My Wish

Title: My Wish..

Author:  Yuzuki 

Cast: Leeteuk,  Yesung, Cho Kyuhyun, Kim Kibum

***

Apa kau punya permintaan?

Aku.. akan mengabulkannya..

Karna aku… seorang malaikat..

Malaikat.. kau percaya akan itu? apa bayanganmu ketika mendengar kata ‘malaikat’? ‘seseorang’ dengan sayap putih bersih? dengan lingkaran bersinar diatas kepalanya? atau ‘seseorang’ dengan wajah tampan/cantik?

mungkin.. itu benar.. tapi tidak semuanya benar.. bagaimana aku tau? karna aku.. malaikat yang.. sedikit berbeda..

Aku menghela nafas panjang. Entah sudah berapa lama aku duduk di taman Surga. Ku tekuk kakiku kedepan dada dan ku dekap erat. Mataku tak lepas memandang pohon yang tumbuh cantik di taman ini.

“sudah kuduga kau disini” aku menoleh ke asal suara, “ya! bisakah kau singkirkan sayap mu itu? sayapmu memakan tempat!” omelku langsung tanpa ampun pada seseorang yang kini menggangu aktivitasku.

“aish~ arrasseo.. boleh aku duduk?” aku menatapnya sinis, “memangnya ada tulisan dilarang duduk disini, eoh?” omelku, lagi.

“ya! kenapa kau semakin hari semakin menyebalkan? ku adukan pada Hyung dan Appa nanti!” ku putar kedua bola mataku malas. setiap hari ancamannya selalu sama. menyebalkan.

“ada apa?” aku menoleh ke asal suara baru. aku tersenyum, “Teuki oppa~ Yesung mengangguku!” aduku lebih dulu.

“dasar manja..” cibirnya. jika saja tidak ada Leeteuk oppa sudah kupastikan rambutnya rontok beberapa helai karna aku akan menjambaknya.

“Chae, jaga sikapmu.. aku tidak mau nanti Appa menghukum mu atau menasihatimu..” aku mengangguk. entah sudah berapa kali aku dinasihati atau bahkan dihukum Appa karna sikapku yang kasar dan ucapanku yang pedas. tapi bagaimana lagi? aku bukanlah seorang malaikat yang baik hati. ukh. terpaksa aku mengangguk malas.

mata kami ber3 tertuju pada satu cahaya yang terpancar diatas tiang emas dekat taman Surga ini.

Cahaya berwarna sapphire blue mencahayai seluruh Surga ini.

“ah, itu warnaku.. aku berangkat.. dah” sedetik kemudian sayap besar dan putih milik Leeteuk oppa terbentang dengan sempurna. cantik. kapan aku akan mempunyai sayap secantik itu?

“akhir-akhir ini pekerjaan Teuki hyung banyak, ya.. tapi.. mereka yang ditolong oleh Teuki hyung pasti sangat membutuhkan pertolongan.. sama sepertiku dulu..” aku mengangguk. untuk kali ini aku setuju dengan pendapatnya.

“ne.. aku.. dulu juga begitu..” ia membulatkan matanya dengan sempurna. aku menatapnya ‘apa?’.

“kau dulu juga ditolong oleh Teuki hyung? kenapa kau tak pernah cerita?” tanyanya bertubi-tubi. ah. sepertinya aku salah bicara. seharusnya aku tidak berkata begitu.

cahaya itu kembali bersinar. warnanya oranye. ah. itu warnaku.

“itu warnaku.. aku pergi dulu” aku membentangkan sayap putihku. tidak seputih dan sebesar milik Teuki oppa memang. tapi dibanding dengan sayap Yesung, sayapku sedikit lebih kecil. ukh.

ya.. aku, Leeteuk oppa, dan Yesung adalah seorang malaikat. dan Appa yang kami sebut tadi tentu saja Tuhan. Dan kami mempunyai cahaya masing-masing untuk mengetahui siapa yang akan diutus untuk menolong seseorang.

Warnaku berwarna oranye, Leeteuk oppa berwarna sapphire blue, dan warna Yesung adalah merah.

‘Leeteuk’ dan ‘Yesung’ adalah nama pemberian Appa. Appa bilang bahwa Leeteuk oppa sangat spesial dimatanya. maka itu Appa memberi nama ‘Teuk’ yang artinya spesial. dan ‘Yesung’ diberikan karna suaranya yang luar biasa. bakatnya tak perlu diragukan. sebenarnya aku ingin diberi nama oleh Appa. tapi ya sudahlah. toh, walaupun aku tidak diberi nama khusus tapi aku tau Appa sangat mencintaiku.

pekerjaan kami, para malaikat adalah memberikan satu permintaan pada orang yang membutuhkan. tentu saja ada syaratnya. tidak semudah itu kami para malaikat mengabulkan permohonan.

aku melihat cahaya oranye itu berada tepat dibawahku. aku pun mendarat. ini… rumah sakit?

mataku memandang ke seluruh ruangan. serba putih. tentu saja. ekor mataku menangkap sesosok yeoja sedang berdoa dengan keadaan berdiri dengan lututnya dan melipat kedua tangannya didepan wajahnya. Ia tertunduk didepan tempat tidurnya. dapat kulihat air mata jatuh dari pelupuk matanya.

tak lama ia membuka matanya lalu menatapku. aku mengambil jarak sedikit. mengantisipasi hal yang akan yeoja ini perbuat. beberapa orang yang kudatangi minimal akan teriak. yang paling parah mereka akan ketakutan lalu lari. bahkan ada yang melempariku dengan bantal! hey, aku ini malaikat berparas cantik. apa kalian tidak bisa membedakan mana hantu mana malaikat? ck.

aku menyipitkan mataku. ia hanya menatapku sendu. sepertinya ia mengira aku ini seseorang yang menjenguknya. “apa permintaanmu? aku akan mengabulkannya. karna aku.. seorang malaikat..” ucapku pada akhirnya. ia berdiri. sedetik kemudian ia menutup wajahnya dengan ke2 tangannya.

“syu…syukurlah.. terima kasih Tuhan..” ucapnya dalam tangis. dapat kudengar suaranya bergetar.

“jadi.. apa permintaanmu?”

“aku ingin… memberikan nyawaku pada seseorang..” aku terdiam. nafasku tercekat. mataku melebar. kenapa? kenapa permintaan seperti itu yang ia minta?

“kau tau permintaanmu itu sangat bodoh dan konyol?” ucapku sinis. kutatap matanya dengan pandangan menusuk. oh ayolah. sudah kubilang aku bukan malaikat yang baik hati bukan?

“aku.. aku tau.. tapi bukankah kau malaikat? kau.. bisa mengabulkan permintaanku kan?” aku terdiam. haruskah ia mengatakan hal ini?

tapi, itu benar. apapun kecuali satu hal. membangkitkan orang yang telah meninggal. karna itu kuasa terbesar Appa. bukan kami, para malaikat.

