[Donghae’s Day] Naneun elpeuyeyo! (I’m an ELF!)

superthumb

 

Nama                          : Claudya Putri Kharisma a.k.a Song Hyun Ah

Judul                            : Naneun elpeuyeyo !! (I’m an ELF !!)

Main Cast                    : Lee Donghae

Karinina Renaldy

and the others Super Junior’s member

Genre                          : Teenlit, friendship, Love (Theme: ELF, Love, Broken-Home)

Rating                         : PG13

Length                         : [ONESHOT]

Catatan author            : Halo! di cerita ini, aku paling suka              bagian ini “I’m not a fan, I’m an ELF. It’s totally different. You know that, Lee Donghae” – Karinina Renaldy. Oke silahkan baca fanfictionku J Kamsahaeyo~

 

Seoul, Korea Selatan, 2012

“Cih, bahkan setengah dari kita juga sudah punya pacar kok” celetuk Cho Kyuhyun, suasana mendadak aneh, Lee Donghae, laki-laki itu malah beranjak dari duduknya dan meneguk minuman yang ada di atas meja. Tenggorokannya serasa kering, tercekat. Mwoya ? dasar evil maknae cho kyuhyun, setelah ini tak akan kulepaskan dia, pikir Donghae, ia melirik Choi Siwon yang kini sedang tersenyum salah tingkah, belum lagi member yang lain.

Semua jadi aneh setelah Kyuhyun membuat pernyataan itu didepan kamera, seluruh Korea bahkan seluruh dunia akan melihat mereka. Apalagi saat ini mereka bisa menembus pasar internasional, yah setelah melalui perjuangan sulit selama 7 tahun dari pertama debut, mereka bisa menaklukan pasar musik dunia.

Album mereka terjual puluhan ribu copy, fans mereka tersebar diseluruh penjuru dunia, yah fans mereka, ELF. Sudah sejak tahun 2005 mereka debut sebagai penyanyi tepatnya boyband, dengan nama awal ‘Super Junior 05’ hingga diganti menjadi ‘Super Junior’ saat Cho Kyuhyun member ke-13 mereka bergabung.

Lee Donghae kembali ke tempat duduknya, berdeham sedikit dan kembali mengikuti acara. Sebisa mungkin ia fokus pada acara live ini, baru setelah ini dia akan menanyakan pada si Cho Kyuhyun itu. Dari awal mereka sepakat untuk menutupi kisah percintaan mereka dari media massa, lalu kenapa Kyuhyun dengan polos bisa mengatakannya.

Mungkin disuruh PD, sehingga rating acara ini bisa meningkat ? entahlah. Yang jelas sekarang ia hanya berharap Kyuhyun tidak mengatakan lebih dari itu, ia tidak mau hubungannya dengan seorang gadis yang ia tutupi selama 1 tahun ini lantas terbongkar gara-gara keusilan si evil maknae itu. Bukan apa-apa, ia hanya tidak mau gadis yang sangat dicintainya selama ini jadi terusik, ia juga tidak mau ribuan fans diluar sana kecewa terhadapnya, karena mereka lah, Super Junior bisa terbang dengan sayap ikarusnya.

Beruntungnya MC tidak bertanya lebih jauh soal hal itu. Dan berbicara tentang gadis, seseorang diluar sana pasti sedang mengumpat sambil menonton acara ini, setelah ini dia pasti akan menggerutu dengan muka cemberutnya yang menggemaskan, Donghae tersenyum membayangkannya. Gadis itu, gadis bertubuh mungil itu, yang telah membubuhkan puluhan warna dalam kanvas abu-abunya.

***

Bandung, Indonesia, akhir tahun 2009

“Bunda yah bun, boleh yah Karin ikut study tour ke Bali ya bun, please. Karin janji kok, makan 3 kali sehari, terus minum vitamin setiap hari, boleh yah bun ? temen-temen Karin ikut semua, masa Karin engga,” rengek gadis berambut panjang lurus itu, Karinina Renaldy. “Karin sayang, bukannya bunda engga ngasih izin, tapi kamu kan engga tahu Bali kayak gimana, kalau banyak orang jahat gimana ? mendingan kamu bantu bunda bikin kue-kue kering kan pesenan ibu-ibu komplek,” balas Rani sambil membelai rambut anak semata wayangnya.

“Ah bunda jahat, engga pernah biarin Karin bahagia” gerutu Karin sambil berlari ke kamarnya. Ia kira saat ia masuk SMA, bundanya akan sedikit melonggarkannya. Tapi nyatanya ? malah semakin mengekang. Ia ingin bermain dengan teman-temannya setiap weekend, tapi dapat izin pun engga. “Iya, Ra. Gue engga diizinin bunda. Bete banget kan, lo kesini deh, Ra. Gue pengen cerita, hmm.. oke deh ditunggu ya” ujar Karin lalu memutuskan sambungan telepon. Bahkan Sandra, sahabatnya saja bisa ikut ke Bali. Karin membanting tubuhnya ke kasur dan mengambil salah satu majalah yang berserakan di lantai dekat tempat tidur.

‘ASIAN SUPERSTAR’ ia membaca judul artikel yang dicetak besar-besar di halaman pertama majalahnya itu, ia mulai membaca isi artikelnya. “Super Junior…” gumam Karin sambil menatap foto 13 orang laki-laki dengan mata sipit dan rambut terang. Pada ganteng gini cowok-cowok Korea, pikir Karin. Ternyata, artikel yang ia baca itu tentang sebuah boyband asal Korea yang namanya Super Junior, anggotanya 13 orang dengan tambahan sub unite mandarin 2 orang dari Cina. Karin langsung meraih notebooknya, membuka situs google dan mengetik ‘Super Junior’.

Kamarnya memang dilengkapi hotspot, Karin masih bersyukur lah meskipun ia tidak boleh kemana-mana tapi bunda masih mengizinkannya browsing internet. Beberapa link muncul di layar notebooknya. Karin meng-klik yang paling atas, dari situs wikipedia. Seketika itu muncul penjelasan tentang siapa itu Super Junior, dan dijelaskan Album yang telah mereka keluarkan serta profil membernya. “Neo gateun saram ddo eopseo.. No other ? Aneh deh, bacanya susah ya bahasa Korea” ujar Karin pada diri sendiri, ia lalu mengetik judul lagu ‘No Other’ tadi ke kolom pencarian di situs youtube.

Karin membuka salah satu hasil video yang ditemukan, setelah buffering sebentar, layar notebooknya mulai memutar video, Karin mendengarkan lagu melalui headset yang sudah terpasang ke notebooknya. Lagunya asik, easy listening. Wajahnya juga ganteng-ganteng muehehe batin Karin sambil terkikik.

