It’s A Jealous

Nama                           : Azizashi_You
Judul Cerita                 : It’s A Jealous
Tag (tokoh/cast)           : Cho Kyu-Hyun, Kim So-Eun (OC) And other
Genre                           : Romance
Rating                          : PG-15 )
Length                                     : One-Shoot
Catatan Author                        : FF ini seiringan aku post di WP aku… jadi kalo sama. Bukan plagiat, yaa. Oh, ya. Kalau kalian mau liat WP aku kayak gimana. Silahkan datang, ke  skystale.wordpress.com/

 

“Kau dimana?”

“Aku masih di restoran. Sebentar lagi juga pulang.”

“Mau kujemput, tidak?”

“Kau mau menjemputku?” So-Eun melebarkan matanya. “Tumben sekali. Kepalamu itu habis terbentur apa?”

“Aku serius, So-Eun.” Di seberang sana Kyu-Hyun mendesah pelan. “Tunggulah. Sepuluh menit lagi aku sampai.”

Setelah itu sambungan terputus. Dan So-Eun dengan telaten memasukkan ponselnya ke dalam tas. So-Eun tidak bohong, ia memang masih berada di restoran. Karena pelanggan hari ini cukup ramai, secara otomatis jam kerjanya juga semakin lama.

“Kau sudah mau pulang?” Chang-Min muncul dari balik punggung So-Eun sambil melihat apa yang gadis itu lakukan. “Mau kuantar?”

So-Eun menggeleng. “Tidak usah. Kyu-Hyun akan menjemputku.”

“Apa? Kyu-Hyun? Si pria sibuk itu?”

“Kau ini. Berhenti memanggilnya pria sibuk!”

Chang-Min mencibir. Ikut mengantar So-Eun ke depan pintu restoran. “Kenapa dia tiba-tiba mau menjemputmu? Biasanya juga dia tidak perduli kau pulang sendiri atau tidak.”

“Mana aku tahu. Dia mau menjemputku itu sudah sangat bagus. Tidak usah memikirkan hal lainnya.”

“Jujur saja. Aku kasihan padamu. Kau itu kan sering pulang malam. Masa dia tidak mau menjemputmu?”

So-Eun sontak menoleh pada Chang-Min. “Kalau aku pulang malam. Kau kan yang selalu mengantarku pulang. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

Seketika Chang-Min tersenyum lebar. Mendekatkan kedua tangannya di depan dada dengan ekspresi bodoh. “Kalau begitu kenapa kau tidak jadi pacarku saja? Dengan begitu aku janji. Kau pulang malam, sore, atau pagi sekalipun. Aku akan dengan setia mengantarmu sampai depan pintu apartemenmu.”

Mata So-Eun melotot garang. “Kau mau selingkuh dari Yu-Ra?”

Dan pada saat itu pula pancaran sinar mata Chang-Min meredup. Bahunya melemas dan So-Eun mendengar pria itu menghela napas berat. Kentara sekali bahwa pria itu memang amat sangat merindukan gadisnya, Yu-Ra. Empat hari tidak bertemu. Bagaimana mungkin Chang-Min tidak merindukan kekasihnya?

Karena kembali diingatkan dengan hal itu. Chang-Min enggan berkomentar yang lainnya. Ia malah memasukkan kedua tangan ke dalam saku lalu menatap kosong jalanan yang mulai sepi.

Hingga di dua menit berikutnya yang mereka habiskan dalam keheningan. Cahaya silau muncul menusuk mata. Diikuti dengan suara deruan mesin halus yang So-Eun ketahui kemudian adalah mobil Kyu-Hyun.

Tanpa menunggu lama, So-Eun menunduk rendah. Melambaikan tangan pada Chang-Min sebelum ia masuk ke dalam mobil Kyu-Hyun.

“Kenapa kalian berduaan?”

So-Eun mengalihkan tatapannya dari ponsel pada Kyu-Hyun yang sedang mengemudi di sebelahnya. “Apa?”

“Tadi. Kenapa kau berdiri berdampingan begitu dengan Chang-Min?”

“Berdiri berdampingan?” detik berikutnya So-Eun malah tersenyum tipis. Berkata dengan nada polos. “Dia hanya sedang menemaniku untuk menunggumu.”

“Kenapa harus dia yang menemanimu? Memang tidak ada orang lain? Seperti temanmu itu.”

“Maksudmu Yu-Ra? Dia sedang ada di luar kota saat ini. Dan semua pegawai restoran juga sudah pulang. Jadi tidak ada salahnya kalau dia yang menemaniku.”