“aku tau.. tapi.. kenapa?”

“karna aku… mencintainya..” pernyataan bodoh. karna cinta? kuputar ke2 bola mataku malas. kenapa harus aku yang menangani yeoja ini? kenapa bukan Teuki oppa saja?

“ia.. divonis dokter menderita penyakit kanker otak.. hidupnya.. sudah tidak lama lagi.. ku mohon.. kabulkan permintaanku..” ia memegang bahuku. air matanya siap jatuh kapan saja.

“kau sendiri.. sakit?” tanyaku penasaran. karna aku menangkap dari ekor mataku ada banyak obat disebelah tempat tidurnya.

ia mengangguk. “aku.. radang otak..”

“kenapa kau tidak meminta kesembuhan mu saja? mengapa harus memberikan nyawamu pada orang lain? aneh sekali..” cercaku tiada ampun. jika sekarang disebelahku ada Teuki oppa ia pasti sudah mencubit lenganku tanpa ampun.

“ani.. aku.. ingin ia tetap hidup.. ia masih ingin mencapai cita-citanya.. sedangkan aku.. aku..” ia semakin kencang mencengkram bahuku. sepertinya aku mengerti.

“tapi.. ada syaratnya”

“apapun itu.. akan ku penuhi..” sanggupnya.

“buat ia mengatakan ‘saranghae’ padamu..” ia membulatkan matanya. bahkan nafasnya tertahan.

“itu.. itu tidak mungkin..” sudah kuduga.

“jika itu tidak mungkin jangan kau berikan nyawamu padanya! memberikan nyawamu pada seseorang yang tidak mencintaimu! itu konyol!!” aku segera terbang menjauhinya. mataku panas. air mata yang tidak pernah keluar selama beberapa tahun ini kini mendesak akan keluar.

BRUK.

aku jatuh tersungkur tepat didepan gerbang pintu Surga. aku menangis sejadi-jadinya. tanpa melihatpun aku yakin beberapa malaikat yang berada disitu tengah memperhatikanku.

kenapa? kenapa harus permintaan itu?!!

‘kumohon.. berikan sisa nyawaku untuknya..’

‘kenapa?’

‘karna aku.. mencintainya..’

air mataku terus keluar. seberkas masa lalu yang ingin kulupakan kini kembali berputar bagaikan film.

dengan langkah terseok aku masuk ke dalam Surga dan berjalan menuju Gereja. ya, disini ada Gereja untuk kami para malaikat beristirahat.

tak kupedulikan sayapku yang kini penuh dengan awan dan rontok beberapa helai bulunya. tangisku semakin jadi. pandanganku buram. Appa.. mengapa harus aku yang menanganinya?!

“ya ampun, Chae!! ada apa denganmu?!!” aku tak tau siapa dia. tapi dari suara baritone yang khas ku yakini ia Yesung. seseorang yang sama sekali tidak ingin ku temui disaat aku hancur seperti ini.

“apa.. Appa ada.. di Gereja?” tanyaku sesenggukan. “a..ada..” jawabnya seadanya. tanpa berfikir lagi aku terbang -walau sedikit oleng- ke arah Gereja. mendengar Appa ada di Gereja rasa ingin istirahatku lenyap. aku harus bicara dengan Appa.

aku mendarat tepat didepan Gereja. kulihat ada banyak malaikat dan benar, ada Appa dan Teuki oppa disitu.

“Appa..” ucapku lirih dan kini aku sudah berada tepat di hadapanNya. Teuki oppa yang berada disamping Appa sedikit terkejut dengan penampilanku.

“ada apa?” tanya Appa. aku sibuk mengatur nafas yang masih tersenggal.

“kenapa yeoja itu aku yang menanganinya? kenapa Appa?” tanyaku sarkatis.

“Aku yakin kau yang paling bisa menanganinya. Appa mempercayaimu..” aku terdiam. aku tau.. semua tugas yang Appa berikan memang sesuai dengan tingkat ‘kesanggupan’ kami.. tapi..

“kenapa, Chaeri? teringat masa lalu?” aku mengigit bibir bawahku. benar. masa lalu yang ingin aku lupakan dan kukubur dalam-dalam.

“masa lalu bukan untuk dilupakan. tapi untuk menjadi pelajaran. kau tau kan?” nasihat Teuki oppa. aku terdiam.

“Chae, Appa tau kau bisa..” aku menahan air mataku untuk tidak terjatuh lagi. entahlah. rasanya sulit.

“baik Appa.. aku.. akan mencobanya..” dengan sisa kekuatan yang ku miliki aku terbang menuju kamarku. pikiranku kacau. aku tidak bisa berfikir jernih. Appa.. tolong aku..

———–
‘kau tau kan bahwa permintaanmu itu.. membahayakanmu?’

‘aku tau.. tapi bukankah kau malaikat? kau.. bisa mengabulkan permintaanku kan?’

aku terbangun seketika. nafasku terengah. keringat dingin mengucur dari dahiku. kenapa aku harus bermimpi seperti itu?!

aku menoleh ke jendela yang tepat berada di sebelahku. gelap. belum berganti harikah?

aku berdiri lalu merentangkan sayapku. aku terdiam melihat sayapku. seperti sedia kala. padahal sebelum aku tertidur sayapku kacau. apa.. Teuki oppa yang membetulkannya?

aku terbang menuju taman Surga. ya, untuk melihat pohon itu.

ku kira di taman Surga ini sudah tidak ada lagi malaikat. ternyata masih ada. walau terlihat dari belakang tapi aku tau siapa dia. Karna apa? Rambutnya yang ‘khas’ sangat mengarah padanya. Nugu? Tentu saja Yesung.

aku menghampirinya lalu duduk disebelahnya. “ya!! sayapmu menabrak wajah tampanku!!” pekiknya tak terima. ups. aku lupa memasukkan sayapku.

“tampan? wajah babo seperti itu kau bilang tampan? cih” cibirku telak.

“bisakah kau mengatakan ‘mianhae’ terlebih dahulu?” aku mendengus. mengesalkan.

“arrasseo. mianhae~ puas?” ucapku sedikit kesal. sang tersangka yang membuatku kesal hanya tersenyum 3 jari. tapi aku tidak bohong. wajahnya itu.. sedikit babo..

“nado.. mianhae..” ucapnya sambil menggaruk kepala belakangnya yang ku yakini tak gatal. heh? kenapa ia mengatakan mianhae?

“untuk?”

“tadi saat kau tidur.. aku masuk ke kamarmu.. bukan untuk apa-apa! aku.. hanya ingin membetulkan sayapmu yang kacau nya keterlaluan itu..” oh. jadi Yesung yang membetulkan sayapku?

“gomawo..”