“Woy, ngapain nyuruh gue kesini, Rin ?” ujar Sandra tiba-tiba sambil melempar tubuhnya ke kasur Karin, “Ya ampun, Ra. Nanti kalo notebook gue mental gimana ?” teriak Karin saat notebook yang ada di kasurnya terguncang akibat gerakan yang dibuat Sandra, “Hahaha, sorry deh. Eh lo lagi buka apa ? Super Junior ?” tanya Sandra penasaran, Karin hanya tersenyum menanggapi Sandra, yang tampak sedang berpikir. “Ah ! Gue inget, Super Junior itu boyband korea yang lagi booming kan ?” pekik Sandra yakin, “Lo tau, Ra ? Kok engga pernah cerita ke gue ?” ujar Karin akhirnya, “mm.. gue tahu dari internet sih, katanya mereka ganteng-ganteng loh” Karin tersenyum mendengar jawaban Sandra, “Emang, tuh liat aja” ujar Karin sambil menyodorkan notebooknya ke depan Sandra, Sandra menatap layar notebook Karin dengan pandangan kagum, sementara mulutnya berulang kali mengucapkan ‘gantengnya’, ‘kerennya’ atau kata-kata semacam itu. Karin mendownload lagu-lagu Super Junior di ponselnya, dari mulai lagu yang release awal-awal hingga yang sekarang, ia mendadak sangat tertarik dengan mereka.

Karin membaca setiap artikel tentang Super Junior yang bertebaran di internet, “ya ampun ada empat member mereka yang kecelakaan tahun 2007, Leeteuk, Shindong, Eunhyuk, sama Kyuhyun ?” pekik Karin, Sandra sampai ikut menoleh dan membaca artikel yang sedang Karin baca. Acara untuk cerita pada Sandra tentang kekesalannya yang tidak dibolehkan ikut ke Bali mendadak berubah, mereka berdua malah asik mempelajari idola baru mereka. Mood Karin pun ikut berubah, sepertinya meskipun ia tidak bisa ikut ke Bali, ia tetap akan memiliki waktu yang menyenangkan dengan mencaritahu soal Suju. “Kibum, Eunhyuk, Shindong, Yesung, Donghae, Siwon, Hangeng, Heechul, Leeteuk, Sungmin, Kangin, Ryeowook, Kyuhyun” ujar Karin dalam sekali tarikan nafas sambil menunjuk foto di majalah, Sandra hanya berdecak kagum, hanya dalam beberapa saat saja temannya itu bisa mengingat seluruh nama member Suju, “di tambah 2 member dari Cina, Zhoumi sama Henry. Mereka masuk ke Suju M” lanjut Karin dengan senyum terlebar yang ia miliki hari ini.

“Wah, asli gue salut sama lo, Rin” komentar Sandra, Karin hanya tertawa sambil kembali fokus pada notebooknya. Selanjutnya ia mendownload MV (Music Video) Suju dan video-video variety show mereka. Dengan begini Karin merasa sangat dekat dengan idolanya. “Minggu depan ke toko buku ah, gue mau beli buku belajar bahasa korea terus kamusnya sekalian” ujar Karin mantap. “Yang bener lo, Rin. Yakin ? Lo mendadak excited gini” timpal Sandra, Karin hanya nyengir kuda. “Eh ya udah deh, gue balik ya ? mau packing, hehe” lanjut Sandra, Karin hanya mendelik, “Iya deh yang besok pergi ke Bali, eh iya, Ra, jangan lupa beliin gue oleh-oleh ya ? terus tunjukkin foto-fotonya sama gue” Karin mengerucutkan bibirnya, “Ye, engga usah sedih, lo nya juga kan libur sekolah,” Sandra mengangguk lalu memeluk sahabatnya dan beranjak pergi.

“Koran !” teriak seorang laki-laki paruh baya sambil menyelipkan koran di sela-sela pagar. Saat itu Karin sedang duduk di beranda kamarnya sambil mendengarkan MP3 Suju yang baru didownloadnya. “Ah tunggu, Mang Ade !” teriak Karin sambil berlari menuruni tangga rumah, alhasil dia kena semprot bunda. Tapi Karin langsung melesat menemui tukang pengantar koran langganan bundanya. “Kenapa, Neng Karin ?” tanya Mang Ade sambil kembali meminggirkan sepeda motor yang awalnya ditengah jalan, “Ah, mang. Ada majalah tentang Super Junior engga ?” tanya Karin bersemangat, ia sampai lupa, mang Ade mana mungkin kenal sama Suju.

“Ah maksudnya penyanyi, boyband yang dari korea loh, mang. Yang wajahnya ganteng-ganteng” lanjut Karin akhirnya, tapi mang Ade hanya menatapnya bingung, sekilas Karin melihat ke arah kantong koran dan majalah yang terkait pada belakang sepeda motor, ia tersenyum saat melihat wajah Siwon dari salah satu majalah yang tersembul, “Ini loh Super Junior” ujar Karin sambil menarik majalah itu, “Oh, orang-orang Cina ya, neng ?” tanya mang Ade sambil tersenyum lebar, “Korea, mang. Bukan Cina. Oke deh Karin beli yang ini, lain kali kalau ada majalah tentang mereka lagi kasih tau Karin, ya ?” pinta Karin, “Siap, neng” balas mang Ade. Karin mengeluarkan uang dari saku celana pendeknya.

“Yo, hatur nuhun, neng Karin” ujar mang Ade sambil tersenyum dan menerima uang dari Karin, Karin lalu mengangguk dan berlari ke kamarnya. Ia ingin buru-buru membaca majalahnya, menerima informasi baru tentang idolanya atau kalau biasa kpopers bilang, istilah idola itu bias. Karin langsung mengunci pintu kamarnya dan mulai membaca majalahnya. Namun tiba-tiba ponselnya berdering nyaring. “Halo..” ujar Karin, suara seorang laki-laki yang dikenalnya terdengar dari seberang, untuk beberapa detik tanpa sadar Karin menahan nafasnya.

“Papa..” gumam Karin pelan, tubuhnya terjatuh ke lantai, tatapannya kosong, jantungnya berdebar sangat cepat. Ini papa ? batin Karin, papa yang selama 9 tahun ini tidak pernah bertemu dengannya ? Setelah papa dan bundanya bercerai, Karin jarang mendengar kabar tentang papanya, yang ia tahu papa nya pindah ke luar negeri dan bunda nya jadi lebih mengekangnya. Tapi kenapa papanya bisa menelponnya ? Karin mendengar semua perkataan papanya ditelpon tapi semua terasa berdengung, ia tidak benar-benar mengerti apa yang disampaikan papanya, hingga akhirnya papanya bilang akan datang ke rumah besok. “Ah iya, Pa..” ujar Karin pelan, ia hanya mampu menimpali perkataan papanya dengan singkat.

