Opera [6/?]

Opera Cover

Part 6

Nama : i-Leetha
Judul Cerita : Opera
Tag (tokoh/cast) : Park Jung Soo, Song Joong Ki, Shin Seung Ri, Kim Seu Hwa, Ji Sung

Other Cast : Super Junior Member yang mungkin muncul dalam setiap part

Genre : Romance, Comfort
Rating : PG-13
Length : Chapter

***

Part 6

 

 

                  Kona Beans tampak ramai hari ini. Itu dikarenakan karena sang superstar Leeteuk Super Junior berada disana untuk bertegur sapa dengan para penggemar mereka, ELF. Jung Soo mengambil tempat di sudut ruangan sembari menunggu In Sung. Dia memesan Americano dan beberapa makanan ringan untuk menemani kopinya.

“Kau sudah lama hyung?” tanya In Sung setibanya ditempat itu. Jung Soo hanya melambaikan tangannya pertanda tidak dikarenakan mulutnya sedang berisi makanan. Jong Suk hanya tertawa melihat tingkah Jung Soo.

“Apa kau sudah memesan sesuatu hyung? Kenapa tidak menungguku?” protes Jong Suk.

“Aish, kenapa selalu mempermasalahkan hal kecil seperti ini? Sudah pesan saja. Kali ini aku yang akan membayar walau kau yang mengajakku bertemu,” sahut Jung Soo.

Hyung, apa kau tidak rela membayar minuman ini padaku? Apa kau benar-benar sepelit itu?”

“Yaa!!!”

“Lupakan. Biarkan aku memesan milikku. Sudah perjanjian, kau yang bayar hyung. Wah, sepertinya aku harus memesan makanan mahal.”

Jong Suk hanya tertawa. Jung Soo kembali menikmati hidangan ringan yang ada di depannya. “Ada apa kau memanggilku kemari?” tanya Jung Soo.

Jong Suk hanya bisa diam. Dia mulai ragu untuk mengatakannya. Efek samping dari kejujurannya lebih mendominan di kepalanya.

“Jong Suk-ah,” tegur Jung Soo lagi. Dia masih menunggu.

Ania hyung. Ini bukan hal yang serius. Aku hanya ingin minum bersamamu. Apakah aku salah?”

Aish jeongmal. Kenapa harus mengatakan hal seperti itu? Kau bisa saja mengatakan langsung padaku bukan? Pabbo.”

“Hanya saja, aku merasa canggung denganmu hyung. Terlebih kau tahu kalau aku pernah menyukai Seung Ri.”

“Ah, itu. Lupakan. Chankamman. Pernah? Apa itu artinya kau tidak menyukainya lagi? Apa kau menyukai seseorang sekarang?” tebak Jung Soo.

Ania, ini tidak seperti itu hyung. Kau salah paham.”

“Benarkah? Biar kutebak. Hanna. Kau menyukai Hanna bukan? Tapi bagaimana ini? Hanna adalah adik kandung In Sung. Dan seperti yang kita tahu, kau sepupu In Sung. Apa kau memanggilku untuk menanyakan tentang hal itu?”

Hyung, bisa jangan mengatakan dengan suara keras seperti itu? Apa kau sadar dimana kita?”

Arraseo. Aku paham sekarang. Jika Hanna dan In Sung saudara kandung, berarti kau dan In Sung hyung bukanlah sepupu satu darah kan? Itu tidaklah menjadi masalah. Jika kau mau, aku bisa mengaturkan kencan untuk kalian. Bagimana?”

Hyung!!!”

“Baiklah. Aku paham. Aku kuaatur satu kencan untuk kalian berdua. Ah, apa ada yang mau kau bicarakan lagi? Kita harus ke lokasi sekarang juga. Sebentar lagi syuting akan dimulai.”

Jong Suk melihat jam nya. Benar saja. Sejam lagi syuting mereka akan dimulai. “Kau benar hyung. Kajja… Ah, jangan katakan hal-hal aneh yang kau katakan tadi di depan para kru, hyung.”

“Itu tergantung situasi. Jadi kau harus selalu siaga jika tiba-tiba aku salah ucap.”

Hyung!!!”

 

x-x-x

 

Han Min Ja terlihat sibuk dengan bahan makanan yang baru saja dia beli di pasar. Tanpa sepengetahuan putrinya, dia pergi ke pasar seorang diri. Beberapa jenis sayuran, ayam yang sudah dipotong, bakso, tahu, dan berbagai macam bahan lainnya sudah terhidang di meja dapur. Dia sudah menentukan akan menghidangkan makanan apa nanti. Makanan Steamboat dengan soup tomyam atau soup kaldu ayam.

Dia menghubungi Seung Ri untuk menanyakan jam berapa mereka akan tiba dirumah. Seung Ri mengatakan akan tiba pukul delapan. Dia melihat jam masih menunjukkan pukul enam. Dia masih sempat memasak dan merapikan rumah tersebut. Setidaknya untuk merubah beberapa posisi barang yang ada disana.

Seung Ri dan Jung Soo tiba di apartement. Mereka disambut oleh Min Ja yang segera menghampiri Jung Soo. Dia memeluk pria itu dengan penuh senyuman.

Eomma. Anakmu disini. Kenapa malah memeluk dia?” protes Seung Ri.

Wae? Aku lebih menyukainya dibanding dirimu.”

Eomma!!!”

Gamsahamnida eomonim,” sahut Jung Soo. Dia memberi salam formal pada Min Ja.

Mereka duduk mengelilingi meja makan. Jung Soo makan dengan lahapnya. Rasanya sudah lama dia tidak menikmati makan seperti ini. Dia mengatakan akan mengajak ayah dan ibunya mengunjungi mereka di Mokpo.

“Apakah Seung Ri memiliki saudara eomonim?” tanya Jung Soo setelah mereka selesai makan. Seung Ri segera duduk disebelah Jung Soo setelah menghidangkan teh dan beberapa makanan ringan.

“Tidak. Dia putriku satu-satunya. Karena itu, eomma berharap dia bertemu dengan seseorang yang bisa menjaganya dengan sangat baik. Seseorang yang tidak akan pernah membuatnya menangis. Seseorang yang benar-benar bisa memimpin dia.” Wajah Min Ja terlihat berbeda. Wajah sendu dan terlihat menahan rindu. Selain itu, wajah itu juga menyembunyikan sesuatu. Hanya saja, mereka berdua tidak melihat hal itu.

“Jika diijinkan, aku akan mencoba segalanya agar dapat menjadi seseorang yang eommonim inginkan. Karena itu ijinkan aku selalu bersama dengan Seung Ri eomonim,” sahut Jung Soo penuh keyakinan.

“ Aku yakin kau akan bisa melakukannya Jung Soo-ssi. Jangan pernah membenci ataupun meninggalkan Seung Ri jika terjadi sesuatu kedepannya. Walaupun hal itu mengecewakanmu, jangan pernah meninggalkannya. Kau bisa berjanji padaku Jung Soo-ssi?”

Jung Soo memegang tangan Seung Ri dengan erat. Memandang wajahnya sekilas dan tersenyum. Kemudian kembali menatap Min Ja. Dia berjanji tidak akan meninggalkan Seung Ri walau dalam keadaan apapun. Sekalipun Seung Ri membuatnya kecewa, dia tidak akan meninggalkan Seung Ri.

Seung Ri mengantarkan Jung Soo hingga basement. Mereka bahkan tidak berbicara apapun. Jung Soo hanya menggenggam erat tangan Seung Ri.

“Aku pergi,” ucap Jung Soo setibanya di mobil. Seung Ri hanya tersenyum menyahuti ucapan Jung Soo. Dia melepaskan tangan Jung Soo.

“Seung Ri-ya,” panggil Jung Soo.

“Kau bisa mempercayaiku Seung Ri-ya. Apa yang kukatakan tadi berasal dari hatiku. Kau tahu bukan?”

Seung Ri hanya tersenyum. Dia meletakkan tangannya ke wajah Jung Soo. Jung Soo menghentikan tangan Seung Ri dan menatapnya tajam. Menariknya kedalam pelukannya kemudian menciumnya lembut. Hanya berlangsung sebentar. Dengan cepat Seung Ri mendorong tubuh Jung Soo dan berlari masuk ke dalam lift yang kebetulan terbuka saat itu.

Jung Soo mengambil ponselnya dan mengetikkan satu kata ‘Saranghae’ dan mengirimnya pada Seung Ri. Setelah itu dia meninggalkan tempat tersebut.

 

x-x-x

 

Jong Suk menghampiri Hanna yang sudah menunggunya dari tadi. Dia memang meminta Hanna untuk bertemu. Jam delapan malam di tepi sungai Han. Alasannya agar tidak ada yang melihat mereka berdua dan menyebarkan isu yang tidak jelas.

“Ada apa memintaku bertemu disini?” tanya Hanna.

Jong Suk memberikan satu kaleng bir yang dia bawa pada Hanna. Mereka berdua membuka minuman tersebut. Jong Suk tidak juga menjawab pertanyaan Hanna.

“Kau tidak menjawab pertanyaanku oppa?” ucap Hanna lagi.

“Kau, apakah kau benar-benar menyukaiku?” tanya Jong Suk. Dia memberanikan dirinya untuk menanyakan hal itu.

Wae? Apa kau juga menyukaiku?”

“Jawab saja. Tidak usah memberi pertanyaan yang tidak jelas seperti itu.”

“Baiklah. Aku benar-benar menyukaimu. Apa kau puas?”

“Walau aku sepupu In Sung hyung?”

“Ya. Aku sudah tahu semuanya dari In Sung oppa. Lagipula apa masalahnya jika kau sepupunya? Bukankah kalian bukan sepupu kandung?

“Hanna-ssi…”

“Hentikan!!! jika kau hanya mengatakan hal yang membuatku sakit hati, lebih baik jangan dilanjutkan.” Hanna mulai mengatakan hal-hal yang membuat dia tidak bisa mendengarkan apa yang dikatakan Jong Suk. Dia juga menutup telinganya dengan kedua tangannya.

“Ingin berkencan denganku?” tanya Jong Suk.

Hanna menghentikan ucapannya saat mendengar kata kencan keluar dari bibir Jong Suk. Dia menatap Jong Suk.

“Tidak ada siaran kedua. Aku pergi,” ucap Jong Suk.

Hanna menarik tangannya sebelum dia memasuki mobilnya. “Katakan sekali lagi,” pinta Hanna. Jong Suk menepis tangan Hanna yang menahan lengannya dan tersenyum. Dia memasuki mobilnya dan tersenyum setibanya didalam.

Oppa…” teriak Hanna.

Dia memasuki mobilnya dan segera menyusul Jong Suk. Dia dapat mendahului Jong Suk dan berhenti mendadak didepan mobil Jong Suk. Dia bergegas keluar. Demikian juga dengan Jong Suk.

“Apa kau mau mati?” teriak Jong Suk. Dia merasa marah dengan kelakuan Hanna barusan.

“Kenapa kau membuatku melakukan hal gila seperti ini? Kau tetap tidak mau mengatakan apa yang kau katakan tadi?” sahut Hanna tidak mau kalah.