“ne cheonma.. hmm.. sebenarnya aku ingin sekali menanyakan.. hmm.. kenapa kau menangis.. tapi.. sepertinya agak aneh jika aku menanyakan hal itu..” lagi, ia menggaruk belakang kepalanya. jangan-jangan di rambutnya yang ‘agak’ tebal itu banyak bersarang kutu lagi? hiii~

“ani.. sebenarnya tidak apa kau tanyakan.. tapi.. aku belum siap menceritakannya.. tapi suatu saat pasti ku ceritakan..” ia mengangguk tanda mengerti. walau kadang ia menyebalkan, -atau memang ia kebanyakkan menyebalkannya?- tapi ia baik. ya, cukup baik.

“oh ya, Chae.. kau tau? sinar dari bola itu terus berwarna oranye. saat aku menanyakan kepada Teuki hyung, ‘haruskan ku bangunkan Chae?’ ia bilang tidak usah. kenapa bisa seperti itu? sekarang pekerjaanmu lebih banyak dari aku ya?” candanya. aku tertawa sedikit.

“ani.. sebenarnya tugasku yang tadi belum selesai.. baiklah.. aku pergi ketempatnya dulu..” aku berdiri lalu merentangkan sayapku. “Chae..” aku menoleh kearahnya. “hmm?”

“hati-hati..”

“arra.. aku pergi dulu..”

———
aku kembali ke tempat ini. aku melihat posisinya sama seperti pertama kali aku kesini. berdoa. jangan bilang bahwa ia masih berdoa saat aku meninggalkannya?

ia menoleh. lagi-lagi menatapku dengan pandangan seperti itu.

“permintaanmu masih sama?” tanyaku to the point. ia menangguk. baiklah. baiklah!

“sebelum itu.. pertemukan aku dengan nya” aku memasukkan sayapku lalu berjalan mendekatinya. ia menghapus air matanya, “kaja!”

ia membawaku ke depan kamar bernomor ‘1106’. disinikah ia?

ia mengetuk pintu itu lalu membukanya, “annyeong, Kyuhyun-ah..” sapanya riang. aku memiringkan sedikit kepalaku untuk bisa melihat namja yang ku yakini bernama ‘Kyuhyun’ itu.

“Hyeji-ya? untuk apa kau kesini?” err. namja yang sangat.. menyebalkan.

“menjengukmu.. apa aku mengganggumu?” tanya yeoja yang baru ku tau bernama Hyeji ini. pertanyaan bodoh. jika aku jadi Kyuhyun sudah ku maki si Hyeji ini.

“… masuklah” apa? ia membiarkan Hyeji masuk? namja yang sedikit.. aneh?

“Kau sedang apa?” Tanya Hyeji, basa-basi. Tak bisakah kau mencari bahas obrolan lain? Payah.

“Membaca.. Tidak bisakah kau melihat?” Huah. Namja ini benar-banar.. Bolehkah aku menjitaknya? Grr..

“Eung.. Annyeong, Kyuhyun-ssi.. Chaeri imnida” Sapaku sok kenal. Yah, mencoba mencairkan suasana.

“Temanmu?” Tanyanya.

“Eung.. Ne” sejak kapan aku jadi temannya? Biarlah. Daripada ia bilang aku musuhnya? Atau lebih parahnya ia bilang aku ini malaikat?

Jika Hyeji berkata begitu kuyakini Kyuhyun akan menganggap yeoja ini gila.

“Ini sudah malam. Lebih baik kau pulang” ucap namja ini dengan santainya. Baiklah, kesabaranku sampai batasnya!

Tanpa ampun ku jitak saja kepala si bocah menyebalkan ini!

“Ya! Appo!” Pekiknya tak terima.

“A.. Apa yang kau lakukan?!” Tanya Hyeji tak percaya.

“Kau, namja menyebalkan! Tak tau terima kasih! Aaaaah! Jika aku jadi Hyeji aku mungkin sudah menjambak rambutmu hingga botaaaaak!!” Marahku membabi buta.

“Ya! Ya! Mi.. Mian, Kyuhyun-ah! Ya! Kaja!” Dengan tidak berperasaannya Hyeji menarik tanganku. Apa-apaan dia ini? Tidak taukah ia sedang ku bela? Dan benar saja, ia membawaku keluar ruangan namja itu.

“Ya! Kenapa kau begitu? Aku sedang membelamu!” Emosi ku meluap. Seenaknya saja!

“Kau jangan seperti itu!” Apa-apaan dia? Kenapa jadi dia yang marah?

“Kau mau memberikan nyawamu pada namja seperti itu? Namja yang tidak tau berterima kasih itu? Kau membuatku ingin tertawa rupanya” cibirku telak.

“ah, sepertinya kau tidak bisa memberikan nyawamu untuknya. Karna syarat yang kuajukan sangat mustahil untuk terpenuhi. Lebih baik kau cari saja permintaan lain. Pikirkan itu baik-baik” tambahku sebelum aku terbang menjauhinya. Untuk apa ia mencintai namja seperti itu?!

Karna aku melamun aku tidak sadar bahwa aku sudah memasukki Gerbang Surga. Memikirkan yeoja itu benar-benar membuang waktu.

“Syaratmu sepertinya terlalu berlebihan” aku sedikit tersentak. “Aigoo, oppa.. Kau mengagetkanku!” Aku memukul lengannya pelan. Apa Teuki oppa ingin membuatku jantungan? Chakkam. Memangnya malaikat bisa terkena serangan jantung? Sepertinya aku sudah terkontaminasi oleh ke-babo-an Yesung.

“Kenapa kau memberikan syarat seperti itu?”

“Kenapa? Bukankah itu setimpal? Untuk apa memberikan nyawa pada seseorang yang tidak mencintainya juga? Ku yakin ia akan menyesal”

“Berarti kau menyesal?”

“Bisakah kita tidak membicarakan masalah ini?”

“Arra.. Aku mengerti..”

Kami ber2 terdiam. Hanya terdengar suara angin dan suara pergerakkan awan di langit. Ah, dari sini terdengar juga suara paduan suara. Suara Yesung terdengar dengan sempurna di telingaku.

“Aku mau ke taman. Mau ikut?” Tawar Teuki oppa. Aku mengangguk pelan.

Disinilah kami ber2. Duduk di rumput taman hanya untuk memandang pohon yang tumbuh dengan indah di taman ini.

“Kau tau oppa? Aku tak percaya pohon ini adalah.. Kelopak bunga yang kuberikan padamu” akhirnya aku memecah keheningan ini.

“Katanya tak ingin membahas lagi, eoh?” Cibirnya sambil tertawa. Aku mendengus.

“Ani.. Aku hanya ingin.. Mengenangnya saja..” Sanggahku cepat. “Oppa” panggilku.

“Hmm?”

“Sepertinya.. Aku tidak sanggup” aku menunduk. Menahan air mata yang siap keluar.