Papanya terdengar senang dan langsung memutuskan sambungan telepon. Karin melempar majalah yang tadi dipegangnya, sejenak ia melupakan idolanya, Karin langsung berlari keluar kamar. “Bunda,” teriak Karin memanggil bundanya. “Kenapa sih ? Bunda di dapur lagi bikin kue” saut bundanya. Karin segera menghampiri bundanya, ia mengatur nafasnya, “Bunda.. papa, barusan papa telepon, dia bilang besok dia ke rumah kita” ujar Karin berhasil menyelesaikan kalimatnya dengan mulus, bunda menatap Karin lekat-lekat, ia beranjak pergi tanpa berkata sedikitpun pada Karin.

Karin menatap bundanya hingga hilang dibalik tembok ruang makan dan Karin memutuskan untuk kembali ke kamar, melihat majalah yang tadi sempat dilemparnya, tapi ia mengabaikannya, ia tidak sedang bersemangat fangirl-ing. Telepon dari papanya tadi sudah cukup membuat moodnya berubah.

Seorang laki-laki berpakaian rapi dengan kemeja dan jas hitam sudah duduk tenang di ruang tamu rumah, Toni, papa Karin. “Karin.. kau betul-betul sudah dewasa” ujarnya sambil menatap Karin dan mendekat hendak memeluk Karin, tapi Karin langsung duduk dipinggir bundanya tanpa tersenyum sedikitpun. “Karin, kamu ke kamar dulu ya, sayang. Biar bunda ngobrol sama papa dulu sebentar” pinta Rani, Karin hanya menurut dan menuju ke kamarnya dilantai dua. Ia sengaja membiarkan pintu tetap terbuka sedikit, ia ingin mendengar apa yang dibicarakan oleh kedua orang tuanya. Papa tidak berubah.. pikir Karin, sejak awal papanya sampai rumah, Karin ingin sekali langsung memeluknya tapi ia tidak bisa. Ia tidak bisa menerima papa yang sudah meninggalkannya 9 tahun ini, ia membutuhkan alasan.

“Kau lupa, Rani ? ini sudah waktunya, ah tunggu apa jangan-jangan kau belum memberitahunya ?” terdengar ucapan Toni yang lantang, Karin buru-buru mengintip melalui celah pintu kamarnya, “Mas, tolonglah, jangan sekarang. berikan waktu sebentar lagi” ujar bunda, Karin semakin penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan, tapi lalu tidak terdengar suara lagi, Karin membuka pintu semakin lebar, papa dan bundanya sudah tidak tampak diruang tamu, padahal aku pengen tahu apa yang sedang mereka bicarakan pikir Karin.

Papa Karin pulang sore harinya, tanpa sepatah katapun. Bahkan bunda Karin tetap bungkam dan hanya mengunci diri dikamar, Karin bingung dibuatnya, ia juga tidak berani bertanya pada bundanya. Karin akhirnya memutuskan untuk tidur.

***

Seoul, Korea Selatan 2012

“Hah selesai juga schedule kita hari ini,” celetuk Sungmin sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa diruang tengah dorm Super Junior, semua member sengaja berkumpul di satu kamar, untuk sekedar berbincang. “Yak, Kyuhyun ah~ kau tadi apa maksudnya berkata soal pacar seperti itu didepan kamera ?” tanya Donghae dengan tatapan tajam, “Eheheh, ani, hyung. Aku.. Aku hanya bercanda” balas sang evil maknae cengengesan.

Donghae hanya menatapnya tajam, sedangkan yang ditatap malah menghampiri Ryeowook dan meminta sandwich yang sedang dibuatnya. Cih, bercanda dia bilang.. Bagaimana kalau ELF menganggapnya serius ? Batin Donghae. Ponselnya berdering nyaring, semua menoleh ke arahnya, “Ah, mianhae,” ujarnya salah tingkah dan langsung beranjak ke beranda dorm. “Yoboseyo.. ah chagi, ne oppa sudah pulang ke dorm. Eum, araseo. Jigeum, mwohae ? Eo, baiklah. Kau istirahat saja kalau begitu..ne, saranghae” ujar Donghae pada lawan bicaranya diujung telepon.

Ia memutuskan sambungan telepon, dan menaruh ponselnya kembali di saku celana. Sudut bibirnya terangkat, bayangan wajah yeoja chingunya itu berkelebat dalam benaknya. “Hyung.. mwohae ?” tanya Ryeowook dari pintu beranda, “ah, ani” balas Donghae singkat, “keunde, itu tadi yeoja chingu mu ya ?” tebak Ryeowook, Donghae hanya mengangguk. “eo, keureo. Ah hyung mau ini ?” tanya ryeowook sambil menyodorkan piring berisi 5 buah sandwich.

“Baiklah, buatku ya” ujar Donghae sambil meraih 2 buah sandwich. “ngomong-ngomong, bagaimana kabar Karin, hyung ?” tanya Ryeowook hati-hati, mereka telah tinggal bersama dan berjuang bersama selama kurang lebih 7 tahun, ia tahu hyung nya ini tidak mudah berbagi soal masalah pribadinya. “Ah, dia baik-baik saja” ujar Donghae sambil tersenyum cerah, Ryeowook akhirnya berani berbicara lebih jauh, “eo, baguslah kalau begitu. Suruh dia kesini lagi kapan-kapan, aku merindukan masakan Indonesianya. Keure, kalau begitu aku mau membuat lagi sandwich nya” ujar Ryeowook sambil kembali ke dalam dorm. Ponsel Donghae berdering, sebuah pesan singkat.

Oppa pabo!! Tadi pas acara kenapa kyu oppa malah berbicara seperti itu ? oppa juga malah salah tingkah, begini caranya semua orang bisa tahu! L – Karin

Sudut bibir Donghae terangkat, Karin.. batinnya.

***

Bandung, Indonesia, awal tahun 2011

Tidak banyak yang berubah, hanya saja Karin sudah mulai bisa bahasa Korea, ya semenjak dia menyukai Suju ia membeli banyak sekali buku tentang belajar bahasa Korea. Kpopers di Indonesia sudah semakin bertambah, ya Korean Wave sudah sangat menyebar sekarang. Karin juga jadi banyak mengenal boyband dan girlband lainnya, dan ia semakin tahu segala hal tentang Super Junior.