“Aku tidak mengatakan apapun,” jawab Jong Suk dengan ketus.

“Kencan, apa kau bilang ingin berkencan denganku?”

“Apa? Apa aku mengatakan hal seperti itu?”

“Tentu saja. Ingin berkencan denganku…”

“Apa? Kau mengajakku berkencan? Wah, ternyata kau memiliki keberanian untuk mengatakannya,” potong Jong Suk sebelum Hanna menyelesaikan ucapannya.

Ania. Aku belum selesai berbicara,” sahut Hanna.

“Baiklah. Karena aku pria baik, aku akan menerima tawaranmu untuk berkencan. Jadi mulai sekarang kau dan aku berkencan. Ah, bisa singkirkan mobilmu itu? Aku harus lewat,” ucap Jong Suk. Dia membelai kepala Hanna dan masuk kedalam mobilnya.

Hanna menarik Jong Suk dan menutup pintu mobil tersebut.

“Apa lagi?” tanya Jong Suk.

“Lupakan tentang siapa yang mengatakan. Tapi, apa benar kau mau berkencan denganku?” tanya Hanna.

“Bukankah sudah kukatakan? Aku ini pria baik. Bagaimana mungkin aku menolak permintaan seorang wanita yang dengan berani mengatakan kencan denganku? Sekarang kembali kerumah dan istirahat. Sampai bertemu besok di lokasi syuting.” Jong Suk menyingkirkan tangan Hanna yang menutup pintu mobilnya. Dia mencium dahi Hanna sebelum dia memasuki mobilnya.

Hanna tersadar dengan perlakuan Jong Suk setelah pria itu pergi dari hadapannya. Dengan cepat dia memasuki mobilnya. Rasanya ini adalah mimpi. Dan tanpa sadar dia menuju rumah Seung Ri.

“Apa yang kulakukan disini?” gumamnya. Walau demikian, dia tetap melangkah menuju apartement Seung Ri. Dia membunyikan bel. Tidak lama Seung Ri membukakan pintu. Dia segera memeluk Seung Ri dan menangis.

Waeyo eonni?” tanya Seung Ri. Dia menepuk bahu Hanna. Hanna melepaskan pelukannya dan menyetujui ajakan Seung Ri untuk masuk. Mereka berdua duduk di ruang tamu. Seung Ri mengambil minuman dan memberikan pada Hanna.

“Ada apa eonnie? Ini pertama kalinya kau mengunjungiku,” ucap Seung Ri.

“Aku minta maaf Seung Ri-ya. Selama ini aku terlalu sinis padamu. Terlebih saat kau dan Jong Suk berteman dekat. Aku benar-benar minta maaf,” ucap Hanna.

“Lupakan hal itu eonnie. Tapi kenapa kau menangis?” tanya Hanna lagi.

“Jong Suk, dia mengatakan akan berkencan denganku.”

“Benarkah? Chukkae eonnie,” sahut Seung Ri. Dia kembali memeluk Hanna.

“Siapa Seung Ri-ya?” tanya Min Ja yang keluar dari dalam kamarnya.

“Dia temanku eomma. Hanna Lee,” sahut Seung Ri.

Min Ja mendekati mereka berdua. Hanna berdiri dan membungkuk memberi salam pada Min Ja. Min Ja memperhatikan Hanna secara detail. Tanpa sadar tangannya mulai terangkat menyentuh pipi kanan Hanna. Hanna hanya bisa diam dan tersenyum menerima perlakuan Min Ja.

Eomma. Ada apa?” tanya Hanna.

Min Ja menurunkan tangannya saat mendengar ucapan Seung Ri. Dia tersenyum. “Aku hanya ingin menyentuh wajahnya. Dia adalah model kesukaan eomma,” sahut Min Ja.

“Benarkah? Itu sebuah kehormatan untukku,” sahut Hanna. Dia kembali menunduk menunjukkan rasa terima kasihnya.

“Aku akan meninggalkan kalian berdua,” ucap Min Ja.

Arraseo eomma.”

 

x-x-x

 

Min Ja memasuki kamarnya. Dia memegangi tangannya yang tadi menyentuh pipi Hanna. Dia yakin kalau dia menemukannya. Tapi bagaimana dia harus menceritakan hal ini? Apakah Seung Ri bisa menerima? Dan jika gadis itu benar-benar yang dia cari, apakah dia bisa menerima keadaan ini?

Tidak dapat diingkari oleh Min Ja. Cepat atau lambat semua akan tahu kalau Seung Ri memiliki seorang saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan. Tapi dengan situasi ekonomi, dia harus meninggalkan kedua anaknya itu di panti asuhan. Dan dia yakin sudah menemukan seorang anaknya, Hanna Lee. Dia hanya perlu mencari putra tertuanya.

Min Ja mengeluarkan sebuah foto yang sudah usang. Berusia hampir 25 tahun. Didalam foto tersebut ada dirinya dan sang suami beserta kedua ank mereka. Yang paling besar berdiri memegang tangan ayahnya, sementara sang adik berada dalam gendongan ibunya. Dia bertekad dalam hatinya, kalau dia akan menemukan mereka sebelum dia kembali ke tempat asalnya.

 

x-x-x

 

In Sung menonton drama yang akan mereka tayangkan. Drama itu baru saja selesai di edit oleh bagian editing. Sejauh ini, dia masih merasa puas dengan pencapaiannya. Setidaknya, usahanya membawa Seung Ri tidak merugikannya. Popularitas Seung Ri bahkan semakin naik sejak hubungan asmaranya diketahui publik. Dia menjadi artis yang paling dicari oleh beberapa agensi yang ingin mengajaknya bergabung.

“Sutradara Jo, anda memang yang terbaik,” ucap salah satu kru setelah mereka selesai menonton.

“Tidak. Kalian yang terbaik. Semua sudah berusaha sebaik mungkin. Karena itu aku mengucapkan terima kasih,” jawab In Sung.

“Tapi, cerita yang anda buat benar-benar menarik. Mengapa bisa anda terpikir tentang hal itu?” tanya yang lain.

“Ah, itu adalah kejadian nyata. Jadi aku mencoba mengangkatnya menjadi drama. Ternyata hasilnya sebagus ini,” sahut In Sung.

“Benarkah? Apakah itu kisahmu Sutrada Jo?”

Ania. Itu hanyalah kisah yang diketahui oleh seseorang. Dia menceritakan padaku. Karena itu aku berinisiatif mengangkatnya ke dalam film,” sahut Jong Suk.

“Kalau begitu apa mereka sudah tahu kejadian sebenarnya?”

“Tentu saja belum. Walau mereka sudah berada dekat. Beberapa kejadian diantara mereka, aku angkat dalam drama ini. Selebihnya aku buat atas inisiatif sendiri.”

“Kisah nyata? Apa maksudmu hyung?” tanya Jung Soo.

“Jung Soo-ya, kau disana? Apa kau baru tiba?” tanya In Sung. Dia berdiri dan merangkul Jung Soo. Jung Soo menarik In Sung ke ruangan dimana tidak ada seorangpun disana. Dia harus mendapat penjelasan.

“Ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu?” tanya In Sung. Dia masih terlihat santai.

“Apa maksudmu kisah nyata hyung? Apa kau mengetahui sesuatu tentang aku?” sahut Jung Soo.

“Apa ini kisahmu? Kenapa kau semarah itu? Ini bahkan tidak ada kaitannya denganmu. Jadi jangan berpikiran yang aneh. Tunggu, apa kau juga mengalami hal seperti ini? Menikahi seseorang yang tidak kau kenal?” tanya In Sung. Dia memang mahir untuk membuat seseorang terpojok.

“Semua yang terjadi dalam drama ini, mayoritas sudah terjadi. Dan itu dialami sendiri olehku. Aku akan mengatakan padamu semuanya. Mulai dari pernikahan yang tidak kuketahui, pertemuanku dengan Seung Ri. Dia dilukai oleh penjahat. Wartawan mengetahui hubungan kami. Kejadian di Jeju. Konferensi pers, dan perihal kau dan Hanna adalah saudara kandung. Bukankah sangat aneh jika itu sebuah kebetulan?” selidik Jung Soo.

In Sung tertawa mendengar ucapan Jung Soo. Dia menepuk bahu Jung Soo. “Bukankah kukatakan ini kisah nyata? Kenapa kau mengatakan kebetulan?” sahut In Sung.

“Semuanya yang pernah aku alami. Apakah itu tidak aneh? Jadi katakan padaku hyung. Kau pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi,” jawab Jung Soo.

“Kau akan tahu nanti setelah drama ini selesai.” In Sung meninggalkan Jung Soo tanpa memberikan penjelasan apapun.

Jung Soo menarik tangan In Sung. Tampaknya dia tidak puas dengan perkataan In Sung barusan. Bukan itu yang dia inginkan sebagai penjelasan.

“Sudah kukatakan, aku akan menjelaskan setelah proyek film ini selesai. Jadi kerjakan saja dengan baik apa yang sudah menjadi tugasmu.” In Sung menghempaskan tangan Jung Soo dan meninggalkan tempat tersebut.

 

x-x-x

 

Hanna mengirimi Jung Soo pesan dan memintanya bertemu. Dia sudah menunggu Jung Soo ditempat dimana mereka berjanji. Tidak lama, Jung Soo tiba. Wajahnya tidak seperti biasanya. Terlihat tertekan.

“Ada apa dengan wajahmu?” tanya Hanna saat melihat wajah Jung Soo.

“Tidak ada. Jadi ada apa kau memintaku bertemu?” sahut Jung Soo.

“Baiklah. Ini mengenai Seung Ri. Bisa kau menceritakan segalanya tentang dia?”

Jung Soo terdiam. Dia berpikir. Apa maksud dan tujuan Hanna ingin mengetahui segala hal tentang Seung Ri.

“Aku hanya ingin tahu tentang dia. Aku merasa dia sangat dekat denganku. Jadi tolong beritahu aku oppa.”

“Apa kau akan memberitahu semua rahasia In Sung padaku?”

“Rahasia? Aku sama sekali tidak tahu rahasia tentang dia.”

“Kalau begitu aku tidak akan memberitahu apapun tentang Seung Ri padamu. Aku pergi.”

Oppa.”

“Beritahu aku alasan dan darimana In Sung hyung menulis naskah drama kali ini. Aku akan memberitahu apa yang ingin kau tahu tentang Seung Ri.”

Oppa.”

“Pikirkan. Jika kau setuju, kau bisa menghubungiku lagi.”

Hanna menarik tangan Jung Soo. Tapi keseimbangannya tidak terlalu bagus. Dia terjatuh dan tubuhnya berada sangat dekat dengan Hanna. Bahkan nyaris mencium Hanna.

“Apa yang kalian lakukan disini?” tegur seseorang. Mereka berdua mengenali suara itu. Dengan cepat mereka memperbaiki posisi mereka.

“Seung Ri-ya,” ucap Jung Soo.

“Apa yang terjadi disini?” tanya Seung Ri. Suara dibuat setenang mungkin. Tapi bisa diketahui kalau saat ini dia sedang tidak baik.