Kyu-Hyun berdecak. “Jangan-jangan dia juga berniat mengantarmu pulang kalau aku tidak menawarkan diri lebih dulu.”

So-Eun menaikkan kedua alisnya. “Memang iya.”

Dan saat itu juga Kyu-Hyun tanpa sadar menggeram. Berkomat-kamit pelan namun masih bisa So-Eun dengar.

“Kau bilang apa?”

Kyu-Hyun mengalihkan kepalanya ke luar jendela. Enggan untuk membalas tatapan So-Eun padanya. “Tidak ada.”

_o0o_

Kau sudah sampai di rumah? Segeralah tidur. Sudah malam. Istirahat yang nyenyak. Sweet dream, Kyu-Hyun.

Kyu-Hyun tersenyum kala melihat pesan singkat dari So-Eun yang masuk ke ponselnya. ia lalu mengetikkan pesan balasan singkat sebelum meletakkan ponselnya di atas nakas dan melemparkan diri ke ranjang.

Alih-alih memejamkan mata. Kyu-Hyun malah terbayang-bayang dengan kejadian barusan. Saat ia dengan terang-terangan melihat So-Eun dan Chang-Min berduaan di depan restoran.

Yang benar saja!

Hal itu entah sudah yang keberapa kalinya Kyu-Hyun melihat mereka bersama. Dari mulai ia yang melihat Chang-Min sedang makan bersama di restoran pria itu bersama So-Eun. Lalu ia juga melihat Chang-Min tatkala sering mengantar-jemput So-Eun ke kampusnya.

Untuk yang tertakhir. Entah Kyu-Hyun harus merasa bersyukur atau marah.

Akhir-akhir ini ia memang sangat disibukkan dengan pekerjaan di kantornya yang menumpuk. Memaksanya menyetor muka pada dewan direksi perusahaan tanpa bisa pergi kemana-mana. Bahkan hanya untuk bertemu So-Eun. Dan karena alasan itulah Kyu-Hyun jarang sekali bisa mengantar-jemput So-Eun seperti yang pasangan lain lakukan. Fakta bahwa terkadang So-Eun pulang malam karena pekerjaannya di restoran atau tugasnya di kampus. Kyu-Hyun mau tak mau harus menekan egonya kuat-kuat ketika Chang-Min—yang lebih bebas darinya—justru lebih leluasa untuk melakukan hal itu. Setidaknya dengan begitu Kyu-Hyun tak perlu khawatir karena ia percaya Chang-Min pasti akan menjaga gadisnya.

Itu pemikiran awalnya. Tapi akhir-akhir ini, Kyu-Hyun bukannya merasa tenang. Ia justru semakin gelisah.

Menyaksikan tiap hari dua insan berlawan jenis itu bersama setiap saat. Memunculkan banyak ekspektasi buruk. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Yu-Ra, pacar Chang-Min sedang tidak ada di dekat pria itu. Bisa sajakan, Chang-Min memanfaatkan kesempatan itu untuk…

Tidak, tidak!

Kyu-Hyun seketika menegakkan tubuh. Meremas bantalnya kuat-kuat. “Tidak akan kubiarkan makhluk manapun merebut So-Eun dariku.” Ucapnya yakin.” Tidak akan.”

_o0o_

“Ya ampun!”

So-Eun memekik terkejut. Terlalu terkejut sampai tubuhnya reflek mundur beberapa langkah ke belakang.

“Kenapa kau ada di depan pintu apatemenku pagi-pagi begini?”

So-Eun mengarahkan pandangannya ke kanan dan ke kiri. Bahkan tetangga sebelahpun masih sangat hening. Lalu didetik berikutnya mata So-Eun kembali memandang Kyu-Hyun heran. Yang dibalas pria itu dengan senyum lebar. Polos. Menawan.

“Menjemputmu.”

“Apa?”

“Kau akan pergi ke kampus, kan? Ayo. Biar kuantar.”

So-Eun menyipitkan matanya. Melirik sebentar jam tangan yang ia kenakan. Masih terlalu pagi. Dan suatu keajaiban besar bahwa seorang Kyu-Hyun mau repot-repot bangun dan pergi ke apartemennya sepagi ini.

“Ayo So-Eun.” dengan gemas Kyu-Hyun meraih tangan So-Eun sebelum menutup pintu dan menguncinya. Lalu menggiring gadis itu menuju mobil.