Saat ini ia sudah menginjak kelas 2 SMA dan beruntungnya dia sekelas lagi dengan Sandra, yang sekarang menjadi Kyuhyun biased, ya sekitar pertengahan 2010 Sandra mulai tertular virus-virus Kpop. Dan sekarang mata Karin sembab, ia menangis semalaman gara-gara minta izin bunda buat dateng ke acara Kimchi, acara musik persahabatan Indonesia dan Korea yang mengundang Suju. Yah tapi semua juga tahu kan apa jawabannya.

Dari awal memang salah Karin, ia membeli tiket sebelum meminta izin. Karin sampai update social network buat nyari yang mau menjual tiketnya, hingga akhirnya ada yang mau menjual tiketnya tapi dengan harga 20% lebih tinggi dari harga normal, tapi saking inginnya bertemu idola, ia membuka tabungan yang selama ini ia kumpulkan untuk membeli tiket itu. Dan disaat tiket sudah ditangan, bunda malah tidak mengizinkannya dengan alasan konser itu pasti identik dengan ricuh. Alhasil Karin menangis semalaman, bahkan Sandra saja nonton. Akhirnya ia mencari lagi orang yang membutuhkan tiket. Ada memang yang akhirnya yang membelinya, tapi dengan harga normal yang artinya dia rugi 20% harga tiket.

Ditambah foto-foto Suju yang bertebaran di internet saat mereka di bandara Soekarno-Hatta, belum lagi live report yang dilakukan mereka yang bisa menonton kimchi. Karin bahkan meminta Sandra menelponnya saat Suju tampil, agar setidaknya Karin bisa mendengar Donghae, biasnya bernyanyi. Miris. Karin sedih, dia itu seorang ELF yang bahkan tau kebiasaan sang idola tapi tidak pernah sekalipun nonton konser. Tapi tentu saja dia tidak akan menyerah begitu saja.

Bel rumah berbunyi saat Karin menyisir rambutnya, ini hari Minggu dan Karin akan membantu bundanya membuat kue. “Bik, Bik Ijah” teriak Karin tapi sepertinya dia sedang keluar, Karin keluar kamar dan menuruni tangga terburu-buru, siapa lagi yang datang pagi-pagi begini.. pikir Karin, Karin membuka pintu. Tampak seorang laki-laki memakai jas hitam yang rapi, “papa..” gumam Karin. “Karin.. look at you, kau semakin cantik, nak” ujar Toni sambil memeluk anak semata wayangnya.

“Papa.. papa kenapa ada disini ?” tanya Karin sambil melangkah mundur, “tentu saja papa mau menjemput kamu, sayang” jawab Toni, “menjemputku ? maksudnya ?” tanya Karin heran, dia sungguh kaget melihat papanya sekarang ada didepannya, setelah setahun lalu papanya pergi lagi tanpa mengucapkan sepatah katapun, tapi justru sekarang berkata akan menjemputnya, apa maksudnya ? Toni kaget mendengar pertanyaan gadis kecilnya yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang manis, tapi lalu ia tersenyum.

Ternyata Rani belum juga memberitahunya.. pikir Toni.

“Karin, ada tamu siapa ?” tanya Rani dibalik tubuh Karin, Karin menoleh dan membuat Rani semakin jelas mengenali laki-laki didepannya, “mas..” gumamnya, “Ah, Karin ke kamar saja dulu ya” suruh Rani pada Karin, “engga! Engga mau, tadi papa bilang mau jemput Karin, sebenernya ada apa bun ?” desak Karin, Rani tersentak, ia belum siap dengan semua ini, ia belum siap Karin tahu yang sebenarnya.

“Ada apa, bun ?” Karin mulai tidak sabar, “sudah lebih baik kita masuk dulu” usul Toni sambil menggandeng Karin masuk. Kedua orang itu, Rani dan Toni duduk menghadap Karin yang mulai gelisah, mereka saling pandang dan tampak sedang berpikir, “Kenapa ?” tanya Karin lagi, “ehem,” Toni berdeham sedikit lalu menatap mantan istri yang sebenarnya masih sangat ia sayangi itu, Rani tampak mengangguk lemah.

“jadi sebenarnya..” Toni mulai menjelaskan. Semuanya terjadi begitu cepat. Karin bahkan tidak yakin ia bisa mencerna sempurna apa yang dikatakan papanya, semuanya terasa rumit dan memusingkan. Bahkan ia tidak pernah menyangka bahwa pernah ada perjanjian seperti itu antara papa dan bundanya. Saat mereka bercerai, pengadilan sebenarnya memutuskan hak asuh Karin jatuh ke tangan Toni, tapi karena Toni tidak tega melihat Rani yang semakin hari kondisinya memburuk akibat dipisahkan dari Karin. Akhirnya mereka membuat keputusan seperti ini, Karin akan diasuh dan tinggal bersama Rani hanya sampai Karin berumur 17 tahun, selanjutnya Karin akan diasuh dan tinggal bersama Toni.

“Sebenarnya tahun lalu, papa sudah mau menjemputmu, tapi bunda belum siap ternyata,” ujar Toni menutup penjelasan panjang lebarnya, “Kenapa bunda engga pernah cerita ?” tanya Karin, matanya sudah memerah, “bunda.. bunda tadinya…” “makanya bunda ga pernah izinin Karin pergi jauh juga karena itu ?” potong Karin, “bunda ga izinin Karin liat konser juga karena itu ? padahal bunda tahu kan, itu kesempatan Karin ketemu mereka, bukan Karin fanatik, Karin cuma pengen ketemu mereka. Itu aja” ucap Karin, air matanya sudah mendesak ingin keluar, tapi Karin masih berusaha menahannya.

“bukan begitu, bunda..” Rani terbata, “oh iya papa dan bunda pikir Karin apa ? Bola basket yang bisa di over seenaknya ? Kalian engga pernah pikirin gimana perasaan Karin ?” ujar Karin, kini air matanya sudah mengalir deras, “Kalian pernah memikirkan bagaimana perasaan Karin saat temen-temen cerita tentang keluarga mereka yang masih lengkap dan untuh, sementara Karin hanya mendengarkan mereka sambil berharap keluarga Karin tidak pernah terpisah seperti sekarang ?” ujar Karin sambil terisak, ia lalu menatap Toni dan Rani bersamaan lalu pergi ke kamarnya. Ia membanting tubuhnya ke atas kasur, menenggelaman mukanya ke bantal menahan rasa kesalnya.

