Touch [1/2]

PicsArt_03-20-02.46.30

Author : Kim DF

Title :Touch (Part I)

Main cast :

Park Jungsoo/ Leeteuk

Kim Raejae

Choi Siwon

Lee Raejoon

Other Cast : Jung Hana, Lee Hyukjae, Park Hyerin, Lee Donghae, Park Yong In (Appa Leeteuk) and Etc

Genre : Romance, Comedy, Sad

Rated : PG 15

Length : TwoShot

Disclaimer : Karya ini adalah ASLI hasil pemikiran author selama sebulan. Cast sepenuhnya milik Tuhan, dan jalan cerita milik Author sepenuhnya

NB : terdapat adegan kekerasan di dalam cerita, mohon menjadi bijak dan tidak menirunya.

Jika terdapat kemiripan jalan cerita, tokoh atau latar belakang, itu terjadi tanpa unsur kesengajaan. Hargai karya orang lain, jangan lupa tinggalkan jejak. Selamat membaca! Saran dan kritik sangat dibutuhkan.

 

Seorang wanita berjalan dengan tergesa menuju toilet. Sesekali meringis jijik dan memeluk tubuhnya. Wajah putihnya berubah memucat, butiran keringat mulai menampakkan diri dipori-pori wajahnya. Gaun selututnya sudah agak kusut karena beberapa kali dia mengusapkan tangannya. Brakk!! Dengan satu hentakan dia membuka pintu toilet. Menyalakan keran dan mulai mencuci tangan dan wajahnya.

“Aish jinjja! Nappeun namja! Mengapa dia terus menggodaku, terus menyentuhku, bahkan tiba-tiba memelukku. Seharusnya aku memang tidak datang ke pesta ini.” Gerutunya. Matanya kosong menatap cermin.

Naneun, Kim Raejae, seorang wanita 24 tahun, Staf Administrasi di sebuah Perusahaan Coklat ternama Korea, SuCho. Aku memang begini, setiap bersentuhan dengan lelaki aku harus mencuci tangan, wajah, bahkan bila perlu mandi. Bukannya aku sombong atau super bersih, tapi ini karena traumaku.

“Yakk, Raejae-ah kau mencuci tanganmu lagi?” Hana membuyarkan lamunan Raejae. Hana mengambil tempat di samping Raejae. “Aigoo kau membuatku pusing dengan tingkahmu. Apa tangan Hyukjae itu kotor sehingga kau harus mencuci tanganmu. Ini sudah lima kali Jae-ah. Yah… mungkin ini ya penyebabnya sampai sekarang kau tak punya pacar.” Hening. Tak ada jawaban dari Raejae. Hana melirik temannya. Raejae memejamkan matanya lalu menarik nafas panjang, seolah ingin menghisap semua udara yang ada di sekitarnya. Hana mulai menyadari ada yang salah dengan ucapannya tadi langsung mengalihkan pembicaraan.

“Mianhae Jae-ah, jeongmal mianhaeyeo. Kajja, kita kembali ke pesta. Tapi rapikan dulu make-upmu. Sebentar lagi CEO baru akan tiba.” Raejae mengangguk sekilas.

“Welcome to Mr. Park Jungsoo!” Suara lobby SuCho tempat diadakannya pesta penyambutan dilaksanakan menjadi riuh ketika Direktur Park Jungsoo masuk dan berdiri di atas panggung untuk memberikan kata sambutan. Hana dan wanita-wanita yang ada di lobby menjadi terpesona. Park Jungsoo membungkukkan badannya memberi hormat. Mata Jungsoo mengelilingi ruangan. “Tak ada mata yang tak menatapku, inilah pesonaku, Angel without wings!” benak Jungsoo berkecamuk. Jungsoo tersenyum lebar. Puas! Mulutnya boleh saja mengucapkan kata sambutan dengan fasih, tapi matanya terus berkeliling ruangan seolah mencari mangsa. Seketika tatapannya berhenti pada seorang wanita yang hanya duduk di sudut ruangan, tanpa mendengarkan dan memperhatikannya. Mata Jungsoo menatap tajam, sinis, dan tak suka.

