Promise You

= Promise You =

Author        : Ellyn / @hellollyn

Rating             : PG-13

 

Karena elu udah kangen tu abang buat balik, jadi gua percepat baliknya pas tanggal empat juli ya.. hehe.. bilang makasih udah gua buatin ini ff!! happy birthday my stubborn girl!! Wish u all the best X) *I hope this ff can publish on July fourth*

 

Ku kerjapkan mataku dengan enggan ketika sinar mentari pagi menyeruak masuk melalui celah tirai kamar, sedikit mengusik tidurku yang ternyata memang hanya beberapa jam setelah semalam batinku berperang karena pikiran-pikiran bodoh yang menyelinap masuk tanpa diperintah. Dua tahun berselang, apa dia telah melupakanku?

Aku mengerang kesal ketika menyadari betapa bodohnya pikiran tersebut. Tentu saja ia telah melupakanmu, kau pikir kau siapa?! Kau tidak lebih hanya seorang gadis biasa yang kebetulan menolongnya dari ancaman ‘mati kelaparan’ yang jauh dari kata cantik – meskipun sebagian orang mengatai diriku cukup manis, seorang penjaga toko bunga kecil yang hidup sederhana, sangat berbeda dengan dirinya yang hidup dengan kemewahan dan selalu menjadi sorotan setiap orang. Jika diibaratkan dia adalah sekuntum bunga tulip yang baru mekar yang akan menarik perhatian banyak orang dan membuat mereka berdecak kagum sementara aku hanya sehelai daun kering yang telah gugur yang dilirik pun tidak dan berakhir dengan terinjak oleh puluhan kaki yang berjalan angkuh.

Ku singkap selimut yang masih membungkus tubuhku kemudian menyeret tubuhku untuk segera bangkit. Sudah dua tahun berlalu sejak saat itu. Saat dimana aku pertama kali bertemu dirinya. Pertemuan yang sebenarnya tidak disengaja yang mau tak mau membuatku merasa sangat senang. Bagaimana tidak? Bertemu dan berbicara langsung pada orang yang kalian idolakan, apa ada hal lain yang lebih membahagiakan dari itu?

***

“T-tuan… kau tidak apa-apa? Kau baik-baik saja?” aku menepuk pundak seorang laki-laki yang kini tengah berlutut di tepi jalan sambil memegangi perutnya. Ini sudah cukup malam, sebenarnya aku sedikit takut kalau-kalau dia hanya seorang penipu, seorang perampok yang mungkin  hanya berpura-pura agar menarik perhatian korbannya. Tetapi jika dilihat-lihat lagi dari penampilannya, laki-laki ini tidak mungkin seorang perampok. Ia menggunakan setelan jas lengkap, sepatunya saja terlihat mahal. Lalu kenapa dia bisa disini?

“Tuan…?” ku beranikan diriku kembali menepuk bahunya namun hanya erangan kecil yang menjadi balasan. Baiklah, jika memang dia adalah seorang perampok aktingnya benar-benar bagus. Namun jika benar dia seorang perampok, dia juga tidak akan mendapatkan apa pun dari selain beberapa lembar won yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari dan sekantung belanjaan untuk makan malam.

“Kau baik-baik saja?!” tanyaku mulai panik saat ia menunduk lebih dalam dan mengerang lebih keras. Bagaimana kalau ternyata orang ini bukan perampok dan tengah mengidap penyakit mematikan dan saat ini penyakit itu tengah kambuh? Bagaimana kalau orang ini ternyata tersesat dan seluruh keluarganya tengah mencarinya?

Aku memberanikan diri untuk menarik tubuhnya. Rumahku tidak jauh dari sini aku bisa saja berpura-pura tidak tahu jika laki-laki ini tengah kesakitan dan butuh pertolongan sementara jalanan disini sangat sepi, namun aku tidak mungkin melakukan itu. Aku memang terkadang cuek, tapi aku juga bukanlah orang yang tidak memiliki perasaan meninggalkan orang yang mungkin sedang sekarat tanpa memberinya bantuan.

