon setelah mengunyah 1 sendok nasi gorengnya

“Hum.. ne, arraseo.” Jawabku dengan 1x anggukan.

“Mau aku suapi lagi?” tawarnya kembali padaku.

“Aniyo… Aku bisa makan sendiri. Kau makan saja nasi goreng itu, nanti biar aku membuat nasi goreng sendiri.” Jawabku menolak tawarannya.

“benarkah? Tapi kau harus janji ne!”

“Hum…. Ne.”

To Be Continue~~~

1 Comment (+add yours?)

  1. choandin
    Jun 14, 2015 @ 09:02:54

    lanjutin plisssssss

    Reply

Comment's Box