“Kau pasti bisa”

“Entahlah.. Bahkan sikap namja itu lebih menyebalkannya dari sikap Yesung” Teuki oppa malah tertawa pelan. Aku tidak sedang melucu.

“Kau tidak akan tau apa yang terjadi besok, Chae” ia mengelus kepalaku pelan. Aku tau. “Tomorrow is a mystery. Right?” Teuki oppa mengangguk.

“Arra. Aku ingin istirahat. Aku pergi dulu, ne?” Pamitku lalu aku pun pergi ke kamarku untuk beristirahat. Keputusanku benar bukan? Lagipula aku hanya membantunya. Membantu Hyeji agar tidak menyesal. Ya, agar ia tidak menyesal. Sama sepertiku.

———
‘Baiklah. Tapi ada syaratnya’

‘Apapun itu!’

‘Ambil kelopak bunga dari pohon disana’

‘Mwo?! Tapi.. Pohon itu tidak pernah berbunga. Mungkin pohon itu sudah mati’

‘Rawatlah pohon itu dan usahakan agar ia berbunga’

Cahaya sang mentari menerobos masuk ke sela-sela jendelaku. Lagi-lagi mimpi itu.

Akhirnya hari sudah berganti. Sepertinya setengah kepenatan dalam kepalaku sudah berkurang terbawa tidur. Syukurlah. Aku pun pergi menuju Gereja untuk berdoa.

Aku sampai di Gereja Surga. Ku langkahkan kaki menuju altar. Seperti biasa, aku berdiri dengan lututku lalu melipat tangan dan menutup mata.

Aku pun selesai. Ku buka mata ku perlahan. Aku merasa ada yang sedang melihat kearahku. Aku menoleh kebelakang. Ternyata benar. Yesung tengah berdiri di ambang pintu Gereja dan matanya menuju kearahku.

“Annyeong” sapanya dan dengan senyuman khasnya. Aku berdiri lalu berjalan mendekatinya. “Annyeong. Tumben bangun pagi?”

“Seharusnya aku yang bilang seperti itu padamu” ia mengacak rambutku. Hey, jangan mengacak mahkota bagi seorang yeoja!

“Sebenarnya.. Aku ingin bicara dengan mu Chae” aku mengerutkan dahiku. Wajahnya berubah serius. Ada apa? Aku mengangguk tanda mengerti. Lalu ia berjalan mengelilingi sekitar perkarangan Gereja ini, aku pun mengikutinya.

“Kau tau? Beberapa jam lalu cahaya bola itu berwarna merah” ucapnya riang. Ah, itu warna milik Yesung.

“Chukkae. Jadi bagaimana?”

“Hmm.. Aku harus mengabulkan permintaan seorang namja. Dan.. Permintaan namja itu sedikit, ah ani.. Mungkin sangat aneh” ia menggaruk belakang kepalanya. Sepertinya aku harus menyuruh Yesung memotong rambut tebalnya. Ck.

“Memang apa?” Tanyaku pada akhirnya. Well, aku memang penasaran.

“Ia mau.. Menemui Han Chaeri” heh? Apa? Menemui ku?

“Aku?” Aku menunjuk ke diriku sendiri. Ia mengangguk.

“Nama namja itu.. Kim Kibum” aku terdiam. Mataku melebar. Kibum? Kim Ki..bum? Ani.. Han Chaeri. Nama Kim Kibum didunia ini sangat banyak didunia ini. Dan nama Han Chaeri juga banyakkan di dunia ini?

“Kau mengenalnya?” Tanyanya penasaran. Aigoo. Apa dia sebabo ini?

“Memangnya kau pikir dunia ini selebar daun talas? Nama Kim Kibum didunia ini ada banyak. Kau ini bagaimana? Memang namja itu memohon apa?” Cercaku kesal. Dia benar-benar ya.

“Dia meminta agar ia dapat bertemu dengan Han Chaeri. Ku pikir Han Chaeri lain, bukan kau. Tapi aku melihat ada fotomu di meja nya. Setauku kau tidak punya kembaran. Dan hanya kau yang ku tau bernama Han Chaeri yang memilik wajah sama seperti itu” jelasnya panjang lebar.

Jadi.. Dia benar.. Kim Kibum yang itu?

“Lalu, kau memberikan syarat apa?”

“Aku memintanya untuk berhenti minum soju” jelasnya santai. Heh?! Soju?!

“Mwo?! Kibum.. Minum soju?! Sejak kapan?!” Tanyaku panik. Aigoo. Sepertinya aku salah menanyakan hal ini padanya.

“Jadi kau benar mengenalnya? Chae, temui ia.. Ia juga sudah memenuhi syarat dariku” aku terdiam. Haruskah?

“Arra.. Tapi kau harus ikut” aku menarik tangannya. Ia segera menepisnya.

“Ani. Aku tidak mau tau dan ikut campur urusan kalian ber2” aku mencubit lengannya keras. Menyebalkan. Seharusnya ia memberikan syarat lebih berat! Setidaknya ia harus membuat 1000 bangau kertas atau paling tidak menyanyi 100 lagu, ya berhubung suara Kibum bagus.

“Kau ini bodoh atau apa, sih? Aku mana tau tempat Kibum? Ah payah! Antarkan!” Perintahku mutlak. Ia menepuk jidatnya lalu merentangkan sayapnya. “Kaja”

———
Aku terdiam. Kacau. Satu kata yang dapat mendefinisikan segalanya. Ku kira ia pindah rumah. Ternyata tidak. Aku menoleh ke belakang. Yesung sudah tidak ada. Dia benar-benar meninggalkanku. Awas saja dia. Ku jambak hingga botak baru tau rasa.

Aku berjalan menghampirinya yang kini sedang tertidur di tempat tidurnya. Kamar ini sangat kacau. Ternyata Yesung benar. Banyak botol soju berserakkan dimana-mana.

“Kibum-ah..” Aku menyentuh wajahnya. Entah hanya perasaan ku atau apa. Seperinya ia sedikit pucat dan ia sedikit kurus. ‘Kibum-ah’? Sudah berapa lama aku tidak menyebut nama itu? Ia membuka matanya perlahan. Ia terkejut. Bahkan matanya membulat sempurna.

“Chae.. Chaeri?! Kau.. Disini?!” Ia memegang tanganku. Aku menepisnya pelan. “Ne. Ini aku. Ada apa?” Tanyaku to the point.

“Mianhae.. Jeongmal mianhae.. Aku..”

“Aku tau semuanya” potongku cepat. Ia terdiam. Sudah kuduga ia akan membahas hal ini.

“Mianhae..” Ucapnya lirih. “Ne.. Seharusnya aku sadar, aku tidak ada apa-apanya di banding Rinka” cibirku dan memasang senyuman. Senyuman palsu.

“Ani.. Jangan berkata seperti itu..” Ia memegang tanganku erat. Biasanya rasa hangat lah yang kurasakan. Sekarang? Dingin. Bahkan hatiku tidak lagi berdebar.