“Itu tidak seperti yang kau lihat Seung Ri-ya. Tadi aku hampir terjatuh. Jadi tidak sengaja hal itu terjadi,” jawab Jung Soo.

“Ah, benarkah? Maaf mengganggu. Aku hanya kebetulan berhenti saat melihat mobilmu di depan oppa. Kalau begitu aku pergi. Annyeong.” Seung Ri menninggalkan mereka berdua. Langkahnya yang cepat menunjukkan kalau dia berusaha menghindari mereka secepatnya.

Jung Soo mengejar Seung Ri untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Tapi gadis itu sudah meninggalkan tempat tersebut dengan mobilnya. Jung Soo segera meninggalkan tempat tersebut untuk mengejar Seung Ri. Dia berusaha mendahului mobil Seung Ri.

Dia berhasil mendahului mobil Seung Ri dan berhenti tepat didepan mobil Seung Ri. Seung Ri mengerem secara mendadak. Jung Soo keluar dari mobilnya dan membuka paksa mobil Seung Ri. Dia mengetuk-ngetuk kaca pintu mobil Seung Ri agar gadis itu membuka pintu mobilnya.

Tidak lama Seung Ri keluar dari dalam mobilnya. Matanya terlihat memerah. Jung Soo hanya bisa menatapnya.

“Apa kau mau mati? Kau bahkan belum mahir mengendarai mobil, tapi kau sudah mengendarainya dengan kecepatan seperti itu. Apa kau tidak menghargai hidupmu sendiri?” teriak Jung Soo. Dia menggoncang kedua bahu Seung Ri. Seung Ri hanya diam.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jung Soo. Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Seung Ri saat melihat air mata Seung Ri membasahi pipinya. Seung Ri menepis tangan Jung Soo.

“Apa kau marah?”

“Lupakan. Aku baik-baik saja. Bisa aku pergi?”

“Seung Ri-ya.”

Seung Ri memasuki mobilnya dan meninggalkan tempat tersebut. Dia bahkan tidak menatap Jung Soo saat akan meninggalkan tempat tersebut. Jung Soo hanya bisa merutuki apa yang barusan terjadi. Dia hanya bisa mengacak-acak rambutnya.

 

x-x-x

 

Hanna menemui In Sung di rumahnya. Tanpa basa-basi, dia menanyakan apa yang ditanyakan Jung Soo padanya.

“Apa yang dikatakan Jung Soo padamu?” tanya In Sung. Dia mengambil tempat di sofa yang ada di ruang tamu. Hanna mengikutinya dan duduk disebelah In Sung.

“Dia bertanya apa alasanmu membuat drama ini? Darimana kau mendapatkan naskah seperti itu? Kisah siapa yang kau angkat?” sahut Hanna.

“Apa kau juga penasaran dengan hal itu?” In Sung balik bertanya. Dia mengacak-acak rambut adiknya itu.

“Aku semakin tidak mengerti dengan jalan pikiranmu oppa. Mungkin apa yang mereka katakan tentangmu itu benar. Kau benar-benar orang dengan pikiran abstrak.”

“Benarkah? Menyenangkan sekali kalau akhirnya adikku menganggapku seperti itu. Itu berarti aku masih menguasai jalan pikiranku. Benar bukan?”

Oppa…”

In Sung meninggalkan Hanna untuk menyiapkan makan malam. Setidaknya ramen untuk mereka berdua. “Aku dengar kau dan Jong Suk sedang berkencan. Apakah itu benar?” tanya Jong Suk berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

Oppa. Tidak usah mengalihkan pembicaraan ini,” protes Hanna.

“Apakah aku tidak bisa menanyakan hal ini padamu? Bukankah kau adikku?”

“Baiklah. Terserah padamu. Aku tidak berniat menjawab ataupun bertanya apapun lagi padamu.”

Hanna meninggalkan tempat tersebut bahkan sebelum menyentuh ramen miliknya. Dia tidak akan mendapat apapun dari In Sung. Ada satu orang lagi yang mungkin tahu. Lee Jong Suk. Dia harus bertemu dengan Jong Suk.

In Sung memakan ramen buatannya sendiri. Dia menghubungi Seung Ri dan bertanya apakah gadis itu bisa menemuinya sekarang. Jam masih menunjukkan pukul sembilan malam. Tidak ada alasan bagi Seung Ri untuk menolak. Jadi dia akan datang memenuhi undangan In Sung.

Seung Ri tiba di kediaman In Sung. Matanya masih bengkak dan merah. In Sung hanya bisa menatapnya bingung. Tanpa berpikir panjang, Seung Ri memeluk In Sung dan menangis sejadi-jadinya.

“Ada apa Seung Ri-ya?” tanya In Sung. Dia menepuk-nepuk punggung Seung Ri untuk menenangkan gadis itu.

Mianhae oppa. Ada apa kau memanggilku kemari?” tanya Seung Ri setelah dia jauh lebih tenang.

“Apa kau baik-baik saja?” In Sung membawa Seung Ri masuk kedalam. Dia menyuguhkan air hangat pada Seung Ri beserta semangkuk ramen yang tadi dimasaknya. “Makanlah dahulu,” ujarnya.

Seung Ri memejamkan kedua matanya. Berpikir, apa yang ada di otaknya saat ini. Kenapa dia dengan mudah menyetujui permintaan In Sung untuk bertemu. Sementara, yang membuatnya menangis seperti ini adalah Hanna, adik In Sung sendiri. Tapi dia bahkan tidak bisa menolak permintaan In Sung. Entah apa alasannya. Apakah karena rasa terima kasihnya atas apa yang dilakukan In Sung selama ini padanya, atau alasan lain. Entahlah. Tapi menurutnya, In Sung memiliki tempat tersendiri di hatinya yang dia tidak tahu bagaimana menamakannya.

“Seung Ri-ya,” tegur In Sung lagi.

“Sepertinya aku harus pergi oppa,” sahut Seung Ri.

“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu Seung Ri-ya,” ujar In Sung sebelum Seung Ri meninggalkannya.

“Aku tahu kau sudah menikah,” ucap In Sung lagi saat Seung Ri tidak berbalik sama sekali. Dan kali ini Seung Ri menghentikan langkahnya.

“Kenapa? Kau terkejut mengapa aku mengetahuinya?” sahut In Sung.

“Apa maksudmu oppa? Menikah? Aku belum pernah menikah sama sekali,” jawab Seung Ri.

“Benarkah? Apakah aku perlu mengatakan hal yang paling inti untuk membuktikannya?”

Seung Ri sama sekali tidak menjawab. Dia tidak akan terjebak dengan In Sung. Pria itu tidak benar-benar mengetahuinya. Dia yakin akan hal itu.

“Park Jung Soo menarikmu saat pernikahan Cho Ahra. Dia mabuk berat dan meneriakkan nama Hanna. Aku benarkan?” ucap In Sung.

“Kau masih menyangkalnya Shin Seung Ri? Atau aku lebih baik memanggilmu Park Seung Ri?” ujar In Sung lagi saat Seung Ri tidak menjawab.

“Darimana kau tahu semuanya oppa?” tanya Seung Ri. Dia benar-benar sudah tidak bisa mengatakan apapun lagi. Saat ini yang bisa dia lakukan hanya mendengarkan In Sung.

“Apa sekarang kau penasaran?”

“Apakah itu alasanmu memintaku bermain di dramamu? Kau ingin membuat mereka berdua bersatu untuk membalas dendam padaku?” sahut Seung Ri. In Sung yang ada di depannya saat ini adalah orang yang sangat berbeda. Tatapan mata itu bukanlah In Sung yang hangat dan perhatian. Tapi Jo In Sung yang sedang bersiap untuk membalaskan dendamnya.

“Apa yang kau pikirkan saat ini? Apa kau pikir aku akan melakukan sesuatu yang buruk padamu?” tanya In Sung.

“Apa kau ingin menyatukan Hanna dengan Jung Soo lagi? Karena itu kau memanfaatkan aku?” tanya Seung Ri lagi.

Wae? Apa kau tidak akan menyerahkan Jung Soo pada Hanna walau aku yang memintanya?”

“Jika kau dalam posisiku, apa kau akan menyerahkannya begitu saja?”

“Tentu saja. Bukankah posisimu sedang tidak menguntungkan? Jika aku memberitahukan pada Jung Soo, apa kau kira dia akan bisa memaafkanmu? Dia akan menganggap kalau kau akan memanfaatkan dia. Dan setelah itu, kau tahu apa yang akan terjadi. Tanpa berpikir dia akan meninggalkanmu begitu saja. Bukankah dengan demikian dia akan kembali bersama Hanna?”

“Kau pria brengsek yang pernah aku temui Jo In Sung. Kau tahu, aku menyesal pernah mengenalmu.”

“Benarkah? Sebaiknya belajar dari hal ini gadis bodoh. Kau tidak boleh sembarangan menerima kebaikan orang yang baru kau kenal.”

“Apa maksudmu?”

In Sung tertawa saat melihat ekspresi Seung Ri yang menatapnya penuh amarah. Dia mengacak-acak rambut Seung Ri.

“Kau lihat wajahmu itu. Kau sangat lucu jika marah seperti itu. Tidak. Ketakutan. Kau sangat lucu jika ketakutan seperti itu Seung Ri-ya. Sudah duduk dan makan ramenmu. Itu sudah dingin,” ucap In Sung.

“Apa maksud semuanya itu In Sung-ssi.” Kali ini Seung Ri bicara dengan formal.

“Ada apa itu? Kau menganggapku orang lain sekarang? Baiklah. Apa kau pikir aku sejahat itu padamu? Bahkan jika Hanna meminta, aku tidak akan melakukannya. Hanna menyukai Jong Suk. Jadi kau tidak perlu takut. Dia tidak akan menganggu kekasihmu itu. Jadi kau bisa tenang sekarang bukan?”

“Katakan. Darimana kau tahu hal itu? Kau baru saja pulang dari Amerika.”

“Lee Jong Suk adalah saudara sepupuku. Apa kau tidak tahu? Dia melihat semua yang terjadi hari itu. Dimulai dari Jung Soo mabuk dan menarikmu menuju kapel hingga kau membawanya ke hotel. Dia melihat semuanya dan memberitahuku. Aku sudah lama memantau Jung Soo sejak aku tahu kalau Hanna adalah adikku. Aku menyelidiki semua orang yang berada di dekatnya. Itu sebabnya aku meminta pada manajer hotel agar kau yang menjemputku. Tidak susah mengajakmu bergabung denganku. Kau menyetujuinya tanpa curiga. Bahkan saat aku memberikan naskah yang tidak lain adalah kisahmu sendiri, kau tetap tidak curiga. Aku bisa melihat keterkejutanmu saat itu. Tapi kau dengan cepat menutupinya dan bertingkah normal seakan tidak terjadi apa-apa. Tapi tidak dengan Jung Soo. Dia jelas-jelas langsung menaruh curiga padaku.” Penjelasan In Sung belum membuat Seung Ri puas. Dia masih membutuhkan penjelasan yang lebih dari itu.