Lima menit mereka melaju. So-Eun baru berani membuka suara setelah cukup lama berkutat dengan kebingungan akut yang ia rasakan.

“Jadi…” So-Eun berhenti sejenak untuk memandang Kyu-Hyun. “Alarm macam apa yang kau gunakan? Hingga kau bisa bangun pagi-pagi sekali dan datang ke apartemenku.”

“Aku tidak menggunakan alarm apapun.” Kyu-Hyun membelokkan kemudi. Sambil bibirnya yang tersenyum tipis. “Hanya menggunakan firasat saja.”

“Firasat bagaimana?” So-Eun mendelik. “Kau tahu benar. Tidurmu itu sudah seperti orang mati. Tidak mungkin kau bisa bangun dengan mudah hanya dengan menggunakan firasat.”

“Aku serius. Hanya menggunakan firasat saja.”

So-Eun menyipitkan mata. “Yang benar?”

“Benar. Karena aku sudah bertekad dari semalam kalau aku akan mengantarmu ke kampus hari ini. Tiba-tiba saja aku terbangun tadi pagi. Dan firasatku mengatakan bahwa aku harus segera pergi ke apartemenmu. Itu saja.”

Entah bagaimana. So-Eun merasa apa yang Kyu-Hyun katakan benar adanya. Didukung dengan kilatan mata pria itu yang berbinar senang.

Jadi benar Kyu-Hyun rela bangun pagi-pagi untuk mengantarnya ke kampus?

Hati So-Eun menghangat seketika. Terus naik hingga wajahnya memerah merona malu. Dan hal itu Kyu-Hyun sadari.

“Kenapa wajahmu? Kau kepanasan? Apa AC-nya kurang dingin?”

So-Eun dengan cepat menggeleng. “Tidak.” Ia mengalihkan tatapannya keluar jendela. So-Eun senang Kyu-Hyun bersikap seperti ini padanya. Terkesan sangat menyayanginya dengan berjuang melawan sesuatu yang pantang bagi pria itu demi dirinya. Seperti hari ini. Ya, meski So-Eun juga tidak akan pernah mengeluh jika Kyu-Hyun lebih menyibukkan diri dengan kantor pria itu. karena So-Eun yakin. Kyu-Hyun adalah tipikal pria yang bertahan dengan satu komitmen. Jadi, seperti apapun Kyu-Hyun. So-Eun tak akan pernah kebereratan. Selama mereka menyandang status pasangan.

“Nah, sudah sampai.”

Kyu-Hyun berujar riang. Lantas memandang So-Eun dengan mata berbinar. “Kau pulang jam berapa? Mau kujemput?”

“Mungkin sekitar jam makan siang nanti aku sudah pulang.”

“Kau tidak ke restoran?”

“Tidak. Hari ini restoran tutup. Karena Chang-Min akan pergi keluar kota.”

Chang-Min adalah pemilik restoran tempat So-Eun bekerja. Dan kemarin Chang-Min mengatakan bahwa ia akan menutup restoran sementara karena ia harus menyusul Yu-Ra. Sebelum ia mendadak gila karena merindukan gadis pujaannya itu.

“Chang-Min pergi?” Kyu-Hyun menaikkan nada suaranya saking antusias. “Wah, bagus sekali.”

“Apa?” So-Eun mengerutkan dahi. Heran menatap Kyu-Hyun yang kemudian berkata dengan terbata-bata. “Maksudku. Bagus bukan. Dengan begitu kau bisa istirahat tanpa harus bekerja di restoran.”

_o0o_

“Kyu.”

“Astaga. Berapa kali harus kubilang. Ketuk pintu dulu sebelum masuk!” geram Kyu-Hyun ketika Dae-Hyun, sekertarisnya. Masuk ke dalam ruangan tanpa izin.

Dae-Hyun melebarkan bibir tersenyum aneh. Lalu meletakkan beberapa map yang ia bawa di atas meja Kyu-Hyun. “Ini dokumen yang kau minta. Oh,ya. Jangan lupa. Nanti siang kau ada janji makan siang bersama dengan klien kita dari Kanada.”

Kyu-Hyun dengan cepat mengangkat kepala. “Nanti siang?”

“Iya.”

“Apa tidak bisa diundur?”

Dae-Hyun menggeleng. “Harus hari ini juga. Karena setelah itu dia akan langsung kembali terbang ke Kanada.”