“Sudahlah. Itu hanya masa lalu. Itu sudah lama. Kubur kenangan itu dalam-dalam, Kibum-ssi.. Lupakanlah..” Aku melepas genggaman tangannya lalu beranjak pergi.

“Andwae! Jebalyo! Jangan suruh aku melupakannya” ia memegang tangan kiriku erat. Mencegahku untuk pergi. Lagi, air mata ini mendesak ingin keluar. Andwae. Jangan dihadapannya.

“Berbahagialah dengan Rinka” aku menepis tangannya, entah untuk keberapa kali.

“Kebahagiaanku hanya denganmu.. Jangan pergi.. Tetaplah disisiku” ia gila?! Apa dia tidak sadar aku ini sudah meninggal dan menjadi malaikat?!

“Dunia kita berbeda! Kau sadar akan hal itu! Kau bahkan datang di upacara pemakamanku bersama Rinka!!” Emosiku memuncak. Apa dia mabuk, eoh?!

“Bawa aku bersama mu, Chae..” Appa.. Aku harus bagaimana?!

“Waeyo?” Tanyaku sinis.

“Saranghaeyo.. Aku sadar, Chae.. Mianhae.. Jeongmal..” Runtuh sudah pertahananku. Air mataku jatuh. Dengan cepat ku hapus air mataku. Aku tidak mau menunjukkan air mataku dihadapannya.

“Kenapa baru sekarang, Kibum-ah?! Kenapa kau menyadarinya setelah semua terlambat?! Kenapa kau melakukan hal itu?! Kenapa?!” Gertakku dengan suara bergetar. Aku mencoba menahan air mataku untuk tidak keluar lagi.

“Jeongmal mianhae, Chae.. Berikan aku kesempatan ke2.. Bawa aku bersamamu..” Aku tertawa meremehkan. Apa-apaan namja ini?!

“Sudah kubilang terlambat! Sudah terlambat!!” Aku membentangkan sayapku lalu terbang menjauhinya. Kenapa ia mengatakan hal yang tidak ingin ku dengar?!

“Chae..” Aku berhenti terbang lalu menoleh ke asal suara. Teuki oppa. Aku langsung memeluknya. Menumpahkan semua air mataku. Menumpahkan semua emosiku.

-flashback-
Aku mengetuk-ngetuk jari-jemariku di meja cafe dan menimbulkan sedikit suara bising. Masa bodoh dengan pandangan semua pengunjung dan pelayan ini. Hey, aku sedang membunuh waktu. Aku tidak suka menunggu.

Aku melihat jam diponselku. Sudah telat 24 menit. Ukh. Kemana ia? Baiklah. Jika 6 menit lagi Kibum belum datang, aku akan pergi! Ia yang membuat janji ia yang mengingkarinya! Apa-apaan itu?

Aku melihat pesan terakhir yang ia kirimkan padaku, aku tersenyum melihatnya.

From : My Namjachingu ^^~
Chagi, bogosipeoyo~ kita bertemu di cafe seperti biasa, ne? Jam 3 ya! Jangan telat! Saranghae~

Ia yang bilang jangan telat, eh, malah ia yang telat. Ck. Awas saja jika ia datang. Ku marahi ia.

Ponselku bergetar. Ah, akhirnya ia menelepon. Ck. Awas saja!

“Yeoboseyo.. Ya! Kenapa kau telat?! Ne eodiga?” Cercaku habis-habisan. Menyebalkan.

“Mian.. Apa agassi ada hubungannya dengan tuan Kim?” Deg. Suara seorang yeoja. Nugu?

“Ah.. Ne.. Aku yeojachingunya.. Nu.. Nuguya?”

“Aku suster.. Tuan Kim mengalami kecelakaan. Bisakah agassi datang?” Lidahku kelu. Apa? Kibum.. Kecelakaan?!

———-
Aku melangkahkan kakiku menuju ruangannya. Entah sudah berapa kali aku menabrak orang yang lewat dan sudah berapa kali aku ditegur suster. Aku tidak peduli. Yang ku pedulikan hanya Kibum-ku!!

Sampailah aku pada kamar bernomor 1315. Ku intip dari kaca yang terdapat di pintu ini. Kibum berbaring tak berdaya disitu dengan banyak selang. Omona. Bertahanlah, chagiya..

Air mataku mengalir tanpa aku sadari. Jangan-jangan ia seperti ini karna tidak ingin aku menunggu lebih lama di cafe itu? Baboya, Chaeri!!

Aku masuk dan langsung menuju Kibum yang tak berdaya. Aku menggenggam tangannya erat. Dingin. Tidak ada kehangatan seperti kemarin-kemarin. “Kibum-ah.. Ireona..” Panggilku lirih. Bahkan bercak darah di bajunya masih berwarna terang.

Aku melihat alat pendeteksi jantungnya. Nyaris lurus!! Mataku membulat sempurna. Suara yang tak ingin terdengar pun kini teriang di telingaku.

“Dokter!!” Teriakku membahana diruangan ini. Andwae!!

Dokter segera datang dan segera memeriksa Kibum. “Pasien sekarat! Agassi tolong keluar..” Perintah dokter. Aku mengangguk mengerti lalu keluar. Kaki ku lemas. Air mataku mengalir lagi. Tuhan.. Jebalyo.. Jangan ambil nyawa namjachinguku..

Aku menunggunya sadar. Aku duduk di ruang tunggu. Dokterpun keluar. Aku langsung berlari kearahnya. “Ba.. Bagaimana?!” Tanyaku to the point. Berharap dokter mengatakan hal yang ingin ku dengar.

“Kami sempat kehilangan detak jantungnya. Tapi untunglah ia masih bernafas. Tapi ia koma sekarang. Berdoa lah untuk kebaikkannya, agassi..” Dokter menepuk pundakku lalu pergi meninggalkanku yang masih terpaku. Kibum.. Koma?!

Aku duduk diruang tamu. Menunggunya sadar. Aku melihat ke luar jendela, gelap. Malam sudah tiba. Tapi entahlah.. Aku enggan untuk beranjak dari sini.

Menangis. Hanya itu yang bisa kulakukan. Aku menghela nafas dan menghapus air mataku. Aku berdiri lalu membelakangi pintu ruangannya. Aku berdiri dengan lututku, melipat tangan. Siku ku menepel pada kursi ruang tunggu ini. Aku berdoa. Berdoa meminta agar Kibum cepat sadar. Apapun akan kulakukan. Apapun. Tuhan. Kabulkan permohonanku.

Aku membuka mataku lalu menoleh ke kanan. Seorang namja tengah memperhatikanku. Pandanganku buram akibat air mata. Aku menghapus air mataku lalu menyipitkan mataku. Apa aku tidak salah lihat? Ada.. Sayap?!