“Karin..” panggil Toni sambil membelai rambut Karin, “papa cuma..” “engga apa-apa pa, bukan salah papa sama bunda kok, semua salah aku” potong Karin ditengah isak tangisnya. “papa mau jemput aku kan ? iya engga apa-apa, aku siap kok pa,” lanjut Karin sambil menatap Toni, Toni hanya tersenyum lembut sambil menghapus air mata Karin, “tidak usah memaksakan diri kalau enggak mau juga..”

“Karin mau!” potong Karin lagi.

“setidaknya Karin pengen berlaku adil sama papa dan bunda” lanjut Karin mantap, “baiklah, tapi kamu siap untuk pindah sekolah dan beradaptasi ?” tanya Toni tenang, Karin hanya mengangguk pelan. “Karin..” panggil Rani yang sudah ada di dekat pintu, Karin menatap bundanya yang sudah bermata sembab, Karin berlari memeluk bundanya, “maafin Karin bun..” “engga, bunda yang harus minta maaf” ujar Rani sambil terisak.

Seminggu ini Karin sibuk mengurusi kepindahannya, hari ini hari keberangkatan mereka. Dua jam setelah bersiap-siap akhirnya mereka sampai di bandara Soekarno-Hatta, sebentar lagi pesawat mereka take off. Rani tidak henti-hentinya menangis sambil memeluk Karin, demikian juga dengan Karin.

Langit malam saat itu terasa hampa, udara malam yang hangat terasa dingin menusuk kulit. Karin memang tidak terlalu menyukai bandara, karena bandara memiliki dua sisi yang berbeda, disini lah ribuan pertemuan berawal, disini juga ribuan perpisahan berakhir. “Ayo Karin sudah saatnya” ujar Toni, Karin hanya mengangguk, “tenang saja, percayakan dia padaku.. Kau, jaga dirimu baik-baik ya” ujar Toni sambil memegang pundak Rani yang kian berguncang menahan tangis.

“Penumpang pesawat Korean Airways dengan nomor penerbangan xxx-190-abz tujuan Seoul, Korea Selatan. Diharap segera.. blablabla” ujar seorang wanita dari microphone, “ah itu pesawat kita” ujar Toni, “apa ? tapi itu tujuan korea, pa” timpal Karin, “papa belum kasih tahu Karin kalau selama ini papa tinggal di Korea ?” tanya Toni, “MWO ?! jinjja ?” teriak Karin dalam bahasa Korea tanpa sadar, “eo, jinjja” balas toni, “ papa.. papa bisa bahasa korea ?” tanya Karin tak percaya.

“tentu saja, sudahlah ayo” ajak Toni sambil menarik tangan Karin. Karin bingung dengan perasaannya saat ini, dia sedih karena tidak bersama bundanya tapi dia juga sangat senang bisa pergi ke Korea apalagi ini pertama kalinya bunda membolehkan Karin keluar, ke tempat yang jauh pula, korea. Selama perjalanan Karin lebih sering tidur atau sekedar memandangi awan-awan dari jendela pesawat. Ia masih belum bisa percaya dia akan tinggal di korea, itu artinya… dia akan bisa bertemu Super Junior kan ? Sudut bibirnya terangkat.

Karin menggered kopernya sambil mengikuti Toni yang sudah berjalan didepan, langit sore Incheon sangat indah, salju sudah mencair, musim dingin sudah berganti musim semi tapi suhu udara masih tetap dingin. Karin merekatkan mantelnya, menyembunyika sebelah tangan yang tidak memegang apa-apa ke dalam saku mantelnya. Korea..batin Karin. Toni dan Karin memilih menggunakan taksi agar sampai Seoul lebih cepat. Sekitar 30 menit karena keadaan lalu lintas yang berubah-ubah, akhirnya mereka sampai disebuah rumah yang cukup mewah.

“Woah, appa jib, jinjja..” Karin berdecak kagum, Toni hanya tersenyum dan mengajak anaknya masuk. “Annyeonghaseyo sajangnim, agassi” ujar seorang ahjumma yang memakai pakaian seorang maid. “Nah, Karin, ini Jung ah ahjumma, kalau kau butuh apa-apa katakan saja padanya” ujar papanya dalam bahasa Korea, ya mereka sudah memutuskan untuk menggunakan Korea seterusnya, agar Karin lebih terbiasa dan tidak kewalahan saat mengalami culture shock.

Karin hanya manggut-manggut sambil tersenyum. Toni lalu membawa Karin ke sebuah kamar dilantai atas. Kamar yang cukup besar dengan cat juga interior serba putih, “Nah, ini kamarmu, sekarang kau istirahat saja. Appa juga lelah” ujar Toni sambil beranjak pergi ke kamarnya dilantai 1. Ah, appa.. jinjja daebak! Batin Karin. Ia lalu mengikuti perintah papanya, ia harus istirahat lagipula besok ia sudah harus bersekolah. Semoga hari-harinya di Korea menyenangkan dan berjalan lancar.

***

Seoul, Korea Selatan, awal tahun 2011

Sudah sekitar 1 bulan Karin tinggal di Korea, ia suka tinggal disini, dia suka belajar disekolah, teman-teman barunya juga sangat supel. Sampai-sampai baru seminggu aja dia sudah memiliki teman dekat, bahasa korea nya juga sudah sangat lancar. Tapi yang disayangkan, hingga saat ini dia masih belum bisa bertemu Suju.

Papanya juga lebih sering bekerja dan pulang larut malam, terkadang Karin juga sangat merindukan Indonesia, bundanya yang selalu melarangnya kemana-mana. Saat ini, sepulang sekolah Karin memutuskan untuk pergi ke kantor SM, tapi apa yang dia dapat ? nihil. Jangankan bertemu dengan idolanya yang ada dia disuruh pulang karena tidak memiliki kepentingan. Akhirnya dia mencoba mampir ke toko kaset sekitar, ia ingin mencari album yang selama ini belum didapatnya, album Super Junior 1jib.

Ahjussi, benar-benar tidak ada 1jib ?” tanya Karin pada penjaga toko, “jinjjayo.. lagian kau mencari 1jib zaman sekarang, kita sudah tidak menerima produksinya lagi” jawab paman penjaga toko itu, “aish.. ahjussi jebal” rengek Karin sambil memasang mata bulatnya menjadi memelas, “aish jinjja, agassi, kami benar-benar tidak menjualnya lagi,” jawab paman penjual dengan nada frustasi, sudah sejak 30 menit yang lalu gadis itu ada ditokonya, terus menanyakan album itu. “Kau cari dimanapun tidak akan ada” ujar paman penjual lagi, “aku ada, album Suju 1jib” celetuk suara seorang laki-laki, Karin buru-buru menoleh, seorang laki-laki yang memakai topi dan masker.