Kyu-Hyun lantas menghela napas. Tangannya terangkat untuk memijat samping pelipisnya yang berdenyut. Padahal tadi ia sudah berkata akan menjemput So-Eun. Tepat pada jam makan siang. Oh my. Sebenarnya kenapa semua keadaan seakan sedang berusaha menjepitnya seperti sekarang?

Kyu-Hyun sama sekali tidak berani untuk mengambil pilihan. Antara kedua masa depan yang ia bangun dengan susah payah. Pasangan hidup, atau penunjung hidup.

Menyadari ekspresi Kyu-Hyun yang tampak gusar. Dae-Hyun lalu mendudukkan diri di kursi yang ada di depannya. Dengan wajah yang ia buat se-simpati mungkin pada Kyu-Hyun.

“Ada apa? Kau tampak bimbang.”

Tersadar. Kyu-Hyun cepat-cepat menengakkan punggung. Menarik dokumennya mendekat. Kembali sibuk dengan pekerjaannya tanpa berniat menjawab pertanyaan sekertaris sekaligus Adik kandungnya itu.

“Ayolah. Katakan padaku. Mungkin aku bisa memberikan solusi.”

Karena tatapan Dae-Hyun yang tak mau lepas dari wajahnya. Kyu-Hyun akhirnya menyerah. Ia melempar pulpennya kasar. Lalu berkata dengan nada lemah.

“Aku sudah berjanji akan menjemput So-Eun saat makan siang nanti.” Kyu-Hyun mengambil jeda sejenak. “Tapi kau bilang, siang nanti aku ada janji dengan klien. Jadi… ya… begitulah.”

“Kau bingung memilih?”

Kyu-Hyun memejamkan mata sejenak. “Percayalah. Aku bahkan tak berani memilih salah satu di antaranya.”

“Kau tetap harus memilih, Kyu. Terlepas dari kau berani atau tidak.”

“Tapi yang mana yang harus kupilih?” Kyu-Hyun memekik tertahan. Meremas rambutnya kasar. “Dua-duanya sama-sama penting.”

“Bagaimana kalau kau pilih salah satu diantara mereka yang jauh lebih penting.”

Detik itu juga Kyu-Hyun langsung menatap Dae-Hyun garang. “Sudah aku bilang. Mereka sama-sama penting!”

“Kalau begitu. Tinggalkan pekerjaanmu, lalu pergilah menjemput So-Eun. Kemungkinan kau hanya akan kehilangan beberapa miliar won saja.”

Kyu-Hyun terdiam.

“Atau… kau tetap di kantor. Makan siang dengan klien kita.” Dae-Hyun diam-diam melirik Kyu-Hyun melalui sudut matanya untuk mengetahui bagaimana raut pria itu saat ia melanjutkan kalimatnya. “Kemungkinan So-Eun akan marah dan kalian bertengkar lalu berpisah dan…”

“Bicara seenak jidatmu!” Kyu-Hyun meledak. “Jangan harap itu akan terjadi.”

Dae-Hyu menyerigai. Ia tahu kalau akan seperti itu reaksi Kyu-Hyun.

“Alasanmu itu keliru, Kyu.” Tanpa menunggu respon Kyu-Hyun, Dae-Hyun melanjutkan. “Kau bukan tidak berani memlih. Kau hanya takut dengan pilihan yang kau ambil. Seperti apapun keadaan menjepit yang kau hadapi. So-Eun pasti akan menjadi prioritas utamamu. Seperti sekarang. Di sudut hatimu, kau hanya takut jika saat kau memlih So-Eun. Hasil yang kau harapkan akan jauh berbeda.”

“Kau bicara apa? Aku tidak paham.”

“Jika kau memilih So-Eun. Kau tidak yakin bahwa kau akan kehilangan beberapa miliar won saja. Bisa jadi rekan-rekan bisnismu yang lain malah mengundurkan diri dari kerja sama saat mengetahui bahwa kau mencampur adukkan urusan pekerjaan dengan personality. Lalu lama-kelamaan penghasilan perusahaan merosot. Dan hal yang tidak diinginkan terjadi.”

Kyu-Hyun terpaku. Tak menyangka sama sekali kalau apa yang Dae-Hyun katakan sama persis dengan apa yang ada di dalam otaknya.

“Sementara. Kau amat sangat yakin bahwa sebagaimanapun kelakuanmu. So-Eun tidak akan marah. Apalagi sampai kalian bertengkar lalu berpisah. Sudah sangat jelas, kau lebih percaya pada So-Eun dibanding apapun.”

“Maksudmu?”