“Hal itu, hanya kami berdua yang tahu. Sebenarnya, tadi Jung Soo menemuiku. Kecurigaannya benar-benar kuat dan menanyakan padaku saat dia tanpa sengaja mendengarkan perkataanku pada para kru mengenai naskah. Dan sepertinya dia akan mencari tahu tentang hal ini. Jika kau belum siap ketahuan, sebaiknya berhati-hati. Tapi jika sebaliknya, aku akan dengan sukarela mengatakannya pada Jung Soo,” ucap In Sung. Dia mengerti apa yang diketahui Seung Ri lebih lanjut. Jawaban In Sung bisa membuatnya bernapas lega. Setidaknya untuk saat ini.

“Apa sekarang kau puas?” tanya In Sung.

“Hm. Gomawo oppa,” jawab Seung Ri. Senyuman kecil mulai mengembang di wajahnya. Dia memulai memakan ramen yang ada di depannya.

“Aku akan mengatrakanmu pulang atau aku minta Jung Soo yang menjemputmu kemari?”

“Tidak perlu. Aku sedang marah padanya sekarang. Aku bisa pulang sendiri.”

“Benarkah? Aku sudah mengirimkan pesan agar segera menjemputmu disini.”

Oppa.”

Mianhae. Jadi sebaiknya tunggu saja dia disini. Jangan pernah berpikir kau bisa pulang jika tidak bersama dia.”

 

x-x-x

 

Jung Soo membuka pesan dari In Sung. Dengan cepat dia menuju kesana. Tidak sampai setengah jam, dia sudah berdiri di depan pintu apartement In Sung. Tidak lama, In Sung membuka pintu setelah dia membunyikan bel berkali-kali

“Wah, apa kau mengemudi dengan kecepatan tinggi? Tidak sampai setengah jam, kau sudah disini,” ucap In Sung.

“Seung Ri. Dimana dia hyung?” tanya Jung Soo.

“Aku tidak bisa menahannya disini. Dia sudah pulang,” jawab In Sung.

“Jam segini? Sendirian? Apa kau gila hyung? Dia seorang wanita. Kau membiarkannya pulang sendiri? Apa kau bercanda hyung?”

“Seung Ri-ya… Kau lihat? Dia sangat mengkhawatirkanmu. Apa aku tetap tidak mengijinkannya bertemu denganmu?” teriak In Sung.

Seung Ri keluar dari rumah In Sung dan menatap pria itu tajam. In Sung hanya menelungkupkan kedua tangannya pertanda meminta maaf. Tapi senyuman diwajahnya menunjukkan kalau dia memang sengaja melakukannya.

“Apa kau akan diam saja disana? Bukankah ingin mengantarkanku pulang?” teriak Seung Ri saat Jung Soo masih berdiri ditempatnya saat dia sudah melangkah keluar dari dalam rumah In Sung.

In Sung memberi tanda agar Jung Soo menuruti apa yang dikatakan Seung Ri jika tidak ingin gadis itu marah lagi.

Gomawo hyung,” ucap Jung Soo setengah berbisik. Dia berlari dan merangkul bahu Seung Ri saat gadis itu berada di sampingnya.

Seung Ri menghempaskan tangan Jung Soo dan masuk kedalam mobil tanpa mengatakan apapun.

Mianhae. Seharusnya aku tidak melakukan hal itu,” ucap Jung Soo setibanya didalam mobil. Dia memandangkan wajahnya kesegala arah. Tidak berani menatap gadis itu. Sementara tangannya mengenggam stir dengan erat. Terlihat dari urat tangannya yang muncul.

“Buat apa?” tanya Seung Ri.

“Seharusnya aku mengatakan padamu terlebih dahulu kalau aku akan bertemu dengan Hanna. Jadi tidak akan terjadi hal seperti ini,” sahut Jung Soo.

“Lupakan. Aku malas membahasnya. Antarkan saja aku pulang. Bangunkan aku setelah tiba disana,” jawab Seung Ri cuek. Dia mengenakan sabuk pengamannya dan menyandarkan kepalanya di jok kemudian memejamkan kedua matanya.

“Kau akan membiarkanku mengemudi sendiri? Baiklah. Tapi aku akan memegang tanganmu sepanjang perjalanan.” Jung Soo menghidupkan mobil dan memegang tangan Seung Ri.

Oppa, bisa aku bertanya satu hal padamu?” tanya Seung Ri.

“Tanyakan saja. Aku akan menjawab semuanya untukmu.”

“Tidak usah menggodaku. Atau aku akan kembali marah.”

“Apa aku menggodamu? Haish, harus bagaimana bicara denganmu? Aku menjawab dengan baik, kau katakan menggodamu. Kalau aku menjawab dengan cuek, kau katakan aku tidak peduli. Benar-benar membuat frustasi. Kenapa wanita selalu seperti ini?” teriak Jung Soo.

“Kau tidak suka? Oke. Hentikan mobilnya dan turunkan aku,” sahut Seung Ri ketus.

“Kau mau mati? Kau pikir jam berapa sekarang? Kau itu seorang wanita Seung Ri-ya.”

“Benar, wanita yang selalu dirutuk oleh kekasihnya.”

Arraseo, mian. Itu tidak akan terjadi lagi,” jawab Jung Soo. Dia lebih baik mengalah daripada memperburuk suasana. Seung Ri adalah tipe orang yang keras kepala. Akan jadi masalah untuknya jika dia melawan Seung Ri saat ini.

Jika dia benar-benar menurunkan Seung Ri, bisa jadi Seung Ri akan berjalan atau naik angkutan umum. Bagaimana jika orang-orang melihatnya? Dia akan kena imbasnya juga. Park Jung Soo bukanlah tipe pria sejati. Dan image itu akan bertahan hingga beberapa bulan kedepan. Jika itu terjadi, kerugian akan menimpanya dan juga karirnya.

“Jadi apa yang akan kau tanyakan tadi?” tanya Jung Soo saat Seung Ri hanya memalingkan wajahnya.

“Lupakan. Aku tidak akan bertanya lagi padamu,” sahut Seung Ri.

Arraseo. Kita hampir tiba,” ujar Jung Soo.

Setibanya di parkiran, Seung Ri keluar dari dalam mobil tanpa mengucapkan apapun pada Jung Soo. Bahkan tidak menoleh sedikitpun. Jung Soo hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bisa dikatakan, dia lebih parah dibandingkan Hanna. Apakah mungkin ini hukuman untuknya karena dulu dia selalu mengabaikan Hanna. Dan sekarang, disaat dia benar-benar menyukai seorang gadis, dia selalu diacuhkan oleh gadis itu.

“Shin Seung Ri, kau benar-benar keras kepala. Tapi itu yang membuat aku selalu ingin berada di dekatmu. Bertengkar denganmu sudah menjadi kebiasaan untukku. Mimpi indah sayangku,” ucap Jung Soo. Dia meninggalkan tempat tersebut dengan senyuman di wajahnya.

 

x-x-x

 

Seung Ri melihat jam yang berada di meja di samping tempat tidurnya. Masih jam delapan pagi. Tapi siapa yang membunyikan bel rumahnya pagi-pagi seperti ini? Dia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu. Tanpa melihat siapa terlebih dahulu, dia membukakan pintu. Hanna berdiri di depan rumahnya.

Eonnie, ada apa pagi-pagi seperti ini?” tanya Seung Ri.

Mianhae Seung Ri-ya. Aku menganggumu pagi-pagi seperti ini. Hanya saja, entah kenapa aku melangkah kemari. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku bisa melangkah kemari lagi,” jawab Hanna.

“Masuklah. Diluar. Aku akan membuatkan minuman hangat untukmu,” ucap Seung Ri.

“Masalah semalam, aku benar-benar minta maaf Seung Ri-ya. Itu tidak seperti yang kau lihat. Aku menarik tangan Jung Soo saat itu. Tapi ternyata dia terjatuh,” ucap Hanna sebelum dia masuk kedalam.

Gwencana eonnie. Aku melihat semua kejadiannya. Hanya saja aku ingin membuat Jung Soo oppa merasa bersalah. Mungkin untuk mengerjainya,” ucap Seung Ri sambil tertawa.

“Kau… Kau benar-benar melakukan hal gila seperti itu? Tapi kau tahu, wajah Jung Soo sangat pucat saat itu. Dia benar-benar takut kalau kau benar-benar marah,” ucap Hanna.

“Kita lanjutkan pembicaraan kita didalam eonnie,” ucap Seung Ri sambil mempersilahkan Hanna masuk.

Hanna duduk di sofa yang ada diruang tamu sambil menunggu Seung Ri mencuci muka dan membawakan minuman hangat untuknya. Dia melihat foto-foto Seung Ri yang tersusun rapi di lemari dan dinding. Dia melihat satu foto dimana Seung Ri berfoto dengan kedua orang tuanya.

“Hanna-ssi, kau disini? Ada apa pagi-pagi seperti ini?” tanya Min Ja yang baru saja pulang berbelanja.

Ahjumma, Annyeong haseo,” sapa Hanna. Dia menunduk memberikan salam untuk wanita itu. Min Ja mempersilahkan Hanna duduk dan mengatakan akan membuatkan teh. Hanna menolak dengan alasan kalau Seung Ri sudah membuatkannya. Dia hanya sedang mencuci mukanya saja.

Hanna memperhatikan wanita yang ada didepannya sekarang. Wajahnya selalu tersenyum setiap kali Hanna melirik kearahnya. Tapi hal itu membuatnya sangat nyaman. Selain itu, jika dilihat, mereka seperti memiliki kemiripan di mata mereka. Tidak hanya mereka. Seung Ri juga. Mereka bertiga memiliki mata yang sama indahnya.

Eomma. Sudah pulang? Kenapa tidak membangunkanku dan mengajakku?” ujar Seung Ri. Dia mencium pipi Min Ja dengan manja. Kemudian memberikan minuman yang dipegangnya pada Hanna. “Jangan memasak jika tidak denganku,” teriak Seung Ri.

Arraseo,” jawab Min Ja.

“Kau sangat dekat dengan ibumu,” ucap Hanna.

“Tentu saja. Dia ibuku. Apa eonni tidak dekat dengan ibumu?” tanya Seung Ri.

“Kami sangat dekat. Hanya saja, aku merasa kalau kedekatan kalian berbeda dengan kedekatan kami,” jawab Hanna.

“Ah, benar. Beliau bukan ibu kandung eonnie. Mungkin akan berbeda jika dengan ibu kandungmu sendiri eonnie,” sahut Seung Ri.

“Lupakan. Lagipula dia tidak menginginkan kami. Karena itu dia membuang kami,” jawab Hanna.

“Itu tidak benar Hanna-ssi,” ucap Min Ja yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka berdua.

EommaAhjumma…” ucap Seung Ri dan Hanna bersamaan.

“Seorang ibu tidak akan pernah membuang anaknya. Mungkin saat itu ibumu memiliki alasan mengapa dia harus melakukan hal itu. Karena itu kau tidak harus marah dengannya Hanna-ya,” jawab Min Ja.