“Tuan… apa kau bisa berdiri? Rumahku tak jauh dari sini, kau bisa beristirahat sebentar di rumahku.” kataku dengan nada khawatir yang berlebihan karena laki-laki itu tak bergeming dari posisinya.

Ia sedikit mengakat tubuhnya dan tangannya menggapai-gapai. Ku ulurkan tanganku padanya dan ia dengan sigap meraihnya, menjadikannya tumpuan agar tubuhnya bisa bangkit. Saat itu juga darahku berdesir dan jantungku berdegub kencang. Tangannya benar-benar lembut dan meskipun penerangan di tempat kami saat ini sangat minim aku bisa melihat jari-jari lentiknya. Jadi dia ini laki-laki atau perempuan? Atau laki-laki yang mirip dengan perempuan? atau mungkin perempuan yang berdandan mirip laki-laki?

Aku menggelengkan kepalaku menepis pikiran-pikiran bodoh yang terlintas di otakku. Kenapa otakku ini selalu saja mengeluarkan spekulasi-spekulasi yang aneh-aneh? Masih terpaku pada tubuhnya yang masih setengah membungkuk di depanku. Aku masih belum bisa melihat wajanya namun detik berikutnya aku nyaris berteriak kencang dan melompatkan kedua bola mataku keluar ketika melihat seraut wajah yang kini tengah menahan sakit di depanku.

“Bisa kau tolong aku?” lirihnya.

Hening.

“Nona, aku akan mati sebentar lagi? Kau bilang kau tadi akan menolongku?” ucapnya lagi yang menarikku dari lamunanku. Astaga!! Kenapa dia bisa disini?! Ya Tuhan!! Apa aku bermimpi?

Eoh? N-ne. R-rumahku tidak jauh dari sini jika kau ingin sekedar b-beristirahat,” ucapku sedikit tergagap. Aku bisa merasakan ia tersenyum kecil dan nyaris membuat jantungku terlonjak keluar.

“Baiklah. Bisakah kau buatkan aku makanan? Aku lapar…” ucapnya lagi dan aku hanya menganga lebar. Jadi dia hanya kelaparan?!

 

***

 

“Memangnya kenapa? Ini kampung halamanku,” sahutnya tanpa menatapku. Ia masih asik menyantap bulgogi dan kimchi jiggae yang Eomma buatkan untuknya. Eomma juga nampak terkejut karena aku tiba-tiba membawa seorang superstar ke rumah.

Aku merutuki kebodohanku. Benar, Gangwon-do juga kampung halamannya bagaimana aku bisa lupa?

“Lalu kenapa kau bisa terjatuh seperti tadi?” tanyaku lagi. Aku hanya sedikit heran bagaimana bisa ia mengerang kesakitan di tepi jalan yang sepi tadi? Apa dia benar-benar sakit?

“Bukankah sudah ku katakan kalau aku kelaparan? Sejak kemarin aku sangat sibuk hingga aku lupa makan? Kau tidak mengenalku? Pekerjaanku sangat banyak, Nona.” aku mengatupkan bibirku rapat-rapat. Ternyata sifatnya benar-benar sama seperti apa yang di tulis di beberapa fan page. Arogan, sedikit angkuh, dan suka berbicara seenaknya. Aku tahu Eomma juga sama takjubnya denganku saat ini. Terbukti karena dari tadi ia hanya bisa menatap kami dalam diam.

Tanpa sadar aku berdecak. “Jadi kau hanya kelaparan sampai-sampai kau terjatuh seperti tadi?” kataku sedikit sinis. Orang ini mengaku memiliki otak yang brilian namun tidak bisa berpikir dengan baik.

“Aku tidak terjatuh. Aku hanya tengah berlutut dan memegangi perutku yang kelaparan.” elaknya angkuh. Benar-benar khas dirinya.

“Baiklah. Terserah kau.” Kataku kemudian menyandarkan tubuhku pada kursi makan.

“Aku boleh menginap disini, kan?” lontaran pertanyaannya membuatku dan Eomma membuka mulut kami sembari menatapnya tidak percaya.

Apa orang ini selalu seperti ini? Melakukan dan mengucapkan segala sesuatu yang ada di pikirannya tanpa perduli reaksi yang akan ditimbulkan orang-orang disekitarnya?