“Pergilah makan siang dengan klien. Kau percaya bukan bahwa So-Eun tidak akan marah? Kau hanya perlu beritahu dia bahwa kau tidak bisa menjemputnya hari ini karena ada urusan penting. Lalu setelah urusan penting itu selesai. Kau bisa langsung pergi menemui So-Eun. Mudah bukan?”

Kyu-Hyun menganggukkan kepalanya pelan. Mungkin apa yang Dae-Hyun katakan ada benarnya juga.

“Baiklah,”

_o0o_

“Tidak apa-apa, kan?”

“Tentu saja. Aku juga masih ada urusan sebentar di sini.”

“Kau tidak akan marah, kan. So-Eun?”

“Tidak, Kyu-Hyun. Mana pernah aku marah padamu.”

“Oke kalau begitu. Nanti malam aku ke apartemenmu, ya?”

“Apa? Nanti malam. Tidak! Kau tahu sendiri kan kalau… halo? Halo? Kyu-Hyun? Ish.”

So-Eun merengut sebal. Dengan tangan yang kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia bukan sebal karena Kyu-Hyun tidak jadi menjemputnya. Tapi karena pria itu akan datang ke apartemennya nanti malam. Mau ditaruh dimana mukanya? Mana ada seorang gadis memasukkan seorang pria ke dalam apartemen. Meskipun pria itu kekasihnya sendiri. Pada malam hari.

So-Eun masih tetap teguh memegang norma kesopanan. Tapi Kyu-Hyun dengan tidak tahu diri mengacak-acaknya seenaknya.

Jadi yang bisa So-Eun lakukan hanyalah menurut. Apalagi yang bisa ia lakukan untuk mendebat pria keras kepala seperti Kyu-Hyun?

“Ada apa? Kyu-Hyun tidak jadi menjemputmu?”

So-Eun menoleh ke samping. Baru ingat kalau ada Chang-Min di sampingnya. Pria itu memang sudah kembali dari luar kota sejam lalu dengan menyeret serta Yu-Ra. Dan sekarang dengan paksa bertemu dengannya untuk menginterogasinya tentang hal apapun yang Yu-Ra sukai. Mengingat dua hari lagi adalah hari ulang tahun gadis itu.

Tentang Yu-Ra. Chang-Min tidak membawa gadis itu untuk bertemu dengannya. Entah dimana Chang-Min menyandra gadis itu. So-Eun juga tidak tahu

“Ya. Dia ada urusan penting dengan kliennya.”

“Dia benar-benar pria sibuk, ya?”

So-Eun hanya tersenyum tipis. Enggan menjawab. “Bagaimana? Kau setuju membelikannya boneka barbie?”

“Kau yakin Yu-Ra menyukai boneka kekanak-kanakan seperti itu?” Chang-Min melirik layar ponselnya untuk memastikan tanggal berapa sekarang. “Umurnya sudah hampir dua puluh empat tahun. Tapi dia masih suka mengoleksi boneka barbie?”

“Kau mau membelikannya atau tidak sebagai hadiah? Kenapa banyak protes!”

“Iya-iya. Tapi, Yu-Ra suka boneka barbie yang seperti apa? Ah, aku akan membelikan yang paling bagus dan mahal untuknya. Supaya ulang tahunnya kali ini berkesan”

“Sesukamu sajalah.”

“Kau mau menemaniku membelinya, kan?”

So-Eun mengangguk kemudian. “Tapi tunggu sebentar. Aku harus ke perpustakaan dulu untuk mengembalikan buku yang kupinjam kemarin.”

_o0o_

Dia tidak tahu hal apapun yang berbau romantis. Jadi Kyu-Hyun memilih untuk membelikan cardigan berwarna softpink—warna kesukaan gadis itu—sebagai oleh-olehnya untuk gadis itu. Karena urusannya berjalan lancar. Proyeknya disetujui, dan ia mendapat peluang lain yang berpotensi menghasilkan banyak uang.

Dan ia tidak akan bisa melakukan hal itu kalau So-Eun tidak menyakinkannya. Membuatnya percaya bahwa tidak akan terjadi apa-apa jika Kyu-Hyun lebih memilih pekerjaannya sebentar. Sebagai imbalan, Kyu-Hyun sudah membelikan cardigan sebagai hadiah. Menunggu dengan sabar di depan pintu apartemen So-Eun. Karena So-Eun memang belum pulang.