“Aku tidak yakin ahjumma. Akan menyenangkan jika aku memiliki eomma seperti ahjumma. Ah, Seung Ri benar-benar beruntung memiliki eomma seperti anda,” ucap Hanna

“Kau bisa menganggap aku ibumu jika kau menginginkannya,” sahut Min Ja bersemangat. “Kau tidak masalah dengan hal ini kan Seung Ri-ya?” tanya Min Ja lagi.

“Eum, ne eomma… Tapi apa Hanna eonnie tidak keberatan?” tanya Seung Ri. Dia sebenarnya bingung dengan ibunya hari ini. Tidak biasanya dia bertingkah seperti itu.

“Benarkah? Apa aku bisa memanggil anda dengan sebutan eomonim?” tanya Hanna.

Gwencana eonnie. Sangat menyenangkan jika itu adalah kenyataan,” jawab Seung Ri.

Gomawo Seung Ri-ya,” ucap Hanna. Dia memeluk Seung Ri dengan senyuman gembira.

 

x-x-x

 

Hyung!!!” teriak Jong Suk saat Jung Soo tidak menyapanya. Jung Soo menoleh dan melambaikan tangannya saat melihat Jong Suk. Saat itu dia memang tidak melihat Jong Suk. Dia terlihat sibuk dengan semua pikirannya.

“Apa kau tidak melihatku hyung? Kau bahkan tidak menegurku,” ucap Jong Suk.

Mianhae. Ada apa?” tanya Jung Soo.

Gwencana. Lanjutkan saja hyung. Kita bisa bicara lain kali,” ucap Jong Suk.

Jung Soo menepuk bahu Jong Suk sebelum dia meninggalkan tempat tersebut. Dia sedikit berlari menuju basement hotel Dibs.

Jong Suk melanjutkan langkahnya menuju restoran dimana dia biasa makan jika berada di hotel itu. Restoran eksklusif yang disediakan hanya untuk para kalangan atas dan publik figure. Dia melihat kesekitar untuk menemukan Hanna. Dia mengambil tempat saat tidak menemukan Hanna disana. Tidak biasanya Hanna seperti ini. Dia adalah gadis yang selalu tepat waktu jika akan bertemu dengannya.

Eoddiya?” tanya Jong Suk saat Hanna sudah mengangkat ponselnya.

“Apa yang kau lakukan di rumah Seung Ri hingga bisa melupakan janjimu padaku?” tanya Jong Suk saat gadis itu menjawab dimana dia berada sekarang.

“Baiklah. Aku akan segera kesana. Jangan pergi kemana-mana sampai aku datang. Arraseo???”

Jong Suk menutup ponselnya dan meninggalkan tempat tersebut. Dia melihat Jung Soo keluar bersama seorang pria dengan setelan jas lengkap. Dia tidak mengenali siapa pria itu. Tapi jika dilihat dari penampilannya, dia adalah seorang detektif.

“Apa yang kau lakukan disini hyung?” tegur Jong Suk setelah pria itu pergi.

“Jong Suk-ah, kau masih disini?”

“Hm. Aku akan kerumah Seung Ri. Hanna berada disana. Kau ingin pergi bersama denganku?” tanya Jong Suk.

“Hm. Sepertinya tidak bisa. Aku harus latihan dengan ‘High Skul’ untuk konser minggu depan.”

“Baiklah. Kalau begitu aku jalan dulu hyung.”

“Hm.”

Jong Suk meninggalkan Jung Soo dengan sejuta pertanyaan di kepalanya. Tapi untuk saat ini dia harus mengabaikannya dulu.

Jong Suk tiba di apartemen Seung Ri dan membunyikan bel berkali-kali. Tidak lama Seung Ri membukakan pintu untuknya.

“Tidak bisakah sedikit bersabar?” Seung Ri terlihat kesal dengan perlakuan Jong Suk barusan. Tapi pria itu hanya terstawa kecil dan memasuki rumah tanpa disuruh masuk oleh Seung Ri.

Annyeong Haseo ahjumma,” sapa Jong Suk saat melihat Min Ja sedang asik memotong sayuran bersama Hanna.

“Kau sudah tiba?” tegur Hanna. Tawanya tidak pernah lepas dari wajahnya sedari tadi.

“Kau tidak ingin ikut bergabung dengan kami? Bukankah dulu kau pernah melakukan hal yang lebih buruk dari ini?” ucap Seung Ri. Terdengar seperti menggoda Jong Suk.

“Seung Ri-ya… Sebaiknya jangan mengungkit hal itu disni. Kau tahu kalau saat itu aku sangat terpaksa melakukannya.” Jong Suk membela diri.

“Cih.. Benarkah? Aku merasa kau menikmatinya. Buktinya, saat sunbae menyuruhmu kau mengerjakannya tanpa protes sedikitpun,” jawab Seung Ri.

“Itu… Itu karena temanmu sangat menakutkan. Dengan tubuh besar seperti itu, apa kau kira aku tidak takut? Bagaimana jika dia memukulku karena aku melawan? Bisa jadi tulang-tulangku akan patah semua,” sahut Jong Suk.

“Benarkah?? Tapi…”

“Sudahlah. Tadi aku bertemu Jung Soo hyung sebelum kemari,” ucap Jong Suk sebelum Seung Ri melanjutkan ucapannya.

“Benarkah? Jadi dimana dia? Apa dia ikut bersamamu?” tanya Seung Ri. Dia melihat kearah pintu. Tapi tidak ada seorangpun yang masuk.

“Ah itu. Dia harus latihan dengan ‘High Skul’. Jadi dia tidak bisa ikut denganku.”

“Ah. Benar. Dia juga sudah memberitahuku. Dia sangat sibuk belakangan ini. Setelah latihan, dia harus segera melanjutkan syuting.”

“Ya… Hentikan akting melodrama mu itu. Membuatku muak saja,” ucap Jong Suk.

“YAA!!!”

“Hentikan…”

Arraseo. Tapi apa yang sedang kalian buat? Apakah sesuatu yang lezat?” tanya Jong Suk. Dia berjalan kearah dapur dimana Hanna dan Seung Ri memasak.

“JANGAN SENTUH!!!” terika Hanna bersamaan dengan Seung Ri saat Jong Suk akan menyentuh strawberry coklat yang baru saja mereke dinginkan.

Jong Suk hanya bisa memandangi mereka berdua. “Kenapa?” tanyanya.

“Itu untuk Jung Soo oppa. Jadi jangan pernah menyentuhnya atau kau akan mati,” ancam Seung Ri.

“Ah. Ternyata dia. Hanna-ya, apa kau tidak membuatkan sesuatu untukku? Aku sedikit cemburu saat kau membantu Seung Ri untuk membuat makanan seperti ini. Aku juga menginginkannya.” Jong Suk mengerutkan wajahnya. Saat ini dia terlihat seperti anak kecil yang tidak mendapatkan permen yang dia inginkan.

“Kau sangat lucu, nak. Ahjumma akan membuatkan sesuatu untukmu. Katakan saja apa yang kau inginkan. Akan ahjumma buatkan untukmu,” sahut Min Ja.

“Benarkah? Gomawo ahjumma. Kalian lihat? Ahjumma lebih pengertian dibandingkan kalian berdua. Aku mnginginkan pancake ahjumma,” sahut Jong Suk.

“Benarkah? Sebenarnya, pancake buatan Seung Ri adalah yang terbaik. Tapi karena dia tidak mau membuatkannya, aku akan melakukannya untukmu. Tunggu disana. Jika mereka ada disini, jangan pernah menyentuh dapur. Atau Seung Ri akan menelanmu nantinya,” ucap Min Ja.

“Baiklah. Aku akan menunggu di ruang makan. Gomawo ahjumma.”

Jong Suk meninggalkan mereka bertiga dengan senyuman mengejek yang ditujukannya pada Hanna dan Seung Ri. Dia mengambil ponselnya setibanya di ruang tamu. Dia teringat mengenai Jung Soo tadi. Kelakuannya sangat mencurigakan. Dia menghubungi seseorang yang bisa dia mintai tolong untuk mencari tahu apa yang direncakan Jung Soo

“Seung Ri-ya, kurasa aku harus pergi sekarang. Ada yang harus aku kerjakan. Ini sangat mendadak,” ucap Jong Suk setelah dia menyimpan ponselnya.

Wae? Bukankah hari ini kau tidak ada jadwal?” tanya Hanna.

“Benar. Tapi ini benar-benar mendesak. Mianhae. Ahjumma, aku harus pergi. Maaf merepotkanmu dengan memasak pancake. Tapi aku harus benar-benar pergi,” ujar Jong Suk.

“Baiklah. Hati-hati di jalan.”

Jong Suk tiba di apartement In Sung. Pria itu sudah menunggunya di lobby dan segera berangkat saat melihat Jong Suk. Mereka harus menghentikan usaha Jung Soo untuk mencari tahu keadaan yang sebenarnya.

“Tunggu. Kenapa kita harus menghentikannya? Bukankah kau juga menginginkan Jung Soo mengetahui kebenarannya? Kenapa sekarang kau berusaha menutupinya?” tanya In Sung. Saat ini dia tidak setuju dengan Jong Suk. Jung Soo harus tahu keadaan yang sebenarnya. Lebih cepat lebih baik.

Jong Suk menggeleng. Dia tahu bagaimana marahnya Jung Soo jika dia tahu mereka semua membohonginya selama ini. Dan itu mengakibatnya Seung Ri terluka. Saat ini dia ingin menjaga Seung Ri bukan sebagai seorang wanita yang dia sukai. Tapi sebagai seorang saudara laki-laki terhadap adiknya.

“Tidak Jong Suk-ah. Ini saatnya Jung Soo tahu kebenarannya. Jangan pernah mencoba menghalangi usahanya. Setidaknya, dia tidak terlalu terkejut mengetahui kita tahu hal ini,” sahut In Sung.

Hyung…

“Bukankah tadi kau bersama Hanna dan Seung Ri? Apa aku bisa ikut bergabung dengan kalian?”

“Lupakan. Lebih baik kita minum saja.”

Arraseo.”

 

x-x-x

 

Seung Ri tiba di apartemen Jung Soo. Dia disambut oleh teman-teman Jung Soo. Hari ini adalah hari libur mereka. Tidak ada latihan ataupun acara lain yang melelahkan. Seung Ri memberikan makanan yang dia bawa pada mereka.

“Wah, kau sungguh perhatian pada kami Seung Ri-ssi,” ucap Siwon.

“Anggap saja ini suap agar aku bisa bermain dengan kami,” ucap Seung Ri dengan nada bercanda. Mereka tertawa mendengar jawaban Seung Ri.

“Oh… Hyung, kau tidak mendapat bagian. Dia bilang ini adalah sogokan agar bisa bermain dengan kami. Jadi kau tidak memiliki bagian disini,” ucap Kangin.

“Terserah. Habiskan saja semua. Jika aku menginginkannya, aku bisa saja meminta agar dibuatkan olehnya. Kita harus pergi dari sini Seung Ri-ya. Atau kau akan ikut gila seperti mereka,” ucap Jung Soo. Dia menarik tangan Seung Ri agar meninggalkan tempat tersebut.