“Selamat pagi Sajangnim!” Sapa Siwon pada Park Jungsoo yang memasuki ruangan administrasi. Semua staf Administrasi membungkukkan badan, termasuk Siwon, Kepala Staf Administrasi. Jungsoo menatap Siwon tajam. Siwon menegakkan badannya lalu tersenyum. Jungsoo merentangkan tangannya.

“Jangan panggil Sajangmin, hyung, panggil hyung!” Siwon menyambut pelukan Jungsoo.

“Aku merindukanmu hyung. Sudah tujuh tahun kan? Kau sama sekali tak memberi kabar.” Jungsoo hanya diam. “Mari ku kenalkan pada Staf Administrasi.” Siwon mulai mengenalkan Jungsoo pada staf satu persatu. Hingga tiba giliran Raejae dan Hana.

“Ini adalah Jung Hana dan Kim Raejae, mereka adalah staf Admin Produksi.” Jungsoo menatap Hana, Hana membungkukkan badannya lalu memperkenalkan diri. Jungsoo tersenyum lebar. Lalu berpindah pada Raejae, senyumnya langsung menghilang.

Raejae memperkenalkan diri.

“Annyeong haseyo, Sajangnim! Joneun Kim Raejae imnida!” Raejae mengangkat kepalanya.

“Ohh.. jadi dia Kim Raejae, Staf Admin Produksi. Aku tak suka kau!!” keluh Jungsoo dalam hati.

“Leeteuk Hyung, ani Jungsoo Sajangnim mari ke ruanganku, kita perlu bicara banyak!” seru Siwon menarik tangan Jungsoo. Jungsoo melirik Siwon sekilas lalu kembali melihat Raejae. Raejae menatap lurus ke arahnya, tapi bukan kepada Jungsoo. Dia menatap Siwon, senyum tipis mengembang di bibirnya. Jungsoo mengernyitkan dahi, menebak kalau Raejae menyukai Siwon.

# # #

“Ne Donghae oppa, aku sedang menuju kesana. Sampaikan maaf pada Hyerin eonni karena aku agak terlambat. Ne, ne, Arraseo!!” Raejae memutuskan teleponnya dengan agak kesal. Lantaran Donghae, sepupunya, sudah tiga kali menelponnya hanya karena dia terlambat setengah jam. Raejae melirik jam yang melingkar di tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul delapan.

“Mianhae Donghae oppa, aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu.” Donghae menarik tangan Raejae untuk segera masuk ke cafe. Di sana sudah ada Hyerin dan seorang lelaki yang menutupkan buku menu pada wajahnya. Hyerin nampak kesal pada lelaki itu.

“Aish jinjja! Kau membuatku kesal Leetuk oppa. Kau pergi tanpa pamit padaku dan sekarang kau pulang juga tidak memberiku kabar. Kalau saja Samchon tidak memberi tahuku mungkin aku tidak akan pernah tahu kau sudah di Seoul.”

Raejae mengernyitkan dahi, “Leeteuk? bukankah itu nama yang Siwon-ssi sebutkan saat memanggil Jungsoo sajangnim? Ahh.. mungkin hanya kebetulan.” Ucap Raejae dalam hati.

“Annyeong eonni, maaf karena aku terlambat.” Donghae memberi isyarat untuk diam dan duduk karena Hyerin sedang kesal. Hyerin mengerucutkan bibirnya. Lalu menarik paksa buku menu yang menutupi wajah lelaki itu.

“Yak Neo!”

“Keumanhae Hyerin-ya! Aku sudah tak tahan mendengar ocehanmu.” Lelaki itu membuka buku yang menutupi wajahnya. Raejae terkejut dan langsung berdiri.

“Jungsoo sajangnim!” seru Raejae membungkukkan badannya memberi hormat. Donghae dan Hyerin menatap Raejae.

“Eoh, Kim Raejae-ssi?” Jungsoo ikut terkejut. Hyerin yang mengerti keadaan ini langsung mencairkan suasana.