Sekali lagi Kyu-Hyun melirik jam tangannya. Tepat ketika ia mengangkat kepala. Pada saat itu juga sebuah mobil berhenti di depannya. Hingga pintu di sisi penumpang terbuka dan So-Eun turun dari sana. Yang Kyu-Hyun sadari selanjutnya adalah… itu mobil Chang-Min.

Dahinya berkerut. Bukankah So-Eun bilang Chang-Min sedang keluar kota? Lalu kenapa sekarang So-Eun justru turun dari mobil pria itu?

Mungkinkah…

Kyu-Hyun tidak mau berpikir lebih jauh tapi otaknya lebih cepat bereaksi. Tadi siang ia mengatakan tidak jadi menjemput So-Eun dan gadis itu bilang tidak apa-apa. Lalu mengatakan bahwa ia masih ada urusan. Mungkinkah jika tanpa sepengetahuannya, So-Eun bersama-sama dengan Chang-Min? Sehingga gadis itu tidak perlu marah atau kesal jika ia tidak jadi menjemput gadis itu karena sudah ada Chang-Min yang setia bersamanya? Benarkah begitu?

Pemkirannya baru berhenti saat So-Eun sudah berdiri di depannya dengan tangan melambai. “Kyu-Hyun? Kau melamun?”

Entah mengapa. Kyu-Hyun merasa sudut hatinya panas. Ia tak menjawab pertanyaan So-Eun dan hanya mengalihkan pandangan ke samping.

Meskipun bingung. So-Eun tetap melangkah maju. Memutar kunci pada pintu hingga pintu terbuka.

Dan seketika Kyu-Hyun melesat masuk. Menghempaskan dirinya ke atas sofa dengan wajah merengut. Marah. Kesal. Mengabaikan So-Eun yang masih berdiri di ambang pintu.

Kyu-Hyun melipat tangannya di depan dada setelah melempar sembarangan paper bag berisi cardigan yang tadi ia bawa. Kyu-Hyun menggeram dalam hati. Ketika So-Eun bukannya mengahampirinya malah pergi berjalan menuju dapur.

“Kau kenapa?” So-Eun bertanya lembut. Sambil meletakkan dua gelas cangkir jus jeruk yang tadi ia ambil dari dapur ke atas meja.

“Tidak apa-apa.” Kyu-Hyun lagi-lagi mengalihkan pandangan. Lalu dua detik berikutnya terpaksa kembali menatap So-Eun karena gadis itu berseru riang.

“Cardigannya bagus sekali. Ini untukku?”

Melihat So-Eun yang begitu semangat mengusap-usap bagian cardigan itu. Kyu-Hyun berdecak malas. “Bukan.”

“Kau bohong. Mana mungkin ini bukan untukku. Warnanya saja warna kesukaanku.”

Kyu-Hyun berharap sekali. So-Eun akan mengatakan sesuatu. Atau paling tidak berduaan dengannya lebih lama. Tapi harapan itu harus ia kubur dalam-dalam karena So-Eun justru berjalan santai menuju kamarnya lalu menutup pintu. Membawa serta cardigan softpink yang memang Kyu-Hyun belikan untuk gadis itu. Meninggalkannya sendirian di ruang tengah.

Membuat hatinya semakin panas.

Setelah seharian bersama dengan Chang-Min. Kau mulai mengabaikanku? Bagus sekali Kim So-Eun.

Lalu suara gemericik air terdengar samar. Mungkin di dalam kamarnya So-Eun sedang mandi. Jadi yang bisa Kyu-Hyun lakukan hanya menunggu. Dengan beberapa kali meneguk jus jeruk yang ada di atas meja dengan ganas.

Ia cemburu.

Awalnya Kyu-Hyun menyangkal. Tapi kali ini ia benar-benar mengakuinya. Mana ada pria di dunia ini yang tidak cemburu saat gadisnya sering sekali berudaan dengan pria lain. Alih-alih mengacuhkan dirinya yang masih berstatus sebagai pasangan gadis itu.

Kyu-Hyun sudah bersumpah dalam hati. Ia akan menanyakan pada So-Eun perihal hal itu saat gadis itu keluar dari kamarnya nanti. Dia harus meluruskan hal ini. So-Eun harus tetap berjalan di garis yang sudah ia buat. Bukannya berjalan di garis pria lain!

Lima menit berikutnya So-Eun keluar dari dalam kamar. Dengan gaun tidur yang dilapisi dengan cardigan yang Kyu-Hyun yakini sebagai cardigan yang baru ia beli untuk gadis itu.