“Kita mau kemana oppa?” tanya Seung Ri setibanya di mobil.

Jung Soo tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. Tidak banyak pembicaraan sepanjang perjalanan. Mereka asik dengan kegiatan mereka masing-masing. Jung Soo fokus mengendarai mobil, Seung Ri sibuk dengan game di ponselnya. Sesekali dia memukul jok mobil saat dia kalah.

Jung Soo hanya tertawa melihat tingkah kekasihnya itu. Tapi tetap saja dia tidak mengatakan apapun. Seung Ri sadar diperhatikan menghentikan aktivitasnya.

“Ada yang lucu?” tanya Seung Ri.

“Tentu saja. Wajahmu sangat lucu saat kau kalah,” sahut Jung Soo.

Oppa…”

“Hentikan. Apakah permainanmu itu jauh lebih menarik dibandingkan aku? Aku lelah mengendarai mobil. Jadi setidaknya kau melakukan sesuatu untuk menghiburku,” sahut Jung Soo

Shireo.”

Jinja?”

“Hm.”

Arraseo. Lanjutkan saja permainanmu. Tidak usah memperdulikanku.”

Seung Ri tertawa melihat raut wajah Jung Soo. Sangat menggemaskan jika melihat pria itu merajuk seperti itu. Seung Ri mendekatkan wajahnya pada Jung Soo dan mencubit pipi pria itu pelan.

Appo,” ucap Jung Soo.

Jinja? Sepertinya itu hadiah yang pantas karena membuatku menghentikan gameku.”

Ige mwoya? Seharusnya aku yang memberimu hukuman karena mengabaikanku.”

“Ah, dari tadi oppa belum menjawab pertanyaanku. Kemana tujuan kita hari ini?”

“Menemui seseorang yang aku mintai tolong untuk mencari wanita itu,” sahut Jung Soo.

“Wanita itu?”

“Wanita yang kunikahi saat aku tidak sadar.”

Seung Ri hanya bisa tertegun mendengar jawaban Jung Soo. Bagaimana jika Jung Soo mengetahuinya? Apakah dia bisa menghindari amarah pria itu? Bagaimanapun juga, dia harus membatalkan niat Jung Soo untuk pergi sekarang. Dia mengepalkan tangannya yang mulai basah karena keringatnya.

Waeyo?” tanya Jung Soo saat melihat perubahan wajah Seung Ri. Dia terlihat pucat dan berkeringat.

“Apa kau sakit? Dimana yang sakit Seung Ri-ya?” tanya Jung Soo. Dia menepikan mobilnya dan memeriksa dahi Seung Ri. Tubuhnya sangat dingin.

“Seung Ri-ya. Gwencana?”

Jung Soo membuka jaket yang dia kenakan dan menyelimutkan ke tubuh gadis itu. Dia bersiap untuk memutar balik mobilnya. Seung Ri menahan tangannya dan tersenyum. Dia meminta agar mereka melanjutkan perjalanan mereka. Jung Soo tidak menyetujuinya. Tapi melihat Seung Ri berangsur membaik, dia menyetujui permintaan Seung Ri dan melanjutkan perjalanan.

“Apa itu tadi? Kenapa tiba-tiba seperti itu?” tanya Jung Soo.

Gwencana. Itu biasa terjadi jika perjalanan jauh,” sahut Seung Ri.

Mianhae. Aku bahkan tidak tahu hal itu. Tahu begitu, aku akan mengajakmu ke tempat bermain terdekat saja,” ucap Jung Soo.

“Bukankah kau katakan akan menemui seseorang yang kau mintai tolong untuk mencari wanita itu?” sahut Seung Ri.perhatian padaku

Ania. Aku hanya bercanda. Untuk apa aku mencari seseorang yang bahkan tidak bisa kulihat sementara aku memiliki dirimu yang sangat perhatian?”

“Benarkah? Kau tidak akan mencari tahu tentang dia?”

“Hm.”

“Kalau begitu kenapa kita tidak menikah saja oppa?”

Jung Soo menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Beruntung tidak ada mobil dibelakangnya. Jika tidak, mungkin saja akan terjadi kecelakaan. Jung Soo menatap Seung Ri. Gadis itu hanya mengangguk seolah menjawab pertanyaannya tentang keseriusan ucapan gadis itu.

“Tapi ini terlalu tiba-tiba Seung Ri-ya,” sahut Jung Soo.

“Benarkah? Baiklah. Lupakan apa yang kukatakan barusan. Bisa kita lanjutkan perjalanan kita? Jika polisi lalu lintas melihat, kita akan kena sanksi nantinya.”

Jung Soo kembali menjalankan mobilnya tanpa mempertanyakan lagi pada Seung Ri. Dia menangkap sesuatu yang aneh dari gadis itu hari ini. Disaat dia mengatakan kalau dia akan mencari tahu wanita itu, dia mendadak pucat dan kedinginan seperti tadi. Dan sekarang dia meminta agar segera menikah.

Jung Soo masih ingat saat Seung Ri mengatakan tidak akan menikah dalam waktu dekat. Dia masih ingin melanjutkan sekolah dan karirnya. Itulah alasan mengapa Jung Soo tidak mengatakannya meski dia sangat ingin menikahi Seung Ri. Dia akan menunggu hingga Seung Ri benar-benar bersedia.

“Ada apa denganmu?” tanya Jung Soo.

“Aku hanya takut kau akan meninggalkanku saat tahu siapa wanita itu,” jawab Seung Ri.

Jung Soo tertawa mendengar ucapan Seung Ri. Bagaimana mungkin dia khawatir dengan hal itu. Dia jelas tahu betul kalau dia tidak akan pernah memaafkan wanita itu. Terlebih jika dia tahu kalau In Sung ada dibalik semua ini. Dia benar-benar tidak akan memaafkan mereka.

“Baiklah. Jika kau tidak mau memenuhi permintaanku, turunkan saja aku oppa. Kita akhiri semuanya disini,” ucap Seung Ri.

“Yaa… Kenapa bicaramu seperti itu?

“Sekarang putuskan oppa.”

“Baiklah. Kita akan menikah. Tapi tidak sekarang. Kita butuh persiapan untuk pernikahan dan itu akan memakan waktu lama untu pernikahan sempurna yang kau inginkan selama ini,” sahut Jung Soo.

“Bukankah hanya perlu pemberkatan saja? Kenapa harus memikirkan hal yang sulit saat ini? Jika aku tidak salah, didekat sini ada tempat yang tepat untuk pemberkatan kita.”

“Seung Ri-ya…”

Seung Ri menunjukkan wajah kecewa saat Jung Soo tidak menyetujui keinginannya. Dia memalingkan wajahnya dan fokus dengan pemandangan diluar mobil.

“Baiklah kalau itu maumu. Kita akan menikah hari ini juga.”

Jung Soo memutar mobilnya. Mereka sudah melewati gereja yang dimaksud oleh Seung Ri. Mereka menghampiri pendeta yang saat itu sedang melakukan doa permohonan.

“Ada tujuan apa kalian berdua kemari?” tanya pria itu.

“Bisakah anda menikahkan kami sekarang?” sahut Jung Soo.

“Apakah kalian yakin? Bukankah itu sangat mendadak? Kalian bahkan tidak membawa orang tua kalian yang akan menjadi saksi. Selain itu banyak hal yang harus dilakukan sebelum pernikahan,” jawab sang pendeta.

“Apa saja yang diperlukan selain saksi? Aku akan meminta beberapa orang untuk menjadi saksi pernikahan ini.”

“Kau harus memiliki cincin.”

“Aku memilikinya. Jadi bisa anda nikahkan kami?”

“Baiklah. Aku akan siapkan prosesinya selagi anda menunggu orang yang akan menjadi saksi.”

Jung Soo berlari keluar gereja untuk meminta bantuan siapa saja yang akan menjadi saksi pernikahan mereka. Walau dengan terpaksa, dia harus tetap melakukan hal ini. Tidak lama dia kembali dengan beberapa orang penduduk setempat yang bersedia menjadi saksi pernikahannya.

Dan sekarang, mereka berdua sudah berdiri di hadapan pendeta. Pria paruh baya itu meletakkan tangannya diatas kepala mereka berdua dan menyatakan mereka sebagai pasangan suami istri setelah mereka mengenakan cincin yang dibawa oleh Jung Soo. Dia mencium dahi Seung Ri dan memeluk gadis itu yang kini sudah menjadi istrinya.

“Apa kalian akan pergi berbulan madu sekarang?” tanya pendeta itu saat mereka akan meninggalkan tempat tersebut.

“Sepertinya iya ahjussi. Gomawo. Berkat anda kami bisa menikah walau dalam keadaan mendadak seperti ini,” ucap Jung Soo.

“Tidak masalah. Aku sangat senang bisa membantu kalian. Selamat jalan. Berhati-hatilah selama perjalanan.”

Arraseo. Kami pergi.”

Jung Soo meletakkan tangannya diatas bahu Seung Ri sepanjang jalan menuju mobil. Dia membukakan pintu mobil. “Dan sekarang, apa kita perlu pergi berbulan madu seperti yang dikatakan pendeta itu?” tanya Jung Soo.

“Tidak perlu. Aku hanya menginginkan hubungan yang tidak akan pernah bisa kau tinggalkan. Jika kau mau, kita pulang saja oppa.”

“Itu tidak adil. Aku sudah menuruti keinginanmu. Sekarang giliranmu menuruti apa yang menjadi keinginanku. Aku akan mengatakan pada eomonim kalau kau tidak pulang malam ini.”

“Tapi oppa…”

“Ah. Mungkin terlihat tidak sopan. Mungkin sekarang kita pulang dan mengatakan yang sebenarnya pada eomonim. Jadi aku bisa membawamu kemanapun. Setuju?”

Seung Ri hanya mengangguk dengan senyuman tipis di wajahnya.

 

x-x-x

 

Mwo? Apa kau sadar hyung?” teriak Donghae saat mendengar pemberitahuan dari Jung Soo. Dia mengatakan kalau dia dan Seung Ri sudah menikah dan akan pergi. Dia meminta agar mereka merahasiakan hal ini dari siapapun, termasuk manajer mereka.

“Aku sangat sadar Donghae-ya,” jawab Jung Soo.

Hyung… Apa kau lupa pernikahan sebelumnya? Kau masih berstatus suami saat ini. Bagaimana mungkin kau menikah dengan Seung Ri tanpa bercerai atau ijin dari istrimu yang pertama?”

“Aku sudah meminta seseorang untuk mencari tahu siapa dia. Segera setelah menemukannya, aku akan segera berpisah darinya. Pernikahan kami tidak tercatat secara hukum. Jadi jika aku mengatakan berpisah, itu artinya kami benar-benar berpisah.”

“Apa kau yakin hyung?”

“Tentu saja. Aku harus bertemu dengan ibu Seung Ri. Jadi aku tutup dulu.”

Donghae mematikan ponselnya. Para member sudah berkumpul menanti penjelasan dari Donghae. Mereka tidak mengira kalau Jung Soo akan bertindak sejauh ini. Menurut mereka, Jung Soo benar-benar sudah dibutakan oleh gadis itu.