“Gwaenchanayeo Jae-ah, di kantor dia memang bosmu. Tapi ini di luar kantor dia jadi dia bukan bosmu. Leeteuk, panggil saja dia Leeteuk. Aku sangat tak suka mendengar dia di panggil Jungsoo.” Hyerin masih bersungut-sungut. Donghae merangkul bahu Hyerin berusaha membuatnya tenang. Raejae kembali duduk. Hening sejenak.

“Leeteuk oppa, kau ingat foto ini.” Hyerin mengeluarkan beberapa foto dari dalam dompetnya. Hyerin memecah keheningan. Sontak Leeteuk membelalakan matanya melihat foto yang di keluarkan Hyerin.

“Ya Hyerin-ya, apa yang lakukan? Ini aib kenapa kau bawa kemana-mana?” Leeteuk mencoba memunguti foto yang disebarkan Hyerin di meja.

“Ini kau simpan baik-baik Jae-ah. Nanti kalau Leeteuk oppa membuatmu susah di perusahaan, kau fotocopy saja dan sebarkan.” Hyerin memasukkan sebuah foto ke dalam tas Raejae. Raejae yang sejak tadi hanya diam melihat tingkah Hyerin dan Leeteuk jadi terkejut dan mengambil foto yang Hyerin masukkan ke dalam tasnya. Penasaran foto apa sebenarnya itu.

“Andwae Kim Raejae-ssi!!” cegah Leeteuk, tapi sudah terlambat.

“Ige, Ige mwoya? Hmmpphh!!” Raejae menahan tawa dan membulatkan matanya.

“Itu adalah kebiasaan Leeteuk oppa waktu kecil. Dia selalu minta pakaikan makeup dan rok pada Sookyeong geumo. Dan Geumo lah yang memberikan ini padaku. Hahahaha.” Hyerin nampak puas sekali.

“Hmmpphh.. Jeosonghaeyo Sajangnim, aku sudah tak tahan. Hahaha!” Raejae tertawa terbahak. Donghae sontak menoleh pada Raejae.

“Raejae-ah, kau tertawa? Ini pertama kalinya aku melihat kau tertawa begitu puasnya setelah lima belas tahun.” Desah Donghae dalam hati dan hanya menatap adik sepupunya itu dengan senang dan tak percaya.

“Keumanhae Hyerin eonni, aku mau ke toilet dulu. Ini.. haha ini membuatku sakit perut.” Tanpa menunggu jawaban mereka, Raejae langsung berjalan menuju toilet. Leeteuk geram dengan sikap Hyerin, terlebih lagi melihat Raejae yang dia tak suka tertawa terbahak mengejeknya. Leeteuk berdiri dan menyusul Raejae ke toilet.

Brakk!! Raejae yang baru keluar dari toilet terlempar ke dinding. Leeteuk mengapitkan kedua tangannya ke sisi bahu Raejae. Raejae membulatkan matanya.

“Ahh!! Leeteuk-sii, waeyo?” Raejae meringis karena bahunya sedikit terbentur di dinding.

“Apa kau puas menertawakan aku? Heh?” Leeteuk menatap mata Raejae dengan marah. Raejae diam, lebih tepatnya gemetar. Posisi ini membuatnya bingung, takut dan marah. Leeteuk memajukan wajahnya.

“Tak ada orang yang bisa mengabaikanku, menolakku dan tak ada yang bisa menertawakanku, kau mengerti? Kau membuatku muak! Di pesta penyambutan kau tak menolehku sedikitpun, disaat kau memperkenalkan diri kau malah menatap Siwon, dan sekarang seenaknya kau menertawakanku? Kau tak berhak melakukan ini!” bentak Leeteuk. Raejae memalingkan wajah dan memejamkan matanya. Hembusan nafas tersengal Leeteuk terasa menampar wajahnya.

“Jeosonghaeyo Leeteuk-ssi aku tidak bermaksud.” Raejae lirih. Leeteuk kembali menatap Raejae intens.

“Apa kau begitu menyukai Siwon?” bisik Leeteuk. Raejae membulatkan matanya, terkejut. Leeteuk menyunggingkan senyum sinisnya. Raejae memberanikan diri mendorong tubuh Leeteuk dengan tangannya.