So-Eun lalu duduk di sampingnya. Berhasil mengibaskan aroma lembut yang mengusik hidung Kyu-Hyun. Lalu tersenyum tipis.

“Cardigannya bagus. Aku suka.”

Tatapan Kyu-Hyun jatuh pada penampilan So-Eun. Tidak disangka-sangka jika cardigan itu melekat indah pada tubuh So-Eun. Tidak kebesaran. Tapi tidak juga ketat. Pas sekali. Membuat So-Eun terlihat semakin cantik karena cardigan itu ia padukan dengan gaun tidurnya yang berwarna pink pucat.

Setelah dua detik terpaku pada penampilan So-Eun. Kyu-Hyun lantas kembali menatap wajah So-Eun. Dengan sorot tajam yang ia miliki. Siap menginterogasi gadis itu.

“Yang tadi itu mobil Chang-Min?”

“Apa?” kebingungan sejenak. So-Eun lalu menjawab. “Ya.”

“Kenapa dia bisa mengantarmu pulang? Kau bilang dia sedang ada di luar kota.”

“Chang-Min keluar kota hanya untuk menjemput Yu-Ra. Setelah itu kembali lagi ke sini.”

“Untuk bisa berduaan denganmu lagi?”

“Kau ini bicara apa?”

“Aku bicara kenyataan, So-Eun.“ Kyu-Hyun menggeram tertahan. “Pria itu terlalu sering bersama denganmu. Dia juga terlihat sangat dekat denganmu. Ingat, So-Eun. Kau sudah punya aku.”

“Astaga Kyu-Hyun. Apa yang kau bicarakan. Aku dekat dengan Chang-Min karena kami memang teman dekat. Terlebih dia kekasih sahabatku. Kau tahu itu.”

“Tetap saja aku tidak suka melihat kalian bersama!”

So-Eun menghela napasnya. Lalu berkata dengan nada lembut. “Sepertinya kau terlalu lelah karena seharian bekerja. Akan kubuatkan makan malam supaya kau bisa lebih tenang. Tunggu sebentar.”

Sontak saja Kyu-Hyun menarik tangan So-Eun saat gadis itu hendak berdiri. Membuat So-Eun kembali terduduk. Bukan di sofa, tapi di atas pangkuannya. Sebenarnya bukan tangan So-Eun yang ia tarik. Melainkan cardigan yang gadis itu kenakan. Tanpa sadar membuat kain hangat yang menutupi bahu So-Eun bergeser sedikit akibat tarikannya.

Mengabaikan hal itu. Kyu-Hyun lantas menatap So-Eun garang.

“Katakan padaku. Kau tidak sedang bermain dibelakangku, kan? Aku sudah curiga saat kau bilang tidak apa-apa ketika aku tidak jadi menjemputmu. Dan nyatanya kau malah pulang dengan Chang-Min. Kau pasti tahu apa yang kupikirkan, kan?”

“Aku memang tidak apa-apa jika kau tidak jadi menjemputku. Aku tahu kau pasti sangat sibuk. Tidak ada sedikitpun niat untuk bermain-main dibelakangmu. Dan Chang-Min. Dia mengantarku pulang karena seharian ini aku memang sudah menemaninya untuk…”

“Seharian ini menamaninya?” Kyu-Hyun melotot. “Seharian ini kau bersamanya?”

“Iya, dia memintaku untuk…”

“Ya ampun So-Eun.” Kyu-Hyun mencelos. Matanya panas. Mendadak merasa panik. “Kau… tidak sedang berusaha untuk selingkuh dariku, kan?”

“Selingkuh?” So-Eun mengerutkan dahinya. “Apa maksudmu dengan selingkuh?”

“Maksudku. Kau… Chang-Min. Kalian tidak…”

Oh, Kyu-Hyun tak sanggup melanjutkannya. Ia sudah terlampau kacau dan tak tahu harus berbicara apalagi. Otak dan hatinya berperang. Inikah yang dinamakan ujian dalam suatu hubungan? Kyu-Hyun akan lebih suka ujian lain seperti tidak mendapat restu keluarga atau terpisah jarak daripada kehilangan cinta dari pasangan masing-masing. Itu menyakitkan.

Pikirannya masih melayang kemana-mana ketika So-Eun dengan pelan menyentuh kepalanya dengan telapak tangan gadis itu yang kecil. Menatapnya lembut.