M-mwo? M-menginap?”

Ia mengangguk sebelum menenggak segelas air putih hingga tandas dan mengusap bibirnya dengan punggung tangannya. “Ini sudah terlalu malam dan aku tidak membawa mobilku. Aku tidak mungkin berjalan kaki pulang ke rumah karena rumahku cukup jauh dari sini, jadi aku ingin meminta ijn untuk menginap disini? Tidak apa-apa, kan?”

Oh, Tuhan…. Apa aku salah mengidolakan seseorang?!

 

***

 

Orang itu, laki-laki itu sudah pergi tadi pagi setelah berpamitan padaku dan Eomma serta mengucapkan terimaksih setelah seseorang menjemputnya. Baiklah meskipun pertemuan tadi malam itu sangat-sangat aneh tapi tentu saja aku tidak bisa melupakannya. Seorang superstar yang tengah menjadi idola dunia makan malam dan menginap di rumahku!! Bisa kalian bayangkan bagaimana perasaanku saat tadi malam? Bahkan jika semalam itu hanya mimpi aku tidak mempermasalahkannya karena semuanya benar-benar terasa nyata. Tatapan matanya, senyum separuhnya, suaranya, dan… sentuhan tangannya. Aku memegang tangan seorang penyanyi terkenal! Wow! Aku yakin seluruh gadis di Korea akan iri padaku!!

“Rin-ah! Kau akan disangka memiliki gangguan kejiawaan jika kau terus-terusan tersenyum menggelikan seperti itu,” perkatakan Eomma menarikku dari lamunanku.

Aku menggaruk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal dan kembali melanjutkan pekerjaanku menyusun beberapa pot bunga pada etalase toko. Aku dan Eomma memiliki sebuah toko bunga kecil dan kami berdua yang menjalankannya sebagai sumber penghasilan kami.

Aku tengah menyiram beberapa bunga yang ada di depan toko kami ketika sebuah sedan hitam berhenti tepat di depan toko kami. Aku mengernyitkan keningku bingung. Namun detik berikutnya aku tersadar bahwa mobil ini adalah mobil yang sama seperti yang tadi pagi menjemputnya dan saat itu juga aku terperangah ketika mendapati sosoknya keluar dari salah satu pintu mobil. Saat ini ia hanya memakai pakaian santai, celana jeans serta t-shirt berwarna putih yang dilapisi dengan cardigan abu-abu.

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali ketika sosoknya berjalan mendekat ke arahku. Ya, Tuhan apa ini nyata? Kenapa begitu banyak kejutan yang kau berikan padaku dalam waktu kurang dari 24 jam?!

“Aku nyata, Nona. Kau tidak perlu kaget begitu,” ucapannya meyakinkanku bahwa sosoknya yang kini sudah berdiri di depanku adalah nyata.

“K-kau…” aku tidak tahu ingin mengatakan apa. Lidahku tiba-tiba kelu, lihatlah bagaimana laki-laki ini merusak sistem kerja tubuhku dalam waktu kurang dari 24 jam!!

“Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih karena kau sudah menolongku. Kalau saja semalam kau tidak menolongku aku yakin aku sudah mati kelaparan.” siapa pun yang mendengar ucapannya pasti akan tertawa. Bukankah itu konyol? Namun, seperti yang aku katakan… pria ini telah berhasil merusak segala sistem kerja tubuh dan sistem sarafku sehingga tidak berjalan dan berfungsi sebagaimana mestinya karena aku hanya bisa berdiri mematung menatap dirinya.

“Nona, aku tahu kau mengagumiku. Tapi bisakah kau tidak memperlihatkannya dengan begitu mencolok? Kau ini seharusnya kau bisa mengontrol dirimu di depan orang yang kau sukai, bagaimana pun sikap dan gerak tubuhmu itu benar-benar menunjukkan bagaimana perasaanmu. Apa aku semengangumkan itu?” deretan kalimat narsisnya hanya bisa membuatku menatapnya tidak percaya. Antara takjub, malu, heran, bingung, semuanya… entahlah. Dia itu benar-benar…