“Menyingkirlah Leeteuk-ssi.” Ucapnya gemetar. Dengan satu hentakan Leeteuk menepis tangan Raejae.

“Aku benar kan?” Raejae menundukkan kepalanya. “Dan aku tak suka itu.” Leeteuk menarik dagu Raejae dan Chu!! Mendaratkan bibirnya ke bibir Raejae. Raejae kaku, tubuhnya mati rasa, kepalanya terasa berputar. Selesai! Kiamat sudah hidupnya. Semua terasa gelap. Leeteuk melepaskan bibirnya, menatap sinis Raejae. “Jangan terlalu berharap untuk mendapatkannya.” Ucap Leeteuk sambil berlalu meninggalkan Raejae yang masih kaku. Tes! Airmata Raejae perlahan turun. Bayangan itu muncul lagi, kejadian lima belas tahun yang lalu.

“Gwaenchana Raejae-ah, ahjussi hanya membantumu. Agar nanti jika kau besar ini tak terasa sakit lagi.” Ahjussi itu melepaskan celana Raejae kecil. Raejae kecil hanya menangis menerima perlakuan ahjussi itu. Dan semua itu terjadi tanpa bisa dihentikan.

“Eomma… Appa.. mianhaeyo!!” Airmata Raejae tak bisa dibendung lagi. Dengan memeluk kakinya Raehae terus menangis.

“Agassi, ada yang bisa saya bantu?” seorang pelayan cafe menepuk pundak Raejae. Raejae mengangkat kepalanya.

“Aniyeo. Permisi!” Raejae berdiri dan masuk ke dalam toilet. Mulai membersihkan tangan dan wajahnya.

Leeteuk sudah duduk di depan Hyerin. Dan menghela nafas panjang. Sepertinya agak bingung mengapa dia melakukan hal itu pada Raejae.

“Leeteuk hyung, gomawoyeo.” Donghae membuka suara. Leeteuk mengernyitkan dahi. “Karena kau dan Hyerin sudah membuat Raejae tertawa tadi. Ini… Ehmm.. ini pertama kali Raejae tertawa lepas sejak lima belas tahun.” Hyerin memiringkan wajahnya menatap Donghae.

“Ahh… yang kau ceritakan itu.” Hyerin mulai mengingat cerita Donghae. Leeteuk nampak bingung.

“Mianhae Hyerin Eonni, Donghae oppa.” Sapa Raejae dengan gemetar. Donghae mengangkat kepalanya.

“Ada apa Jae-ah? Kenapa tangan dan wajahmu basah? Apa.. apa ada lelaki yang menyentuhmu?” Donghae berdiri dan memegang bahu Raejae khawatir. Raejae melirik Leeteuk sekilas lalu menggeleng.

“Aniyeo oppa, jangan khawatir. Aku hanya bertabrakan dengan pelayan cafe. Hanya itu saja.” Leeteuk melirik Raejae, ada rasa muak dihatinya. Donghae memberikan ekspresi tak percaya. Raejae mencoba menyakinkan. “Sungguh!! Tapi Aku harus pulang sekarang. Kepalaku terasa agak pusing.” Raejae melepaskan tangan Donghae dan mengambil tasnya.

“Baiklah akan aku antar.” Ujar Donghae mengambil kunci mobilnya.

“Aniyeo oppa, kau kan harus bertemu dengan ayah Hyerin eonni untuk membicarakan pernikahan kalian kan? Aku akan naik taksi. Setelah sampai aku akan menelponmu. Hyerin eonni aku pamit dulu.” Pamit Raejae. Raejae meninggalkan cafe dengan terburu-buru.

“Donghae oppa bilang, Raejae itu tidak bisa bersentuhan dengan lelaki. Itu akan membuatnya merasa kotor.” Bisik Hyerin pada Leeteuk. Leeteuk menunjukkan wajah tak sukanya. Konyol, pikirnya.

Donghae kembali duduk setelah Raejae menghilang dari pandangannya. “Heh.. dia sungguh membuatku khawatir.” Donghae menghela nafas.