“Ah jinjja ?” tanya Karin semangat, laki-laki itu mengangguk. “Jual lah, akan ku beli berapapun” ujar Karin, “baiklah, aku akan mengambilnya ke rumah. Bagaimana kalau kau tunggu disini ?” tawar laki-laki itu, Karin langsung mengangguk sambil tersenyum. Setelah menunggu sekitar 10 menit akhirnya laki-laki tadi kembali dengan kaset ditangannya, ia memberikannya pada Karin, “eomeo, kamsahamnida..” ujar Karin antusias, “jadi, harganya berapa ?” lanjut Karin, “gratis,” ujar laki-laki itu enteng, “MWO ?! jangan bercanda” ujar Karin akhirnya, “gwenchanayo, lagi pula aku masih punya yang seperti itu, tapi kalau kau memaksa, bayar saja dengan menyebutkan namamu” ujar laki-laki yang selalu menunduk itu, “ireumi ? baiklah, annyeonghaseyo~ Karin imnida” ujar Karin sambil membungkuk, Karin tersentak saat melihat album itu, “masih disegel ? kau tidak pernah memutarnya ?” tanya Karin, “Ah, aku hanya mengoleksinya” jawab laki-laki itu singkat. “Kau ELF ternyata ?” tanya laki-laki itu akhirnya,

eo, naneun elpeuyeyo. Aku datang jauh-jauh dari Indonesia juga pengen bertemu mereka, tapi saat sampai kantor SM aku malah disuruh pulang” Karin tanpa sadar menceritakan kekesalannya sambil cemberut, “Indonesia ? Kau orang Indonesia ? Tapi bahasa Koreamu sangat lancar” komentar laki-laki itu.

kamsahamnida, iya aku orang Indonesia, tapi sudah sebulan ini tinggal di Korea bersama appaku” jelas Karin sambil membolak-balik album yang ada ditangannya, “Ah, ada signnya, apa kau benar-benar tidak keberatan aku memilikinya ?” tanya Karin saat menyadari album itu ditanda-tangani oleh semua member Suju.

“Kan sudah kubilang, aku sudah punya yang seperti itu” jawab laki-laki itu sekenanya. “keure, kamsahamnida. Baiklah aku harus pulang, memasak untuk appaku, keureom,” pamit Karin sambil tersenyum lebar, ia memasukkan album ke tas selempangnya, beruntungnya aku.. pikir Karin.

Karin terlentang di kasur setelah makan malam denga appanya. Tadi appanya bilang, ia akan kembali rujuk dengan bunda. Ini sungguh kabar yang sangat menggembirakan, keluarganya akan kembali utuh. Ia menghela napas panjang, lalu menoleh ke arah kursi belajarnya, “ah album tadi..” gumam Karin pada diri sendiri. Ia memotretnya untuk koleksi foto di jurnalnya, lalu mulai membuka segel kaset itu. Saat Karin berhasil membukanya, sesuatu meluncur dari dalam dan jatuh ke lantai dekat kakinya, Karin mengernyit lalu meraih benda kecil itu juga kertas kecil disebelahnya, ia membaca deretan huruf hangul yang tertulis cukup rapi di kertas kecil itu, ‘ini kartu telepon, pakailah’ Karin lalu menatap benda kecil ditangannya, “kartu perdana..” gumamnya pelan, Karin heran bagaimana bisa kartu perdana dan suratnya masuk ke dalam kaset, sedangkan kasetnya saja masih disegel, Karin tersentak, benar juga bagaimana bisa ? didalamnya sudah ada tanda tangan juga tapi disegel ?

Karin bertanya-tanya dalam hati, tapi akhirnya ia tetap memakai kartu itu dan memasukkannya ke dalam ponselnya. Karin memijit tombol on dalam ponselnya dan saat ponselnya menyala tiba-tiba sudah ada 3 pesan dari nomer yang sama dengan nama…

“LEE DONGHAE ?!” pekik Karin tak percaya.

eomeo jangan-jangan laki-laki tadi sahabat Lee Donghae, atau dia mungkin dekat dengan Suju ? Album ini juga ditanda-tangani ke-13 member.. Karin berpikir keras, albumnya penuh dengan tanda tangan dan setelah ia hitung, memang benar jumlahnya 13. Tapi saat ini kan Hangeng sudah keluar, Kibum juga hiatus ditambah Kangin yang wajib militer. Karin terheran tapi ia lantas membuka pesan itu satu per satu.

Annyeonghaseyo.. ini Karin yang tadi siang kan ? J

Karin tersentak membacanya, semua yang terjadi begitu rumit dan tidak masuk akal untuknya, bagaimana Donghae tahu tentangnya, lagipula apakah ini benar-benar Lee Donghae Suju ? Karin lanjut membaca pesan kedua.

Ah, kau mungkin belum membuka albumnya ya..

Karin membaca pesan ketiga akhirnya, isi pesannya cukup panjang.

Annyeonghaseyo Karin-ssi, kau pasti bingung ya. Maaf ya harus memakai cara ini, ya kau mungkin sudah tahu, aku Lee Donghae Super Junior yang tadi kau temui di toko kaset. Saat sedang melihat-lihat ke toko kaset bagaimana album baru Suju terjual, aku memperhatikanmu yang terus memohon ahjussi tadi untuk album 1jib.

Aku juga awalnya aneh melihatmu yang malah mencari album pertama kami bukan album terbaru kami, tapi akhirnya aku tahu kalau kau telah memilikinya kan ? mm.. tadi saat kau memasukkan album ke tas mu aku melihatnya kekeke J Ini memang bukan album baru, ini koleksiku sebenarnya, lalu muncul ide seperti ini, dan aku minta untuk disegel lagi, makanya aku lama memberikannya padamu, terima kasih karena Karin-ssi mau menghargai karya dan kerja keras kami selama ini. Maaf tadi aku tidak mengatakan langsung karena ada ahjussi itu.

Aku sangat senang bertemu dengan ELF sepertimu. Ah ya, ini nomer ponselku yang sebenarnya tapi aku yakin kau tidak akan menyebarkannya, keuchi ? aku percaya padamu.. J bangapsemnida, gomapta – Lee Donghae.