“Sudahlah… aku kesini hanya ingin memberi tahu satu hal – ah, meskipun aku yakin kau sudah mengetahuinya, aku akan pergi selama dua tahun. Kau tahu kan untuk apa? Tentu saja kau tahu, karena kau adalah fansku – benar, kan? Ah, tidak usah terkejut begitu, foto-fotoku yang terpajang di rumahmu sudah cukup menjadikan bukti bahwa kau mengagumiku… dan aku merasa cukup senang karena ditolong oleh orang yang yang ternyata adalah fans-ku,” lagi-lagi mulutku terbuka lebar dengan segala penuturannya. Apa dia tidak bisa tidak membuatku malu?! Sejelas itukah sikapku di depannya?

Ia berdecak tidak sabar. “Kau ini kenapa, sih? Setahuku semalam kau masih bisa bersuara, tapi pagi juga… apa kau mendadak menjadi tuna wicara?!” kata-kata bernada sarkatis itu sebenarnya cukup menyinggung dan sedikit tidak sopan, namun dengan bodohnya aku memakluminya dan menerima segala ucapan yang ia lontarkan padaku.

Ia menggaruk belakang kepalanya nampak frustasi sementara aku masih terdiam di tempatku dan tidak mengalihkan pandanganku dari sosoknya yang berdiri menjulang di depanku. Aku melihatnya meraih saku celananya dan mengeluarkan sebuah benda. Aku menyernyitkan keningku ketika benda itu sudah tertangkap jelas oleh kedua mataku.

“Aku hanya ingin memberimu ini. Kau jaga baik-baik, eoh? Saat aku kembali kesini aku mau benda itu masih ada, arasseo?!” aku mengerjapkan mataku saat tangan lembut itu meraih tangaku dan menjejelkan benda yang terasa dingin itu di atas telapak tanganku. Sebuah gelang rantai.

“Kau tidak ingin mengucapkan terimakasih?” aku mengalihkan tatapanku dari gelang rantai di tanganku ke arah wajahnya.

“Eh.. ehmm… kamsahamnida,” ucapku yang terdengar seperti cicitan. Ia terkekeh dan menepuk kepalaku pelan membuat darahku berdesir dan perutku seakan dipenuhi ribuan kupu-kupu. Perasaan apa ini?

“Kalau begitu akau pergi. Jaga gelang itu baik-baik, karena saat aku kembali kelak aku akan mengambilnya kembali.” ucapnya dan langsung berjalan berbalik menuju mobilnya. Aku kembali menatap gelang rantai di tanganku. Laki-laki itu memberikanku gelang? Dan berjanji akan mengambilnya nanti? Apa dia akan menemuiku lagi?

“Ah, Nona!”

Panggilannya sontak membuatku mengangkat kepalaku dan menatap ke arahnya yang sudah membuka pintu mobilnya. “N-ne?” sahutku tergagap. Aku bisa melihat senyum separuhnya yang khas.

“Kau tahu aku bukanlah orang yang suka mengingkari janjiku. Aku berjanji akan menemuimu lagi dan mengambil gelang itu, kan? Jadi kau benar-benar harus menjaganya dengan baik.”

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku tanda mengerti dengan apa yang ia ucapkan. Ia sudah masuk kedalam mobilnya dan memposisikan dirinya di balik kemudi ketika aku melihatnya menurunkan kaca mobilnya. “Nona… sepertinya aku menyukaimu,”

***

Aku menatap gelang rantai di tanganku. Kejadian dua tahun lalu kembali berputar di otakku seperti ulasan sebuah film. Memang kejadian itu terlalu tidak mungkin untuk dibayangkan namun terlalu nyata untuk dirasakan. Dan aku meyakinkan kejadian saat itu adalah nyata karena saat ini gelang itu masih melingkar manis di pergelangan tanganku.

Aku dengar kemarin dia sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah kembali dengan para dongsaeng-dongsaeng-nya. Bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja? Apa selama ini menjalankan tugasnya ia makan dan istirahat dengan baik? Kenapa aku tiba-tiba ingin sekali melihatnya?