“Kenapa aku merasa kalau hal ini tidak bagus untuk mereka berdua?” ucap Heechul setelah Donghae menceritakan secara lengkap kronologi yang terjadi.

“Entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan Seung Ri. Apa kalian merasakannya juga?” ucap Heechul lagi.

“Aneh? Apa yang aneh hyung?” balas Sungmin.

“Dia aneh. Dari pertama kali kedatangannya ke dunia entertainment. Bukankah itu sangat aneh? Aku merasa kalau wanita yang dinikahi Jung Soo saat dia tidak sadar adalah Shin Seung Ri. Apa kalian tidak merasakannya?” jawab Heechul.

“Itu hanya perasaanmu saja hyung. Itu tidak mungkin Seung Ri. Kau hanya tidak dekat dengannya. Coba kau belajar mendekatinya. Kau akan tahu kalau Seung Ri tidak wajar untuk dicurigai. Sudah hentikan saja perdebatan ini. Apa kalian tidak ingin melakukan sesuatu di hari libur seperti ini?” sahut Kangin.

“Bagaimana kalau kita mengadakan pesta BBQ? Itu akan menyenangkan,” usul Kyuhyun.

“Setuju!!!” jawab mereka serempak.

 

x-x-x

 

Jung Soo duduk berlutut di depan Min Ja. Wanita paruh baya itu menatapnya sangat tajam. Berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu. Jung Soo hanya menundukkan kepalanya. Sementara Seung Ri duduk disebelah ibunya sambil merangkul lengan ibunya.

“Apa kalian berdua sudah tidak waras?” ucap Min Ja. Nadanya sedikit ditekan menahan amarahnya.

Eomma… Aku yang memaksanya. Jadi salahkan saja aku,” ucap Seung Ri.

“Seung Ri-ya, apa kau tidak berpikir bagaimana kecewanya ayahmu saat dia tahu hal ini? Kau bahkan belum menyelesaikan sekolahmu. Bagaimana mungkin?” Ucapan Min Ja terputus. Dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

“Dan kau Jung Soo-ya… Apa kau benar-benar akan menjaga Seung Ri?” tanya Min Ja.

“Aku berjanji akan menjaganya eomma. Dalam keadaan apapun aku tidak akan meninggalkannya,” sahut Jung Soo.

“Apa kalian sudah mendaftarkan pernikahan ini secara hukum?”

“Kami belum melakukannya eomma,” jawab Seung Ri.

“Kau. Jika besok belum mengurus hal itu, aku tidak akan membiarkan kalian berdua bertemu. Jadi segera daftarkan pernikahan kalian besok dan setelah itu kembali kemari,” ucap Min Ja. Dia meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.

Oppa, mianhae,” ucap Seung Ri.

Gwencana. Berikan aku kartu pendudukmu. Aku akan segera mengurusnya hari ini juga,” ucap Jung Soo.

“Semua orang akan mengetahui hal ini. Mereka akan tahu kau saat kau baru akan memasuki ruangan mereka,” jawab Seung Ri.

“Percayakan padaku. Aku akan kembali dua jam lagi. Saat itu kau harus bersiap-siap untuk pergi denganku. Arraseo?”

Arraseo oppa.”

 

x-x-x

 

Seung Ri menghampiri ibunya setelah Jung Soo pergi. Dia bisa menangkap rasa kecewa dari wajah ibunya itu. Dia duduk tepat disebelah Min Ja dan memeluknya dari belakang.

“Apa yang sudah kau lakukan Seung Ri-ya? Kenapa bertindak sejauh itu?” tanya Min Ja. Dia mengelus tangan Seung Ri yang melingkari lehernya.

“Aku tidak bisa kehilangan dia eomma. Jika dia tahu hal selama ini aku tutupi, aku yakin dia tidak akan pernah memaafkan aku dan akan meninggalkanku. Dengan cara seperti ini, dia tidak akan pernah meninggalkanku,” sahut Seung Ri.

“Tanpa catatan hukum, dia masih dengan mudah meninggalkanmu. Apa kau tidak berpikir sampai kesana?”

Mianhae eomma. Dan juga gomawo. Aku tahu eomma akan membantuku bagaimanapun caranya. Dalam dua jam lagi dia akan datang setelah mendaftarkan pernikahan kami. Setelah itu dia tidak akan pernah bisa meninggalkanku.”

“Apa kau benar-benar mencintainya atau hanya terobsesi padanya?”

“Tentu saja aku mencintainya eomma.”

Min Ja melepaskan pelukan putrinya itu dan menatapnya. “Jika kau mencintainya, kau tidak akan melakukan hal ini dan membohonginya selama ini. Kau hanya terobsesi padanya Seung Ri-ya. Hanya karena kau sangat menggemarinya dulu, kau selalu berharap berada di sampingnya. Dan setelah kau bisa dekat dengannya, kau tidak ingin melepaskannya dan berusaha melakukan segala cara agar dia selalu bersama denganmu. Itu adalah obsesi Seung Ri-ya. Jika kau benar-benar mencintainya, kau akan mengatakan semuanya dan menerima semua konsekuensinya. Toh jika dia benar-benar mencintaimu, dia akan tetap berada di sampingmu.”

Seung Ri terdiam. Apakah dia benar-benar hanya terobsesi dengan Jung Soo? Tidak. Dia sangat yakin kalau itu adalah perasaan cintanya untuk Jung Soo.

“Apa kau tahu Ssaeng fans? Jika dibandingkan dengan mereka, mungkin kau yang sangat menakutkan Seung Ri-ya.”

Eomma!!!”

“Tapi jika kau tetap mempertahankan apa yang menjadi keyakinanmu, apa yang harus eomma lakukan selain mendukungmu? Sudahlah. Sebaiknya kau bersiap-siap. Bukankah Jung Soo akan menjemputmu nanti? Bagaimanapun juga kau sudah menjadi istrinya sekarang. Jadilah seorang istri yang baik buat dia.”

Min Ja menepuk kedua pipi Seung Ri dan membuat gadis itu tersadar. Dia meninggalkan kamar Min Ja. Setiba dikamar miliknya, dia tidak bergegas seperti yang dikatakan ibunya. Apa yang dikatakan ibunya masih terekam jelas dalam ingatannya.

“Itu tidak obsesei. Aku memang mencintainya,” gumam Seung Ri meyakinkan diri sendiri. Dia menghubungi Jung Soo untuk memastikan apakah dia sudah selesai dengan urusannya. Tapi pria itu tidak menjawab panggilannya. Dia terus mencoba. Tapi hasilnya tetap sama.

“Apakah sulit buatnya untuk melakukannya?” gumam Seung Ri. Tapi dia berusaha berpikiran positif kalau Jung Soo dapat melakukannya dengan baik.

 

x-x-x

 

Jung Soo tiba di depan gedung dimana dia akan mendaftarkan pernikahannya. Tapi dia sama sekali tidak keluar dari mobilnya. Bagaimana jika penggemar melihatnya disini? Bukankah akan ada skandal untuknya? Jung Soo menikah. Ada apa sebenarnya? Hal itu juga akan berdampak pada Seung Ri. Publik mengetahui kalau mereka berpacaran. Tidakkah mereka akan mengira kalau Seung Ri berbadan dua sehingga mereka harus menikah secara tertutup dan mendesak seperti ini?

Seung Ri berulang kali menghubunginya. Jung Soo hanya melihat ponselnya hingga panggilan tersebut terputus sendiri. Dia hanya bisa mengatakan ‘maaf’ dalam hatinya. Tapi bagaimanapun juga, dia tetap harus melakukannya. Sesudah memantapkan tekadnya, dia keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki gedung tersebut.

Entah dia bernasib baik atau tidak, petugas yang melayani Jung Soo adalah seorang pria. Dia tampaknya tidak mengenal Jung Soo. Buktinya, dia bahkan tidak tersenyum dan menanyakan nama Jung Soo. Dia mengisi semua data yang diperlukan untuk pendaftaran pernikahan mereka. Tidak sampai satu jam, semua urusannya sudah selesai. Pernikahan mereka kini sudah terdaftar. Selama itu, dia berusaha menutupi wajahnya agar tidak ada yang melihatnya disini.

Dia menghubungi Seung Ri dan mengatakan kalau dia akan segera pulang dengan surat resmi pernikahan mereka. Jung Soo meninggalkan tempat tersebut dengan senyuman di wajahnya.

 

x-x-x

 

Kedua bola mata Jong Suk nyaris saja keluar saat mendengar pengakuan Seung Ri. Bagaimana mungkin mereka menyembunyikan pernikahannya selama ini dari mereka semua? Bahkan sudah hampir sebulan setelah pernikahan mereka.

Tentu saja ini pernikahan mereka yang dilakukan secara sadar. Jong Suk tidak mengetahui hal ini sama sekali. “Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan?” tanya Jong Suk.

“Tentu saja. Apakah ada yang salah kalau kami menikah? Toh pada akhirnya hal itu akan terjadi bukan? Jadi kenapa harus menundanya? Kau juga, segera nikahi Hanna eonnie. Kalian terlihat serasi jika bersama,” sahut Seung Ri.

“Ini bukan masalah aku dengan Hanna Seung Ri-ya. Tapi kau dengan Jung Soo. Apa dia tahu semua hal?” tanya Jong Suk.

“Semua hal apa maksudmu?”

“Sepertinya dia belum mengetahuinya. Ini akan jadi masalah besar untuk mereka berdua,” gumam Jong Suk.

“Yaa!!! Kau belum menjawabku,” desak Seung Ri.

“Lupakan. Apa kau sudah siap untuk bagian akhir? Sepertinya ini bagian kita. Kaja.”

Jong Suk meninggalkan Seung Ri saat melihat nama panggilan masuk di ponselnya. Dari pria yang dia suruh untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan Jung Soo. Dugaannya benar. Jung Soo benar-benar mencari tahu tentang siapa wanita itu. Nasib baik kalau detektif itu bekerja cukup lama. Hal itu disebabkan sedikitnya bukti yang ada.

Jong Suk melihat Seung Ri yang sibuk dengan makanan yang ada di depannya. Dia memang seorang gadis yang tidak pernah menolak makanan.

“Apa kau merasa kalau Seung Ri sangat aneh belakangan ini?” tegur Hanna yang sedari tadi memperhatikan Jong Suk.

“Apa kau juga merasakannya?” tanya Jong Suk.

“Hm. Kau lihat. Dia terlihat seperti sedang berbadan dua,” sambung Hanna lagi.

“Apa??? Kau yakin dengan hal itu?”

“Tentu saja. Aku tahu tentang hal itu. Bagaimanapun juga, aku seorang wanita Jong Suk-ssi. Bagaimana mungkin aku tidak tahu. Atau aku perlu menanyakannya?”

“Tidak. Bagaimana jika salah? Seung Ri akan marah padamu. Dan dia tidak akan mau berteman denganmu lagi. Apa kau menginginkan hal itu?”