“Kau berpikir terlalu jauh, Kyu-Hyun.” Katanya halus. “Aku sama sekali tidak selingkuh dengan Chang-Min. Seharian ini kami memang bersama. Itu karena Chang-Min memintaku menemaninya untuk membelikan hadiah ulang tahun Yu-Ra. Dan sebagai ucapan terima kasih, dia bersedia mengantarku pulang. Hanya itu.”

“Lalu kenapa kau…”

“Sungguh. Aku memang tidak akan marah jika kau membatalkan apa yang sudah kau katakan padaku. Aku tahu kau sibuk. Dan aku percaya kau tidak berbohong. Selama kau mencintaku. Apa ada alasan bagiku untuk marah padamu?”

Terdiam sejenak, Kyu-Hyun lalu menggeleng pelan.

“Karena itu. Berhentilah berpikiran yang bukan-bukan.” So-Eun lalu tersenyum lebar. “Tapi kau manis juga kalau sedang cemburu.”

Apa? Kyu-Hyun tersentak. “A-aku tidak cemburu.”

“Yakin?”

Kyu-Hyun mendengus dalam hati. So-Eun selalu saja tahu apa yang ia pikirkan. Dan ia senang bahwa pemikirannya salah besar.

Karena merasa apa yang menghimpit hatinya sudah terangkat. Kyu-Hyun baru sadar dengan posisi mereka. So-Eun berada di atas pengkuannya dengan sebelah bahu gadis itu yang terbuka akibat cardigannya yang bergeser tempat.

Mata Kyu-Hyun melotot. Bagaimana bisa So-Eun menggunakan gaun tidur model tali tipis saat ada seorang pris di rumahnya. So-Eun bermaksud menggodanya atau apa?

Ditambah lagi dengan wangi So-Eun yang begitu lembut memenuhi indra penciumannya. Membuat iblis dalam diri Kyu-Hyun bangkit. Tapi… bukannya menjauhkan diri. Kyu-Hyun malah mendukung bisikan-bisikan iblis dalam dirinya. Menarik So-Eun mendekat. Mendongak untuk bisa melihat wajah gadis itu lebih dekat.

“Kau sengaja berpakaian seperti ini?”

“Apa?”

“Ini,” Kyu-Hyun menyentuh bagian cardigan So-Eun yang sudah melorot. Lalu menariknya ke bawah. Membuat bahu So-Eun semakin terlihat jelas. “Kau tahu kan aku pria normal?”

“Kyu-Hyun.” So-Eun mendesis takut kala Kyu-Hyun semakin mendekatkan wajahnya. “Ini sudah malam. Pulanglah.”

“Kalau aku tidak mau pulang, bagaimana?” Kyu-Hyun tersenyum miring. “Siapa suruh kau memakai baju seperti ini.”

“Ta-tapi ini sudah malam. Bagaimana kalau ada tetangga yang…”

“Persetan dengan hal itu.” Kyu-Hyun mengangkat tangan. Lalu mendaratkannya di atas bahu So-Eun yang terbuka. Memeluknya erat. Aksi yang sukses membuat wajah So-Eun merona malu. “Hanya satu ciuman saja, hmm? Setelah itu aku akan langsung pulang.”

Ya, aku memang harus langsung pulang kalau tidak mau berbuat yang lebih nekat dari ini.

 

-End-

7 Comments (+add yours?)

  1. haekyulie
    Jul 29, 2015 @ 20:02:33

    yaeh..!
    aku memang jealous..!
    jealous…! haha
    like it ^^

    Reply

  2. frog1
    Jul 29, 2015 @ 21:00:39

    ahahaha
    bang kyuu
    cemburubya lucu
    tp kliatan banget kalo disini dia good boy trs sayang banget sama soeun

    Reply

  3. ichul
    Jul 30, 2015 @ 11:49:18

    Cemburu pake gengsi tingkat nirwana, hahahaha Cho Kyu pabo..

    Reply

  4. tiramikyu
    Jul 30, 2015 @ 17:00:52

    Aduhh si KyuSro lagi cemburuu niieee…ikutan ahh..hahhahaha author daebak jjang…!!

    Reply

  5. srii
    Jul 31, 2015 @ 06:47:43

    Kerweeeeeen

    Reply

  6. shoffie monicca
    Jul 31, 2015 @ 11:26:57

    hahahaha kyu bnr2 cemburu nih sm cang min

    Reply

  7. hyunhee86
    Aug 02, 2015 @ 20:41:22

    ahahaha bang Kyu slalu protectif

    Reply

Leave a reply to haekyulie Cancel reply