“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan oppa. Apa ketakutannya itu bisa dihilangkan?” Hyerin mengelus bahu Donghae.

“Aku pernah bertanya pada psikiater dan itu bisa saja disembuhkan. Hanya perlu tahu apa penyebabnya dan perlu terapi saja.” Suara Donghae melemah.

“Memangnya Raejae-ssi sakit apa? Apa sebegitu takutnya dia bersentuhan dengan orang lain.” Leeteuk memberanikan diri dengan nada bicara yang agak menyindir.

“Entahlah, tapi sejak lima belas tahun lalu Raejae berubah. Setiap bersentuhan dengan lelaki, kecuali keluarga dia merasa sangat kotor. Jadi dia selalu mencuci tangan, kaki dan wajahnya atau bahkan mandi. Bahkan ketika Raejae SMP, aku terpaksa di panggil guru olahraga Raejae ke lapangan disaat jam belajar, hanya karena Raejae terjatuh, kakinya terluka, dan Raejae tidak mau di angkat ke UKS. Untung saja kami satu lingkungan sekolah jadi aku segera ke lapangan olahraga untuk mengangkatnya ke UKS.” Jelas Donghae.

“Aku sampai sekarang belum tahu apa penyebabnya. Tapi aku hanya mencoba mengerti kalau ini mungkin saja trauma.” Sambung Donghae. Leeteuk menundukkan wajahnya. Kata perkata yang keluar dari mulut Donghae seolah terngiang di telinganya. Seharusnya ia tak melakukan perbuatan itu pada Raejae.

# # #

Siwon berjalan dengan santai menuju meja kerja Hana dan Raejae.

“Hana-ssi, Raejae-ssi, Jungsoo sajangnim ingin kalian memandunya ke gedung produksi sekarang.” Siwon membuyarkan lamunan Raejae. Hana langsung merapikan rambutnya.

“Kajja Jae-ah, ini adalah waktu yang ku tunggu. Jungsoo-ssi, kau akan jatuh cinta padaku. Hahaha.” Hana menarik tangan Raejae.

“Siwon-ssi, apa aku bisa tinggal saja di sini?” Ucap Raejae ragu. Siwon menghentikan langkahnya.

“Tidak bisa Raejae-ssi, ini perintah langsung dari Jungsoo sajangnim.” Balas Siwon tersenyum manis. Hana menarik paksa Raejae dan membawakan file Raejae.

“Kajja, kita sudah di tunggu.” Ajak Siwon. Dengan terpaksa Raejae mengikuti Siwon dan Hana. Sesampainya di gedung produksi Raejae hanya diam, mengekor Hana yang terus menjelaskan tentang kinerja karyawan.

“Siwon-ah, Hana-ssi, bisakah kalian membawakan beberapa sample produk kepadaku.” Pinta Jungsoo yang sepertinya sengaja agar bisa berbicara dengan Raejae.

“Raejae-ssi.” Tegur Jungsoo. Raejae menegakkan kepalanya dengan malas.

“Ne Sajangnim.” Leeteuk mencibir ekspresi Raejae yang nampak malas. Leeteuk menyandarkan tubuhnya di tumpukan kardus berisikan coklat di belakangnya. Raejae langsung mencegahnya. “An-andweyeo Leeteuk-ssi!”

“Wae? Wae? Kenapa aku tak boleh bersandar disini? Ini milikku, semua ini milikku.” Leeteuk memutar kedua tangannya, seperti anak kecil yang menyombongkan mainnanya. Buk Buk Buk!! Leeteuk menghempas-hempaskan pantatnya ke tumpukan kardus itu. Raejae mencibir perbuatan Leeteuk. “Wae?” Leeteuk melototkan matanya. Raejae mengalihkan pandangan ke kardus paling atas yang mulai bergeser. Leeteuk terus saja menghempaskan pantatnya.

“Keummanhae!” Raejae mulai terlihat khawatir.

“Waeyeo?” Leeteuk berkacak pinggang. Dan bruuk!!

“Leeteuk-ssi… awas!!” Raejae mendorong tubuh Leeteuk dengan keras. Beberapa kardus berserakan di lantai.