“Nu.. Nuguya?!” Tanyaku takut. Aku mengambil jarak. Takut bahwa ia orang jahat. Tapi jika dilihat dari wajahnya, ia bukan orang jahat.

“Aku.. Malaikat. Apa permintaanmu? Aku akan mengabulkannya..” Ujarnya sambil tersenyum. Bahkan aku dapat melihat ada lesung pipi di sebelah kiri. Malaikat? Jinjja?

“Jin.. Jinjja?” Tanyaku memastikan. Jika dilihat dari sayap dan pakaiannya yang serba putih. Mungkin benar. Ia hanya mengangguk.

“kumohon.. berikan sisa nyawaku untuknya..” Pintaku sambil memegang tangannya.

“kenapa?”

“karna aku.. mencintainya..” Ucapku mantap. Benarkan. Dia namjachinguku.

“kau tau kan bahwa permintaanmu itu.. membahayakanmu?” Aku mengangguk pelan.

“aku tau.. tapi bukankah kau malaikat? kau.. bisa mengabulkan permintaanku kan?” air mata sudah menggenang di pelupuk mataku dan siap terjatuh kapan saja.

“Baiklah. Tapi ada syaratnya”

“Apapun itu!”

“Ambil kelopak bunga dari pohon disana” ia menunjuk ke pohon dekat taman Rumah Sakit ini. Apa? APA?!

“Mwo?! Tapi.. Pohon itu tidak pernah berbunga. Mungkin pohon itu sudah mati” tolakku. Mana mungkin?!

“Rawatlah pohon itu dan usahakan agar ia berbunga” aku terdiam.

“Arrasseo.. Aku akan melakukan yang terbaik”

——–
Sudah 4 hari aku terus ke taman ini dan menyirami pohon itu penuh cinta. Hanya pohon inilah satu-satunya harapanku. Kibum sama sekali belum bangun dari komanya.

‘Jika tuan Kim tidak bangun sampai besok.. Kami tidak menjamin ia bisa bertahan’ itulah yang dokter Choi katakan padaku. Kibum-ah.. Ireona.. Jangan tinggalkan aku!!

Aku berjongkok lalu memeluk ke2 kaki. Ku benamkan kepalaku di kakiku. Aku menangis lagi. Entah sudah yang keberapa kali.

Sesuatu jatuh diatas kepalaku. Aku mendongak. Mataku melebar. Pohon ini.. Berbunga?! Aku segera mengambil kelopak bunga yang jatuh di atas kepalaku. Aku berlari menuju rumah sakit.

Baru aku mau masuk ke ruangan Kibum, dokter dan suster sudah mendahuluiku. Aku hampir terjatuh karna itu. “Detak jantungnya hilang!! Suster, siapkan semuanya!!” Pekik dokter. Apa?! Andwae!!

“Jungsoo-ah!! Jebalyo!! Eodiga?!! Tolong aku!!” Teriakku sambil menangis. Aku memanggil malaikat yang datang menghampiriku beberapa hari lalu yang ku tau namanya Park Jungsoo. Hanya namanya yang ku tau.

“Aku disini” ucapnya ramah. Aku menoleh. Aku memberikan kelopak bunga ini dengan tangan bergetar.

“Kau yakin? Jika kau memberikan nyawamu berarti kau..”

“Tak apa! Asalkan ia.. Asalkan ia bisa hidup.. Jebalyo..” Pintaku sambil terisak. Bahkan sekarang aku tidak bisa bernafas. Sesak. Sangat.

“Arrasseo.. Permintaanmu.. Ku kabulkan..” Ucapnya lalu mengambil kelopak bunga dari tanganku.

Aku menatap matanya. Heh?! Jadi.. Aku?

Aku melihat ke belakang. Ku lihat ‘tubuh’ku tengah terbaring di lorong rumah sakit ini. “Detak jantung pasien kembali! Ia sadar!” Suara suster teriang ditelingaku. Syukurlah. Tak apa. Kibum-ah.. Mianhae..

“Aku.. Ingin menunjukkan sesuatu padamu..” Ucapnya lalu mengenggam tanganku.

“Apa?” Tanyaku penasaran. Aku menghapus air mataku lalu menatap wajah damainya.

“Sesuatu yang harus kau ketahui” ia menggenggam tanganku lalu semua putih.

Aku membuka mataku perlahan. Ku lihat sekeliling. Ini.. Di jalan dekat rumah Kibum kan? Jungsoo-ah dan aku berdiri di pinggir jalan. Sebenarnya mau berdiri di tengah jalanpun tak apa. Toh, kami berdua bukan manusia. Mataku menangkap sosok yang ku kenal. Itu Kibum. Ia sedang mengendarai motornya. Tanpa sadar aku tersenyum. Bogosipeoyo, Kibum-ah.

“Ne.. Aku tau.. Kau sudah lama ya? Aku datang secepatnya” ucapnya. Dia sedang menelepon? Nugu? Ia ada janji dengan orang lain?

“Aku akan menelepon Chaeri nanti, aku akan bilang aku ada urusan, sabar chagiya~”

Mataku membulat dengan sempurna. Dia.. Bukan meneleponku.. Dia menelepon orang lain? ‘Chagiya’? Kibum.. Mempunyai yeojachingu lagi?!

“Ne.. Aku sedang dalam perjalanan..”

Lampu merah sudah berubah menjadi hijau. Tapi Kibum masih menelepon. Aku melihat ada mobil melaju kencang ke arahnya. “Kibum-ah!! Awas!!” Teriakku lalu aku berlari kearahnya. Jarak antara aku dan dia memang jauh. Tapi entah kenapa aku bisa mendengar ucapannya di telepon itu dengan jelas. Apa ini kekuatan Jungsoo-ah?

“Nado saranghae~ sudah, ne? Aku ingin telepon Chaeri dulu” ia belum melihat mobil dihadapannya! “Kibum-ah!!” Pekikku lebih keras. Entahlah, aku memang bodoh. Mana mungkin ia bisa mendengar ku.

Pip. “Chae.. Chae.. Ah! Ini di..” TIN TIN!! “KIBUM-AH!!” BRAK!

Kecelakaan itu terjadi di depan mataku. Aku menangis sejadi-jadinya. Jadi.. Kibum kecelakaan karna hal ini?! Karna ia ingin menemui ‘yeojachingu’ nya? Tapi bukan akulah ‘yeojachingu’ yang ingin ia temui. Kibum-ah.. Waeyo? Apa kau tidak menyanyangiku lagi?

“Mian.. Aku tidak bermaksud membuatmu menangis. Tapi aku ingin memberitahukan kejadian yang sebenarnya” Jungsoo menghapus air mataku. Aku bingung untuk apa aku menangis?

Untuk Kibum kah? Atau untuk kebodohan ku?

Memberikan nyawaku kepada seseorang yang ternyata sudah tidak mencintaimu lagi?

Bodoh. Ya, aku bodoh. Baboya, Chaeri.