“Dia pribadi yang menyenangkan. Dan aku merasa kalau dia sudah seperti adikku sendiri. Ya, kau benar oppa. Akan menjadi masalah untuk kami berdua jika aku menanyakannya. Jika tebakanku benar, dia akan mengatakannya padaku,” ucap Hanna setelah memikirkan apa yang dikatakan Jong Suk.

“Bisakah aku meminta satu hal padamu?” ujar Jong Suk. “Kau harus menjaga Seung Ri bagaimanapun juga. Jika kau benar-benar menganggap dia seperti adikmu, kau harus menjaganya,” ucapnya lagi.

“Ada apa denganmu? Apa kau menyukai Seung Ri? Kenapa kau begitu khawatir padanya? Kau jelas-jelas menunjukkannya di depanku. Apa kau tidak berperasaan?” Hanna mulai tersulut amarahnya saat mendengar permintaan Jong Suk.

Jong Suk memegang kedua bahu Hanna. Berusaha meyakinkan wanita itu kalau ini tidak seperti yang dipikirkan Hanna. “Aku merasa kalau dia akan benar-benar terluka dalam waktu dekat ini. Kau juga akan tahu nantinya. Aku mohon padamu Hanna-ya. Jika kau tidak mendengar sebagai kekasihmu, anggap aku sebagai oppa yang minta tolong padamu untuk menjaga adiknya. Kau bisa melakukannya?” Mata Jong Suk penuh harap menatap Hanna. Berbeda dengan gadis itu yang menatap penuh benci.

“Kau berhutang penjelasan padaku. Aku akan menuntut hal itu nantinya,” sahut Hanna. Dia menghempaskan tangan Jong Suk dan berjalan menuju tempat Seung Ri. Jong Suk tertawa kecil saat Hanna melihatnya. Namun gadis itu memalingkan wajahnya tanpa membalas.

 

x-x-x

 

Launching drama yang digarap oleh In Sung akan digelar di ballroom Hotel Dibs. Para artis pendukung sudah berkumpul disana. Jo In Sung, Park Jung Soo, Shin Seung Ri, Lee Jong Suk, dan Hanna Lee duduk di meja yang sudah disediakan. Sebuah microphone tersedia di hadapan mereka satu persatu.

“Apa yang menjadi inti dari cerita ini sutradara Jo? Kami dengar, anda juga yang menulis skenario drama ini,” tanya salah satu reporter yang berasal dari stasiun TV KBS.

“Cerita ini tentang pentingnya sebuah kejujuran. Jika kau ingin hubunganmu berhasil, maka cobalah untuk berkata jujur pada pasanganmu. Mungkin itu yang menjadi ide saya membuat drama ini. Dan bisa dikatakan itu menjadi inti cerita ini,” jawab In Sung.

“Park Jung Soo-ssi, bagaimana perasaan anda saat anda harus bermain dalam satu judul yang sama dengan Hanna Lee dan Shin Seung Ri? Seperti yang kita ketahui, Hanna Lee adalah mantan kekasih anda dan Shin Seung Ri saat ini sedang menjalin hubungan dengan anda,” tanya reporter yang sama.

“Aku? Awalnya mungkin sangat menegangkan dimana aku harus berhadapan dengan Hanna. Tapi aku mencoba menjalaninya dan itu berhasil. Hubunganku dengan Hanna maupun Seung Ri saat ini baik-baik saja. Bahkan mereka berdua sudah sangat dekat sekarang,” jawab Jung Soo.

“Lee Jong Suk-ssi, apakah anda merasa kalau drama ini akan memperoleh rating tinggi? Seperti yang kita ketahui, drama yang anda perankan selalu memiliki rating tertinggi.” Kali ini wartawan yang berasal dari stasiun TV SBS mengajukan pertanyaan.

“Drama ini berjudul Opera. Mengisahkan tentang kehidupan yang diawali dengan kebohongan yang mengakibatkan pemeran utama harus menderita saat kebohongannya terbongkar. Selain itu, ada banyak konflik yang membuat kalian penasaran. Jadi aku yakin kalau drama ini akan memperoleh rating yang tinggi. Dan juga, ini drama ditulis dan dikerjakan oleh Sutradara Jo In Sung. Bagaimana mungkin memperoleh rating yang rendah?” jawab Jong Suk. Dia tertawa kecil setelah menjawab pertanyaannya.

Acara yang berlangsung selama hampir dua jam itu berakhir dengan baik. Satu persatu artis yang berperan meninggalkan tempat tersebut. Mereka memutuskan untuk mengadakan pesta perayaan atas drama mereka.

Kajja,” ujar Jung Soo sambil menggenggam tangan Seung Ri.

“Bisakah aku tidak ikut? Sepertinya aku sedang tidak enak badan,” jawab Seung Ri. Wajahnya terlihat pucat memang. Langkahnya terlihat lemah yang nyaris terjatuh. Beruntung Jung Soo memegang pinggangnya hingga dia tidak terjatuh.

Gwencana?” tanya Jung Soo.

“Hm.” Seung Ri mengangguk

“Sebaiknya kita pulang. Aku akan mengatakan pada mereka kalau kita berdua tidak bisa ikut,” sahut Jung Soo.

“Tidak usah. Aku akan pulang naik taksi. Mereka akan curiga jika kita berdua tidak ada disana. Apa kau ingin semuanya terboingkar?” cegah Jung Soo.

“Tapi bagaimana mungkin aku membiarkanmu pulang sendiri?” sahut Jung Soo.

“Seung Ri-yaa, gwencana?” tanya Hanna yang kebetulan melewati mereka bersama dengan Jong Suk.

“Aku hanya kelelahan eonnie,” jawab Seung Ri.

“Aku akan mengantarkanmu pulang. Kalian pergi saja,” ucap Hanna. Dia merangkul Seung Ri menuju taksi yang berhenti didepan gedung.

“Tolong jaga dia Hanna-ya,” pinta Jung Soo sebelum Hanna memasuki taksi.

“Tentu saja. Kalian nikmati saja makan malamnya.”

Perlahan taksi tersebut meninggalkan mereka berdua setelah Hanna masuk kedalam. Mereka berdua tiba di apartemen milik Hanna. Tidak mungkin baginya membawa Seung Ri ke apartemennya dengan kondisi Seung Ri seperti ini. Jika ibunya melihat dan memanggil dokter akan bahaya jika kecurigaannya benar. Mungkin wanita itu akan pingsan dan dia tidak mengharapkan itu.

Setelah menidurkan Seung Ri diatas tempat tidur, dia memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa keadaan Seung Ri.

“Bagaimana keadaannya dok? Dia baik-baik saja bukan?” tanya Hanna setelah dokter keluar dari dalam kamar.

“Tidak ada masalah yang serius. Dia hanya kelelahan dan sedikit stress,” jawab dokter tersebut.

“Apakah tidak ada hal lain?” selidik Hanna. Dia menangkap raut aneh di wajah dokter tersebut. Namun dia berpikir apa harus memberitahukan Hanna atau tidak.

“Jika aku tidak salah, dia artis pendatang baru itu bukan? Shin Seung Ri,” tanya dokter.

“Benar. Waeyo?”

“Mungkin kau akan terkejut Hanna-ya. Tapi aku harus memberitahu. Jadi kau dapat memberitahukan hal ini padanya nanti.”

“Jangan terlalu lelah dan banyak berpikir. Itu akan membuatnya stress. Hal itu tidak akan baik untuk janinnya. Jika ibunya stress, maka sang janin juga akan ikut stress. Itu akan sangat membahayakan janinnya. Jadi usahakan agar dia selalu tenang,” ucap sang dokter lagi.

“Apa?” Hanna sama sekali tidak percaya dengan ucapan dokter. Jadi apa yang dicurigainya benar. Seung Ri sedang berbadan dua. Tapi bagaimana mungkin? Apa Jung Soo sudah gila hingga melakukan hal melewati batas seperti ini?

“Dokter, anda jangan mengatakan hal ini pada siapapun. Biar saja dia yang mengatakannya nanti. Mungkin dia ingin memberikan kejutan pada suaminya,” ucap Hanna.

“Apa dia sudah menikah? Aku bahkan tidak mendengar pernikahannya,” tanya samg dokter.

“Tentu saja. Aku yang menjadi saksi saat mereka menikah. Mereka tidak menikah disini. Jadi untuk karir, mereka menyembunyikan pernikahan ini dari semua orang.” Hanna berusaha menjelaskan pada dokter pribadinya itu.

“Ah. Tenang saja. Aku tidak mungkin menyebarluaskan data pasienku. Itu akan menjadi pelanggaran untukku.”

Gomawo uisanim. Mari, saya antarkan kedepan.”

“Ini resep yang harus dia beli. Tolong jaga dia. Kondisi bayinya sekarang sangat rawan.”

“Baiklah.”

Hanna kembali ke kamar setelah mengantarkan dokter tersebut. Seung Ri masih tertidur. Dia memutuskan membuat makanan untuk Seung Ri. Semangkuk bubur ayam dan segelas susu segar sudah tersedia di nampan. Seung Ri sudah bangun saat dia memasuki kamar.

Eonnie, ada apa denganku? Apa aku tertidur lama?” tanya Seung Ri. Dia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

“Tidak usah banyak bergerak. Sebaiknya makan dahulu ini.” Hanna meletakkan nampan yang dia bawa di depan Seung Ri.

Seung Ri mulai menyuapi bubur tersebut kedalam mulutnya. Tapi rasa pahit yang menyebar diseluruh lidahnya membuatnya tidak berselera untuk makan. Namun Hanna tetap memaksa Seung Ri untuk menghabiskannya. Dengan ancaman, akhirnya Seung Ri menghabiskan bubur dan susunya walau rasanya ingin memuntahkannya lagi.

“Kau. Apakah Jung Soo melakukan hal yang tidak pantas terhadapmu?” tanya Hanna setelah Seung Ri lebih santai.

“Tidak. Dia tidak pernah melakukannya. Ada apa eonnie?” tanya Seung Ri.

“Lantas, siapa ayah dari janin yang kau kandung itu?” tanya Hanna tanpa berpikir lagi.

“Apa? Janin? Apa maksudmu aku hamil eonnie?” sahut Hanna.

“Katakan padaku Seung Ri-ya.”

Seung Ri terdiam mendengar pertanyaan Hanna. Sepertinya dia harus mengatakannya pada Hanna sekarang juga. Dia menjelaskan situasi yang sebenarnya.

“Kalau begitu, Jung Soo harus tahu. Aku akan memberitahunya,” ucap Hanna.

“Tidak eonnie. Jangan sekarang. Sebentar lagi ulang tahunnya. Aku akan memberitahunya saat ini. Ini akan mejadi hadiah untuknya. Dia akan sangat menyukainya,” cegah Seung Ri.

“Baiklah. Tapi jika kau membuat masalah dan tidak menjaga kesehatanmu hingga kelelahan seperti tadi, aku akan mengatakannya pada Jung Soo saat itu jug. Dan kau tahu, semua orang akan mengetahui kalau kalian sudah menikah. Kau paham?”

Ne eonnie.”

“Tunggu disini. Aku akan membeli obat yang diresepkan dokter untukmu.”

 

-TBC-

Comment's Box