Deg! Nafas Karin tercekat, ia hanya membungkam mulutnya tidak percaya, jantungnya berdebar tak keruan. Ia mencubit pipinya keras berusaha meyakinkan kalau ini bukan mimpi. Air matanya mulai menetes, Karin sangat senang, ia tidak percaya kalau do’anya selama ini terkabul, Karin memang yakin Tuhan akan mengabulkan do’anya makanya ia tidak berhenti berusaha dan berdo’a, ia semakin percaya adanya keajaiban.

Bayangkan bagaimana bisa ia bertemu dengan idolanya dalam jarak pandang yang dekat bahkan dikirimi pesan seperti ini, betapa beruntungnya ia saat ini. Ternyata benar, Tuhan selalu punya skenario indah dibalik semuanya, saat Karin tidak bisa datang ke acara kimchi, Tuhan malah mempertemukannya langsung dan bisa berbicara langsung dengan biasnya, ini lebih indah dari apapun. Dan ini bukan mimpi, ini benar-benar terjadi. Karin langsung meraih ponselnya dan mengetik sebuah pesan untuk Donghae.

Donghae oppa ? aku benar-benar belum bisa mempercayainya, apakah kau benar-benar Donghae oppa ? ya ampun ini sungguh mimpi yang sangat indah..

Karin mengirimkan pesannya dan tersenyum bahagia, ia lalu memutar kaset album di notebooknya. Ia mendengarkan lagu-lagu yang mengalun indah sambil terlentang menatap langit-langit kamar. Ini terlalu indah untuk jadi kenyataan.. batin Karin.

Bagaimana kalau kita bertemu di baskin robbins ? kau mau kan membayar albumnya dengan mentraktirku ice cream ? Kebetulann besok aku free schedule..

Karin loncat-loncat kegirangan, jantungnya serasa mencelos. Apa baju yang akan dikenakannya besok ? apa yang akan dikatakannya saat bertemu Donghae oppa ? Ia terlalu senang dengan semua yang terjadi.

Besoknya, Karin memakai pakaian yang simple, ia memakai rok selutut dan baju atasan, rambutnya dibiarkan tergerai dan jepit kecil manis tersemat dirambut hitam legamnya. Dia sangat gugup dengan pertemuannya hari ini, bisa tidak kusebut ini… date ? muehehe. Karin berkata dalam hati. Karin membuka pintu Baskin Robbins dengan tangannya yang menjadi dingin dan berkeringat. Karin celingukan mencari sosok Donghae, “Karin-ssi” panggil seorang laki-laki yang memakai topi dan masker sambil melambaikan tangan di meja paling tersembunyi. Karin gugup, jantungnya berdebar, langkahnya terasa berat, tapi Karin sampai juga didepan laki-laki itu dan duduk didepannya.

Karin tersenyum, “neo, jinjja donghae oppa ?” bisik Karin perlahan, Karin menatap mata laki-laki itu, iya ini mata bias yang selama ini dikenalnya, laki-laki itu lalu membuka satu sisi maskernya, terlihatlah wajah tampan yang sebenarnya. Karin menutup mulutnya, menahan teriakan yang hendak meluncur dari mulutnya, ia langsung tersenyum lebar. Donghae balas tersenyum dan memakai kembali maskernya.

Karin selalu memandangi Donghae setiap laki-laki itu berbicara. Dari hari ke hari mereka semakin dekat, kadang Donghae yang selalu menelpon Karin atau sebaliknya, mereka selalu bercanda tawa bahkan sekarang ia lupa kalau Donghae itu biasnya, yang ia tahu sekarang, Donghae itu laki-laki yang ia sukai. Laki-laki tampan yang kadang grogi saat di depan kamera, tidak banyak bicara tapi sangat menyenangkan. Karin benar-benar bahagia dengan kehidupannya sekarang.

Seoul, Korea Selatan 2011

Karin menghabiskan banyak waktu dengan laki-laki ini, Donghae mengajak Karin berkeliling Korea, ia mengajak Karin ke Everland juga Lotte World, mereka melewati waktu yang menyenangkan. “Pppfft..” Karin menahan tawa saat melihat Donghae memakai wig kribo dan kawat gigi untuk penyamaran, hari ini mereka akan pergi city tour. “yak! Jangan tertawa, Karin ah~” ujar Donghae sambil tertawa. Karin hanya tertawa sambil memegangi perutnya. Hari ini juga, Donghae akan mengajak Karin ke dorm Suju, Karin memang selalu bertanya-tanya soal Suju pada Donghae, “Aigoo~ jadi ini yang namanya Karin ?” ujar Leeteuk sambil menyambut Karin ramah saat mereka sampai, “Ah, annyeonghaseyo” ujar Karin sambil membungkuk, “yah, jinjja kwiyeopta” celetuk Eunhyuk, “gomawosemnida” pipi Karin bersemu merah.

Dia sangat bahagia bisa bertemu seluruh idolanya. Karin meminta seluruh tanda tangan member dan ia berfoto bersama dengan semua member, ia memasukkannya ke jurnal dengan tulisan, ‘ELF.. EverLasting Family’ Ia sengaja menggantinya dengan family. Ia bermain bersama mereka semua dan memasak bareng Ryeowook. Karin juga selalu kalah main takkbam dengan Shindong, sampai jidatnya merah-merah, “oppa.. neo jinjja, kau tidak kasihan pada jidatku ?” gerutu Karin sambil cemberut, “yak, itu salah kau Karin ah. Kenapa kalah terus, sini ku sentil lagi” balas Shindong.

“Karin ah..” panggil Kyuhyun, Karin menoleh, “Kau bilang baru bertemu kami sekarang, kau tidak datang ke acara kimchi memangnya ?” tanya Kyuhyun lagi, “ani oppa, eomma tidak mengizinkanku. Makanya aku sangat beruntung bertemu kalian, neomu johaaa” ujar Karin sambil tersenyum lebar, semua member tersentak, Karin… sangat cantik, pipinya merona saat tersenyum tadi. “oh, wae oppa ?” tanya Karin pada semuanya, “Ah, ani, wae ?” ujar Eunhyuk sambil berdeham, “benar, tidak apa-apa ko” timpal Yesung, “Karin ah, sini sebentar. Tolong cicipi, apa yang kurang dari masakanku” ujar Ryeowook, Karin menghampirinya, semua menghela napas dalam.

“Sudah waktunya pulang Karin ah, nanti appa mu khawatir, ayo aku antar” ajak Donghae, walaupun Karin cemberut tapi dia akhirnya mengikuti permintaan Donghae. “Besok jam 7 malam di taman kota, sebentar saja bertemu denganku ada yang ingin ku katakan” ujar Donghae ditengah perjalanan pulang, Karin menatap laki-laki tampan disebelahnya yang sedang menggenggam tangannya, jantungnya berdebar kencang, Karin lalu mengangguk.