———
Sudah 3 hari ini aku menjadi ‘arwah’ yang tidak punya tempat tujuan. Padahal Jungsoo selalu menawarkan ku untuk ikut dengannya.

Aku tidak tau kenapa aku menolak tawarannya dan malah memilih untuk memata-matai Kibum dan ‘yeojachingu’nya.

Selepas dari koma, dia kembali ke kehidupannya. Ternyata benar. Ia mempunyai ‘yeojachingu’ lain.

Bahkan ia datang ke pemakaman ku bersama dengan yeojachingunya. Seo Rinka. Ya. Itulah nama yeoja beruntung itu.

Dan kalian tau apa yang dikatakan Kibum saat ia datang di pemakaman ku?

‘Chae.. Ini Seo Rinka.. Yeojachinguku.. Mian, Chae.. Aku mencintainya.. Biarkan aku bahagia bersamanya.. Gomawo untuk selama ini.. Kuharap kau bahagia disana..’

‘Bahagia’?

Apa aku bisa bahagia setelah mendengar kau mengatakan itu?

Setelah aku melakukan hal paling bodoh di dunia ini?!

Lagi, aku menangis. Padahal aku tidak pernah minum, tapi kenapa air mata ini rasanya tak pernah habis?

Seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh dengan keadaan kacau. Jungsoo-ah. Ia datang lagi.

Aku langsung memeluknya. Menangis didada bidangnya. Melepaskan semua emosi ku. Aku perlu seseorang untuk bersandar. Jungsoo-ah, kau datang disaat yang tepat.

“Kau.. Menyesal?” Tanyanya sambil mengelus rambutku. Kujawab dengan isakkan. Entah apa yang harus kujawab? Haruskan ku jawab, ‘ya, aku menyesal, tolong tarik kembali permintaanku’. Konyol. Mana mungkin bisa?

“Chae, ayo ikut aku” lagi, ia menawarkannya padaku. Tangannya mengadah kebawah seakan meminta ku untuk memegangnya. Aku terdiam cukup lama. Aku menatap wajahnya.

Ia tersenyum. Lesung pipinya terlihat. Tanpa sadar aku berjalan mendekatinya dan meraih tangannya.

“Panggil aku Leeteuk. Kini kau sama sepertiku, Chae” saat ia berkata seperti itu aku merasa ada sesuatu di belakang punggungku. Aku menoleh sedikit. Sayap. Tapi tak sebesar dan secantik milik.. Leeteuk?

“Aku.. Harus memanggilmu apa?”

“Oppa.. Panggil aku Oppa”

-flashback end-

Aku duduk di bangku taman Surga. Memandang pohon ini dengan tatapan mata sendu.

Mataku bengkak karna menangis. Disebelahku kanan ku ada Leeteuk oppa. Dan disebelah kiriku ada Yesung. Ups, mungkin aku juga harus memanggil Yesung dengan sebutan oppa. Tapi, wajahnya tidak mendukung. Ia seperti anak-anak.

“Seharusnya aku memberikan syarat yang lebih berat! Membuat 1000 burung bangau kertas atau suruh ia menyanyi 100 lagu!” Gerutu Yesung.. oppa.. Aish! Haruskah aku memanggilnya dengan sebutan itu? Ne, ne.. Baiklah, ku ralat. Gerutu Yesung oppa kesal. Bahkan ia mengacak rambutnya hingga berantakkan. Walau sebelum dia acak pun memang sudah berantakkan.

“Sudahlah. Toh, sudah berlalu” ucap Teuk oppa sambil mengelus kepalaku. Aku tersenyum. Ya, semua hanya masa lalu.

“Gomawo, Teuk oppa.. Dan.. Yesung.. Oppa..” Ucapku pelan sepelan-pelannya. Mungkin lebih cocok dibilang sebuah bisikan.

“Apa? Kau menyebutku apa tadi?” Aish. Haruskah ia meminta kepastian begini?

“O-ppa!!” Teriakku tepat di telinganya dengan suara tinggi karna kesal. Ia langsung menutup telinganya yang menjadi korban keganasanku.

Mata kami ber3 tertuju pada cahaya bola di atas tiang emas. Warna oranye. Sepertinya aku tau siapa yang membutuhkan pertolonganku.

“Teuk oppa.. Yesung oppa.. Maukah kalian membantuku? Aku.. Punya permintaan..” Pintaku sambil membentangkan sayapku.

Mereka ber2 mengangguk. Aku tersenyum. “Appa.. Ku mohon bantu aku juga” bisikku pada diri ku sendiri. Tapi aku yakin, Appa yang sedang berada di dalam Gereja Surga mendengarnya.

Kami ber3 terbang menuju Rumah Sakit. Hyeji menangis di depan ruangan Kyuhyun. Aku langsung menghampirinya.

“Chaeri-ah!! Jebalyo! Kabulkan permintaanku!!” Pintanya sambil memelukku. Ia menangis dipelukkanku. Aish. Baju putih ku basah. Tapi sekarang bukan itu yang menjadi permasalahnya!

“Apa agassi yang bernama Hyeji?” Tanya seorang suster yang keluar dari kamar Kyuhyun. Hyeji langsung mengangguk. Suster langsung menyuruh ia masuk ke dalam ruangan. Kami ber3 pun ikut masuk. Toh, para suster dan dokter tidak bisa melihat kami.

“Hyeji-ah..” Panggil Kyuhyun lirih. Hyeji langsung menggenggam tangan Kyuhyun. “Aku disini, Kyu..” Dapat kulihat Hyeji menangis.

“Mian selama ini.. Aku selalu berbuat kasar padamu.. Karna aku tau.. Kau mencintaiku.. Aku tidak mau kau mencintaiku karna aku tidak dapat.. Hidup lebih lama lagi.. Hyeji.. Terima kasih telah mendukungku untuk menjadi seorang penyanyi.. Tapi aku tidak bisa menjadi seorang penyanyi.. Mianhae.. Waktuku tidak banyak, Hye.. Dengarkan baik-baik karna mungkin ini terakhir kalinya.. Aku mengucapkannya..”

Aku menahan air mataku. Ternyata ini sebab Kyuhyun bersikap seperti ini padanya. Hyeji mengangguk tanda mengerti.

“Saranghaeyo, Song Hyeji.. Jeongmal..” Tak lama suara pendeteksi jantung Kyuhyun berubah menjadi lurus. Mata kami semua membulat sempurna.

“KYUHYUN!!”

Kami ber4 keluar dari ruangan. Hyeji tak henti-hentinya meraung menangis memanggil nama Kyuhyun.

“Chaeri! Jebalyo!! Kabulkan permintaanku!!” Pintanya dengan nada tinggi dan parau. Toh, syaratnya sudah terpenuhi bukan?

