[Prolog] Rainbow In The Dark

BdD_NLaCAAAXJgh.jpg-large

~Rainbow in the Dark~ (prolog)

 

Nama                  : Babyboolhj
Judul Cerita        : Rainbow in the Dark
Tag (tokoh/cast) : Lee Donghae, Yoon Taesa
Genre                  : Romance, friendship, school life
Rating                 : PG-15
Length                : Chapter
Catatan Author   :
ide, plot, informasi tentang sekolah di cerita ini murni karangan author. Enjoy the story! J. Visit our blog >> pepenetto.wordpress.com . visit my wattpad @babyboolhj J

 


 

Dunianya begitu gelap, sangat teramat gelap malah. Bukan, bukan gelap yang biasa orang-orang rasakan saat menutup mata. Gelap ini jauh lebih menyesakkan. Seakan tidak mengizinkan satu warnapun merecokinya, sekalipun warna dasar seperti putih.

Tapi bagaimana jika tiba-tiba ada pelangi yang tanpa sadar menembus hatinya dalam satu tembakan dan berhasil mengubah sistem kerja otaknya kearah yang lebih baik? Tentu ia akan menyambutnya dengan senang hati .

Namun setelah itu terjadi, kini ia malah bertanya-tanya pada takdirnya.

Apa ia berhak mendapatkan semua ini?

Apakah gelap-nya dapat membahagiakan pelangi itu?

Atau malah menciptakan gelap-gelap lainnya?

Karena jika sampai itu terjadi, ia tak akan pernah bisa memaafkan keegoisannya.

 

IT’S ME

Paran Highschool

Seorang gadis terlihat sedang berjalan lurus memasuki gerbang Paran Highschool. Matahari sore tak juga melelehkan semangatnya. Ia terus menghitung langkah kakinya yang sekarang telah mencapai..

“ 24, 25, 26, 27..” gadis itu berhenti sejenak saat merasakan kaki kanan-nya menyentuh sesuatu yang keras. “ah! Tangga,” ucapnya pada diri sendiri.

Iapun melanjutkan aktifitas ‘menghapalnya’.

“28, 29, 30, 31, 32, lalu belok kanan..” ia berbelok kearah kanannya setelah melewati lima anak tangga tadi.

“33,34,35, 36, 37, 38, 39, 40 hhh..” kini langkahnya diiringi dengan tangan kanannya menyentuh dinding, seakan merasakan warna putih tulang yang mendominasinya.

Dan sekarang sampailah ia didepan pintu sebuah ruang kelas berpapan ’12-c’. Dengan hati-hati iapun menyentuh atau lebih tepatnya meraba pintu dihadapanya. Hatinya begitu senang saat kedua tanganya menemukan pajangan kayu berbentuk bintang yang ia tempel disana sebelumnya

“Hha..hhh..carraseo Yoon Taesa..”, gadis yang ternyata Yoon Taesa itu menyibakkan poni depannya untuk me-lap keringat didahinya. Hal itu sangat mungkin, pasalnya ini sudah keempat kalinya ia melakukan aktifitas ‘menghapal’-nya itu dalam satu jam terakhir ini.

Ia memutuskan untuk duduk sejenak dikoridor sekedar mengurangi sedikit rasa pegal dikedua kakinya, terutama pada bagian betis yang entah bagaimana bentuknya sekarang, ia tak tahu.

“Kuharap tak akan ada lagi rencana perpindahan gedung disekolah ini..hha..hha..” keluhnya sambil mengatur napas lelah.

Lelah? Ya,tentu. Namun dalam lubuk hatinya selalu terselip rasa syukur. Rasa syukur pada yang kuasa akan kelebihan yang diberikan, baik kemampuan akademisnya yang luar biasa ataupun talenta bermain alat musik hingga ia dapat bersekolah di sekolah umum macam Paran Higschool ini dengan beasiswa penuh.

Rasa seperti itulah yang bisa membuatnya tetap hidup sampai saat ini. Taesa kembali mengusap peluh didahinya sebelum memutuskan untuk bangkit dan segera pulang. Dengan mengikuti langkah yang baru ia hafal, iapun telah sampai didepan gerbang sekolah. Namun belum sempat ia mengambil satu langkahpun, seseorang sudah lebih dulu menabraknya.

BRUUKKK!

Taesa masih teduduk diatas aspal saat sebuah suara namja terdengar olehnya.

“Eoh chogi mianhaeyo, niga gwenchanayo?” Tanya suara hangat khas seorang namja. Jenis suara yang tidak mudah dilupakan oleh kedua telinga Taesa yang memang tajam itu.

“N-ne..” cicit Taesa sedikit bingung.

“mianhaeeyo..” namja itu membantunya berdiri lalu tanpa sadar berbisik “Matamu..”

Tubuh Taesa seketika menegang, perasaan ’tak enak’ itu kembali menyadarkannya. Ia paksakan kedua kakinya yang semakin melemas itu untuk berlari dari tempat itu secepatnya. Tanpa melihat dan merasakan apapun Taesa berlari tanpa rasa takut, untuk menghindari rasa takut yang lebih besar sebenarnya. Rasa takut untuk mendengar lagi nada suara itu , nada suara yang sangat ia benci, nada suara yang tepat ditujukan pada kedua matanya yang berbeda, kedua matanya yang delapan tahun terakhir ini tidak dapat lagi berfungsi. Ya, nada suara yang sarat akan pesan ‘kasihan’.

 

 

 

 

2 Comments (+add yours?)

  1. Hwang Risma
    Dec 16, 2015 @ 19:47:16

    Menarik yaa, jadi penasaran gimana kelanjutannya^^

    Reply

  2. piyung
    Dec 21, 2015 @ 23:06:46

    wah ceritanya sepertinya menarik. 🙂

    Reply

Comment's Box