Aku menghembuskan nafasku dengan sedikit kasar. Ku gelengkan kepalaku, menepis segala pemikiran bodoh yang akhir-akhir ini meemnuhi kepalaku. Tapi bukankah ia sudah berjanji? Ah, tidak! Dia pasti sudah lupa dengan janjinya. Ia tidak mungkin ingat padaku yang hanya ditemuinya kurang dari 24 jam! Baginya mungkin aku hanya seorang gadis yang baik hati yang saat itu bersedia menolongnya dari ancaman mati kelaparan – seperti yang ia katakan.

Ku tiup poniku dengan gusar kemudian memindahkan seikat bunga mawar dan menyusunnya bersama puluhan bunga lain di etalase. Aku terlalu sibuk menyusun dan merapikan berbagai macam bunga hingga tidak menyadari seseorang yang sudah memperhatikanku dari arah pintu masuk. Sama sekali tidak mengadari suara hentakan sepatu yang beradu dengan lantai yang kian mendekat ke arahku.

“Aku senang kau menepati janjimu. Kau menjaganya dengan baik,” demi Tuhan aku masih menghafal suara itu. Suara yang bahkan dengan mudah masuk dan menempel pada indera pendengaranku meskipun kami hanya bertemu dalam waktu yang sebentar.

Aku menolehkan kepalaku dan mendapati sosoknya yang tinggi menjulang di depanku dengan senyum separuh khasnya. Apa ini nyata?!

“Aku juga menepati janjiku, kan? Aku kembali dan ingin mengambil kembali gelang itu.” ucapnya yang entah kenapa membuat hatiku mencelos. Jadi ia benar-benar ingin mengambil kembali gelang ini?

Aku menghembuskan nafas kecewa sambil melepaskan gelang di pergelangan tanganku yang terasa begitu berat ku lakukan. Aku lebih memilih dia melupakanku dan membiarkan gelang ini menjadi milikku. Setidaknya aku punya sebuah benda kenang-kenangan darinya, kan?

“Terimakasih.” Ucapnya ketika aku mengangsurkan gelang itu ke tangannya.

“Sama-sama,” ucapku setengah hati. Entah kenapa dadaku terasa amat sesak sekarang. Apa dia akan pergi sekarang? Benar-benar pergi dan tidak akan menemuiku lagi?

“Apa kau tahu bunga tulip putih itu melambangkan apa?” tanyanya yang membuatku mengalihkan pandanganku pada sekumpulan tulip putih di hadapanku. Aku menggeleng. Aku memang memiliki toko bunga, tapi aku tidak tertarik untuk mempelajari setiap bunga yang ada itu melambangkan sesuatu.

“Melambangkan sebuah harapan baru. Sebuah harapan untuk memulai kehidupan yang baru, memulainya dari awal.” laki-laki itu menjelaskan kemudian meraih setangkai tulip putih.

“Jika aku memberikan ini padamu, bagaimana?” tanyanya sambil menyodorkan setangkai tulip putih di depan wajahku yang menatapnya bingung.

Dia berdecak. “Kau ini tidak berubah ya? Apa suaramu bisa mendadak hilang jika berhadapan denganku?”

“A-ani..” ucapku. Aku menundukkan kepalaku. Apa maksudnya memberiku setangkai tulip putih?

“Ya… kau mau menerimanya atau tidak? Kau tenang saja aku akan membayarnya jika itu yang kau khawatirkan.” ucapnya yang membuatku mendongakkan kepalaku menatapnya yang notabene jauh lebih tinggi dariku.

“T-tapi untuk apa?” tanyaku bingung.

“Bukankah tadi aku sudah menjelaskan bunga ini melambangkan apa?”

Aku mengernyit bingung.

“Aigo!” dia berdecak pelan sambil berkacak pinggang. “Sudahlah, terima saja!! Kenapa susah sekali, sih?!” keluhnya sambil menjejalkan setangkai tulip putih itu ke tanganku.

“Nah. Begitu lebih baik,”

Ia kini sibuk merogoh saku jasnya dengan sedikit tergesa kemudian mengeluarkan senyum ketika ia berhasil menemukan sesuatu yang mungkin dicarinya.

“Kau tahu kenapa aku mengambil gelang ini kembali?” tanyanya yang hanya ku jawab dengan gelengan pelan.