“Ne.. Aku bisa.. Tapi aku tidak sekejam itu Hyeji.. Rubahlah permintaanmu. Jika Kyuhyun bisa hidup tetapi tidak ada kau, apa gunanya? Jangan gegabah. Sekarang kau tau ia mencintaimu. Mintalah permohonan yang lain. Aku akan mengabulkannya” ia terdiam. Mungkin mencerna semua kata-kataku barusan. Wow. Itu tadi adalah kalimat terpanjang yang ku katakan setelah menjadi malaikat.

“Bo.. Bolehkah?” Tanyanya memastikan. Kami ber3 mengangguk. “Tentu, lagipula syaratmu sudah terpenuhi” tambah Yesung oppa. Aku dan Teuki oppa mengangguk lagi.

“Ka.. Kalau begitu.. Aku meminta agar Kyuhyun sembuh dari penyakitnya” bodoh. Apa ia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri? Meminta kesembuhannya sendiri misalnya? Apa karna Kyuhyun dan cinta ia jadi lupa bahwa ia ada penyakit serius?

Aku memejamkan mataku, menyampaikan permintaannya pada Appa. Kubuka mataku, “ne.. Permintaanmu kukabulkan” ucapku sambil tersenyum.

Beberapa detik kemudian dokter keluar, tentu Hyeji langsung menemuinya. “Bagaimana?!”

“Tuan Cho sudah sadar. Mujizat. Kau berdoa dengan tekun, agassi. Temui ia. Tapi ia masih lemah” jawab dokter dengan senyum sumingrah.

Hyeji menatap kami ber3 lalu membungkuk, “gomawo! Jeongmal gomawo! Gamsahamnida!” Ucapnya terus menerus.

“Ani.. Berterima kasihlah pada Tuhan” tambah Teuki oppa. “Ne.. Gamsahamnida, Tuhan” Hyeji mengahapus air matanya lalu segera masuk ke ruangan Kyuhyun.

“Yesung oppa.. Maukah kau mengabulkan permintaan ku?” Pintaku menggunakan puppy eyes ku.

“Apapun, Han Chaeri” godanya.

“Jebal.. Sembuhkan penyakit Hyeji” ia mengangguk. “Ne.. Permintaanmu kukabulkan” ucapnya sambil tersenyum.

“Gomawo.. Teuki oppa, bisa.. Kabulkan permintaanku, lagi?” Aku menyinggungkan senyuman paling manis -menurutku-.

“Ne.. Akan kukabulkan” ia tertawa ringan.

“Buatlah Kyuhyun dan Hyeji bahagia sampai maut memisahkan mereka. Aku yakin mereka ber2 adalah cinta sejati masing-masing” Teuki oppa mengangguk tanda mengerti.

“Ne.. permohonanmu ku kabulkan” aku tersenyum, “gomawo. Kaja kita pulang. Aku.. Ada urusan sedikit dengan Appa” ajakku. Lalu kami ber3 membentangkan sayap dan terbang ke Surga.

“Chakkam, Chae.. Boleh aku bertanya satu hak?” Tanya Teuki oppa. Aku menoleh, “ya?”

“Apa.. Kau menyesal?” Aku tersenyum.

“Pada awalnya.. Tapi sekarang tidak. Aku bersyukur..” Jawabku sekenanya. Memang itu yang kurasakan.

“Arrasseo.. Kaja” ajak Yesung oppa.

———
Begitu sampai di Surga aku langsung menemui Appa. Aku ingin meminta sesuatu padaNya.

“Appa” panggilku pelan. Ia menoleh, “Chaeri.. Appa mencarimu” deg. Appa mencariku? Ada apa? Aish. Jangan-jangan karna aku meminta permintaan pada Yesung oppa dan Teuki oppa.

“Kau tau kan bahwa kau hanya bisa meminta satu permintaan?” Tepat. Aish. Aku tau. Tapi.. Bagaimana?

“Hmm.. Appa.. Aku tau.. Tapi..” Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Aish. Sepertinya aku tertular Yesung oppa.

“Tapi.. Appa memaafkannya. Kau tau? Meminta permintaan untuk kesenangan orang lain itu sangat indah, Chae.. Sudah Appa bilang kan? Kau bisa menangani Hyeji” tambah Appa. Aku tersenyum lalu segera memelukNya. “Gamsahamnida Appa.. Saranghae!”

“Nado, Chae..” aku menatap Appa teduh. Demi apapun, wajahnya sangat damai. “Appa.. Boleh aku meminta permintaan dariMu?” Tanyaku takut-takut.

“Permintaan terakhir kah?” GodaNya. Aku tertawa lalu mengangguk. “Untuk hari ini” Appa tertawa pelan. “Baiklah, sebutkan permintaan terakhirmu untuk hari ini” canda Appa. Kali ini giliran aku yang tertawa.

“Aku ingin agar semua orang mendapat cinta sejatinya. Dan mereka hidup bahagia bersama cinta sejati mereka masing-masing” pintaku. Appa tersenyum. Artinya boleh?

“Permintaanmu Ku kabulkan, Chae..” Aku tersenyum. “Gomawo Appa”

“Chae, Appa punya nama untukmu” aku membulatkan mataku lalu melepaskan pelukkanku. “Jinjja?!” Tanyaku antusias.

“Han Sarang. Artinya satu cinta. Cinta sejati hanya ada satu. Indah bukan?” Han Sarang? Nama yang indah. Aku mengangguk. “Gomawo Appa.. Jeongmal!!” Aku meloncat kecil. Akhirnya Appa memberikan nama untukku!!

“Kembali ke pekerjaanmu, Sarang-ah.. Banyak orang di sana yang membutuhkanmu” ucap Appa lalu mendorongku pelan. Aku mengangguk, “ne Appa!”

Aku berjalan menemui Teuki oppa dan Yesung oppa. Mereka duduk di rumput taman Surga. Baru aku ingin duduk cahaya di atas tiang emas bercahaya. Sapphire blue. Teuki oppa berdiri. “Ah, itu warnaku. Aku pergi dulu” pamitnya. Ia membentangkan sayap lalu pergi.

Tak lama warna cahaya itu berubah menjadi merah. “Ah, warnaku. Aku pergi dulu, ne Sarang-ah” aku mendelik, “oppa tau?” Tanyaku heran.

“Tentu. Aku dan hyung menguping tadi” ucapnya santai sambil memasang wajah tanpa dosa. Dasar! Ia membentang kan sayap lalu terbang.

Baru sedetik aku mendudukan diriku di rumput warna cahaya itu berubah menjadi oranye. “Warnaku” ucapku pelan. Ku bentangkan sayap lalu terbang mencari siapa yang ingin kukabulkan permohonannya.

Apa kau memiliki permintaan?

Mungkin para malaikat, aku, Yesung oppa, Leeteuk oppa, bahkan Appa akan mengabulkannya.

Jadi.. Apa permintaanmu?

-END-

AN: enjoy it! sorry for typos ^^~

 

Comment's Box