Karin memenuhi janjinya, ia menunggu Donghae di taman kota, kira-kira apa yang akan dikatakan Donghae oppa ya ? jangan-jangan… ah tidak, tidak Karin buru-buru menggeleng-gelengkan kepalanya. “Karin ah,” “ah, oppa” ujar Karin sambil mendongak, Donghae duduk disebelah Karin. Penampilannya selalu tampan dan selalu berhasil membuat jantung Karin serasa mau loncat. “keunde, ada apa oppa menyuruhku kesini ?” tanya Karin dengan perasaan tak keruan, “tidak, hanya saja aku ingin cerita padamu,” ujar Donghae sambil tersenyum menatap Karin, Karin hanya terdiam mendengarkan, “Kau tahu kan kita dekat, kau ELF yang sedikit berbeda untukku,” lanjut Donghae, Karin hanya menahan dirinya untuk tidak berteriak senang, “Aku suka..” “ya ?” tanya Karin, jantungnya sudah sangat berdebar sekarang. “Aku suka seorang teman masa kecilku” ujar Doghae sambil menerawang langit malam Seoul.

deg!

Karin tercekat, jantungnya serasa berhenti berdetak, “oppa.. oppa suka siapa ?” tanya Karin memastikan.

“Aku suka teman masa kecilku, orangnya cantik, ramah, dan lucu. Aku tidak pernah berkata seperti ini pada siapapun, tapi seperti aku bilang tadi, kau berbeda, kau berarti bagiku, kau seperti adikku, kau orang yang sangat bisa membuatku nyaman” jawab Donghae sambil tetap menerawang, Karin menunduk tubuhnya lemas, air matanya mulai mengalir deras, ia tidak tahu harus berkata apa. Karin hanya menahan rasa sakit di dadanya, ia terisak. Donghae kaget mendengar isakan Karin, ia menatap Karin yang tengah menangis.

“Karin ah, kau kenapa ? gwenchana ? aish, uljima. Neo.. Yak! jangan-jangan kau.. ” ujar Donghae sambil menenangkan Karin, “dari awal..” Karin membuka suara, “dari awal memang tidak seharusnya aku menyukai oppa lebih dari seorang ELF yang menyukai Super Junior kan ?” ujar Karin sambil tersenyum perih menatap Donghae yang terlihat sangat merasa bersalah, “Karin ah, mianhae..” ujar Donghae.

ani..bukan salahmu, aku.. aku salah mengartikan rasa sukaku, lagipula.. lagipula aku kan ELF,” ujar Karin, “Aku ELF, bukan fansmu yang biasa, kau tahu oppa, seorang fqns biasa tidak bisa membiarkan idolanya dengan seseorang selain mereka, tapi aku ELF, kami semua ELF, aku akan membiarkan idolaku bahagia, seorang ELF akan menyemangatimu saat kau berjuang, ELF juga satu-satunya yang akan menangis saat kau terjatuh. ELF will fight for Super Junior,” ujar Karin ditengah isak tangisnya, Karin kaget saat melihat mata Donghae sudah memerah, ia menunduk, Karin meraih wajah Donghae dan menghapus air mata laki-laki itu sambil tersenyum.

“ini yang akan ELF lakukan saat kau menangis” ujar Karin, Donghae memeluk gadis didepannya, gadis yang selama ini membuatnya tertawa, gadis periang yang selalu lucu saat cemberut tapi saat ini dia sedang menangis dan berkata sangat dewasa, “oppa.. kejar dia, kejar teman masa kecil oppa itu, aku.. merestuimu, dan aku yakin seluruh ELF diluar sana juga merestuimu, hanya mereka, fans biasa yang akan marah atas kebahagiaanmu” ujar Karin sambil tersenyum, Donghae menghapus air mata Karin sambil tersenyum dan mengangguk.

“Aku menyayangimu, Aku menyayangi seluruh ELF didunia ini” ujar Donghae. Setidaknya Karin lega dengan keputusannya, meskipun sebagai seorang yeoja dia sakit menerimanya tapi sebagai ELF ia bahagia mengatakannya. Ia tahu, ini yang terbaik untuk semuanya.

***

Seoul, Korea Selatan, 2012

Urineun Syupeo Juni-EO” ujar Super Junior, “URINEUN ELPEUYEYO!!” teriak ribuan ELF yang memenuhi venue malam itu. “OPPAAA, DAEBAK!” teriak seorang gadis yang sudah sangat dikenali Donghae, Donghae menatapnya, tersenyum. Karin mengangkat banner tinggi-tinggi, ia juga megayun-ayunkan lightsticknya, “OPPA SARANGHAEYO” teriak Karin keras ditengah musik yang bergema dan teriakan ELF lain saat SuperShow4 di Korea, sapphire blue ocean.. batin Karin sambil tersenyum lebar, ya! Akhirnya ia bisa nonton konser, dan merasakan atmosfer yang sulit dijelaskan ini. Gomawo oppa, tiket gratisnya.. ujar Karin dalam hati sambil tersenyum pada Ryeowook yang balas tersenyum.

Tadi siang setelah menjemput bundanya di bandara, Jung Ah ahjumma mengatakan ada kiriman paket ke rumah, saat Karin melihatnya, ternyata cookies buatan Ryeowook dan disana ada satu tiket konser, Karin langsung loncat-loncat saat menerimanya. “SUPER JUNIOR SARANGHAEYO” teriak Karin sambil menari-nari mengikuti alunan musik. Semalam ia menulis sesuatu di jurnalnya dan ia sudah mempaketkan jurnalnya ke dorm Suju.

Agar mereka bisa melihatnya. Semua yang terjadi belakangan ini telah membuatnya semakin dewasa, dan merasa menjadi ELF yang sempurna, “ah, eonni ayo jangan malu-malu teriak saja” ujar Karin pada seorang gadis yang lebih tua darinya, tapi dia hanya tersenyum, “tunjukkan kalau eonni itu yeoja chingu seorang Lee Donghae Super Junior,” bisik Karin, “Kariiinn” teriak perempuan cantik itu sambil mencubit pinggang Karin, Karin hanya tertawa dan kembali berteriak-teriak hingga suaranya hampir habis.

Kami, ELF akan selalu mendukung kalian, Super Junior. Saranghaeyo.. ujar Karin dalam hati sambil tersenyum.

 

 

“I’m not a fan, I’m an ELF. It’s totally different. You know that, Lee Donghae” – Karinina Renaldy

 

-THE END-

Comment's Box