“Karena aku akan menukarnya dengan ini,” ia meraih tangan kiriku dan menyematkan sebuah benda di jari manisku. Tanpa aku lihat pun aku tahu apa yang sematkan di jariku. Sebuah benda sakral yang menunjukkan bahwa kau mungkin sudah tidak lagi sendiri, bahwa seseorang mungkin telah memilikimu, bahwa seseorang mungkin tengah melamarmu.

Aku membulatkan mataku dengan kenyataan yang terhampar di depanku. Laki-laki ini menyematkan cincin di jari manisku?!

“Jangan bilang kau masih belum mengerti dengan semuanya? Astaga, kenapa aku bisa menyukai gadis sepertinya! Apa Tuhan sedang menghukumku?!” gerutunya kesal. Dia…. menyukaiku….? Aku tidak salah dengarkan?

“K-kau… menyukaiku?” tanyaku dengan nada tidak percaya. Benarkah? Benarkah orang yang aku idolakan menyukaiku? Aku tidak sedang bermimpi, kan?

“Bahkan saat ini aku sedang melamarmu, kenapa kau tidak mengerti, sih?!” ucapnya begitu santai. Dia…. melamarku?

“Aku menyukaimu – anni, aku mencintaimu, Nona Kim Gyurin. Lihat, bahkan aku tidak perlu repot-repot mengubah margamu agar bisa sama denganku karena kita memang memiliki marga yang sama. Bukankah itu berarti kita memang berjodoh?”

Apa yang dia katakan barusan? Aku sedang tidak mengalami gengguan pendengaran, kan?

“Jangan tanyakan padaku alasannya kenapa aku menyukaimu. Kenapa aku bisa jatuh dalam pesona seorang gadis sederhana sepertimu yang bahkan sama sekali bukan tipeku. Tapi sejak malam itu, malam dimana kau menolongku, aku seakan merasakan desiran aneh. Entah kenapa, aku juga tidak bisa menjelaskannya – dan tolong jangan memintaku untuk mengatakan atau menjelaskan yang lainnya, aku bukanlah tipe orang yang suka bersikap romantis, jadi aku harap kau sudah mengerti apa yang telah ku katakana tanpa aku harus mengatakannya untuk yang kedua kalinya dan aku menginginkan jawabanmu sekarang.”

Lagi-lagi aku hanya bisa menarik rahangku terbuka. Laki-laki ini sedang melamarku atau memerintahku?! Namun, Bagaimana sekarang aku tidak mengerti, segala yang ia ucapkan itu sudah cukup jelas. Sangat jelas, dan haruskah aku berteriak dan melompat-lompat? Orang yang aku idolakan melamarku? Apa ada hal yang lebih membahagiakan dari ini?

Aku tersenyum menatapnya. Senyum yang kubuat semanis mungkin. Senyum yang kini mewakili perasaanku. Apa dia bisa merasakan degupan jantungku? Apa dia juga merasakan hal yang sama denganku?

“Heechul-ssi…

“Heechul Oppa, bukankah aku lebih tua darimu?”

Aku mengangguk. Masih tersenyum. “Gomawo…” lirihku.

“Bukankah aku yang seharusnya mengucapkan terimakasih karena kau menerima lamaranku?” ia berkata sambil meraih tanganku yang telah tersemat cincin ke dalam genggamannya. “Gomawo,”

Sungguh aku ingin menangis, tetapi entah kenapa air mataku sama sekali tidak keluar. Aku bahagia…. Sangat bahagia…. Aku juga tahu sejak tadi Eomma memperhatikan kami dan saat ini ia tengah menatap haru. Eomma, lihat! Sebentar lagi putrimu akan menikah!

“Setelah ini kau harus menemui yang lain. Mereka pasti terkejut mendengar kabar ini!” ujarnya begitu bersemangat.

“Yang lain?” gumamku.

“Tentu saja member Super Junior yang lain!! Kau tidak ingin bertemu mereka secara langsung?”

Lagi-lagi aku membelalakkan mataku. Benarkah ia akan membawaku menemui Super Junior? Aku bersumpah tidak ingin bangun jika semua yang terjadi kini hanya sebuah mimpi.

Aku tersentak ketika merasakan Heechul Oppa mengecup sudut bibirku. “Ekspresimu itu benar-benar membuatku gemas!” ia menatapku dengan mengeluarkan senyum separuhnya. Astaga!! Dia menciumku di depan Eomma!!

“Apa aku boleh menciummu lagi?”

“M-mwo?!”

= F I N =

 

Visit my blog if you mind, www.hellollyn.wordpress.com ^^

Cepet balik, bang!! Gadis keras kepala itu bakal bunuh diri kalau kamu gag balik-balik… kekeke~ leave your comments below, hehe…

17 Comments (+add yours?)

  1. leetaerisparkyu
    Jul 04, 2013 @ 09:52:49

    so sweet

    Reply

  2. yulia
    Jul 04, 2013 @ 09:57:29

    Bingung mw bilang apa??keren Thor…

    Reply

  3. @_abcdeunhae
    Jul 04, 2013 @ 11:21:31

    huuu daritadi udah duga pasti idolanya itu Heechul. Ternyata bener kan xD keren thor ff nyaaaa 😉

    Reply

  4. vendictator
    Jul 04, 2013 @ 12:45:30

    huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    thx u so much hyung, saranghae :* :* :*
    makasih kadonya hhe

    suka banget ama ni ff
    keren, daebak lah pkoknya 😀

    oia, tuh heechul kok bisa kelaperan? ga bawa dompet apa?
    kesian :p

    Reply

  5. Diana Park
    Jul 04, 2013 @ 13:06:01

    Daebakk..keerrrrreeennn…walau hy pov tp ni hebat bgt..heenim..

    Reply

  6. jihanfakhria
    Jul 04, 2013 @ 13:30:39

    Bagus thorrr,jadi kangen sama heechul oppa ㅠㅠ

    Reply

  7. Nawa
    Jul 04, 2013 @ 13:53:39

    Bnar2 mirip dgn sifat asli heechul,,,bgus thor,,aq suka,,kkkkk

    Reply

  8. icha_savitrie
    Jul 04, 2013 @ 14:19:40

    So sweet, walaupun katanya Heechul oppa bukan orang yg romantis, tp apa yang dilakukannya jelas2 bikin speechless..

    Whoooaa, mau bgt di lamar kyk gtu..

    Jadi ikut kangen sm Heechul oppa, cepat pulang.. :”)

    Reply

  9. Shofiaa A.
    Jul 04, 2013 @ 16:06:52

    Ini cerita idaman para fangirl dlm kehidupan nyata 😀

    Ditunggu loh karya selanjutnya!
    keep writing~

    Reply

  10. bungaiw
    Jul 04, 2013 @ 21:35:19

    Keren beud thor.. Heechul narsisnya ga pernah ilang yaa._. Ceritanya sweet bgt .. Jadi kangen heechul u,u Bukannya heechul birthday itu 10 juli ya._. And, I’ll visit your blog:) Keep writing thor (9′-‘)9

    Reply

  11. Futaba
    Jul 05, 2013 @ 06:45:30

    what a beatiful ff !!! awalnya saya terus nebak-nebak siapa namja itu… eeehhh… pas di akhirnya baru ketauan kalo itu si enchul….

    I LIKE IT…. 😉

    Reply

  12. namgichan
    Jul 05, 2013 @ 07:08:04

    Speechless~
    Asli ini keren,,

    Reply

  13. Nieza Kim
    Jul 05, 2013 @ 08:19:39

    aww.. aww.. aww.. Itu gaya Heechul banget.. >///<

    Reply

  14. hellollyn
    Jul 05, 2013 @ 14:26:51

    thanks for read this ^^ thanks juga biat adminnya yang udah post tepat tanggal 4 juli 🙂

    Reply

  15. redliff
    Jul 05, 2013 @ 18:01:32

    oh my. mau dong jd cewe nya huhuhuh

    Reply

  16. Flo
    Jul 22, 2013 @ 21:32:02

    tadi aku pikirnya yeppa XD
    tp, kok sifatnya ga sesuai, ternyata heenim toh..
    heenim banget tuh sifatnya..
    tp, manis banget..

    Reply

Comment's Box