“Sajangnim!!” Siwon, Hana dan seluruh karyawan pabrik langsung menghampiri Leeteuk.

“Gwaenchanayeo hyung?” Siwon membantu Leeteuk berdiri. “Ne.” Leeteuk berdiri dan membersihkan jasnya.

“Euh!!” keluh Raejae.

“Raejae-ssi.” Leeteuk menghampiri Raejae yang sudah kesakitan. “Apa kau terluka?” Leeteuk memegang kaki Raejae.

“Andwae Leeteuk-ssi.” Lirihnya menepis tangan Leeteuk dari kakinya.

“Paboya, apa disaat gawat seperti ini aku harus menelpon Donghae dulu?” Raejae menatap Leeteuk dengan heran. “Kau bisa mandi nanti, tapi sekarang kau harus ke rumah sakit dulu.” Leeteuk mengangkat Raejae. Siwon dan Hana langsung mengikuti Leeteuk.

“Keluarga Kim Raejae.” Seorang dokter keluar dari unit gawat darurat. Leeteuk, Hana dan Siwon langsung mendekati dokter.

“Bagaimana keadaan Raejae, Euisa?” Leeteuk nampak khawatir.

“Tidak perlu khawatir, kakinya hanya terkilir. Dia hanya butuh istirahat beberapa hari dan jangan terlalu memaksakan kakinya. Atau kakinya akan makin membengkak. Dia juga sudah bisa pulang sekarang.” Jelas dokter.

“Kamsahamnida Euisa.” Leeteuk langsung masuk ke ruangan Raejae.

“Eum… apa aku sudah bisa pulang sekarang?” Raejae hanya sesekali melirik Leeteuk. Leeteuk mengangguk dan duduk di ranjang Raejae. Raejae menggeser tubuhnya menghindari agar tubuhnya tak bersentuhan dengan Leeteuk. Siwon dan Hana masuk dalam ruangan.

“Hyung, administrasi rumah sakit sudah aku selesaikan. Raejae-ssi bisa pulang sekarang.” jelas Siwon. Raejae bergegas hendak turun dari ranjang.

“Kajja, kita pulang. Kau akan tinggal di rumahku sementara waktu.” Leeteuk mengambil tas Raejae. Raejae, Hana, dan Siwon terkejut.

“Hyung?” sergah Siwon

“Kau tinggal sendirian kan di apartemenmu? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu? Bagaimana jika kakimu tiba-tiba terasa sakit? Siapa yang akan mengurusmu?” Raejae mendelikkan matanya. “Jangan salah paham. Di rumahku ada ahjumma yang akan mengurusmu.”

“Aniyeo Leeteuk-ssi. Tidak perlu, aku bisa mengurus diriku sendiri.” Raejae merebut tasnya dengan kasar. Leeteuk menariknya kembali.

“Sudah ku bilang padamu bahwa tidak satu orangpun yang bisa menolakku. Kau terluka karena aku, aku harus bertanggung jawab. Nanti aku akan menelpon Hyerin dan Donghae agar mereka menjengukmu di rumahku.” Leeteuk kembali menggendong tubuh Raejae. “Setelah sampai rumah kau boleh mandi sepuasnya.” Cibir Leeteuk. Keringat Raejae mulai bermunculan.

“Turunkan aku Leeteuk-ssi.” Berontak Raejae. “Baiklah aku akan ikut ke rumahmu. Tapi dengan syarat kau tidak akan pernah menyentuhku lagi.” Raejae melirik Siwon takut Siwon salah paham. Leeteuk berpikir sejenak, lalu mengangguk setuju dan menurunkan Raejae. “Dan kau tak perlu menelpon Hyerin eonni dan Donghae oppa. Aku takut mereka akan khawatir.” Raejae mengambil tasnya dari tangan Leeteuk dan berjalan dengan terseok mendahului Leeteuk. Hana membantu Raejae berjalan.

“Apa aku tidak salah dengar? Jungsoo Sajangnim menyuruhmu tinggal di rumahnya. Ini luar biasa Jae-ah! Aku iri padamu.” Seru Hana. Raejae menyikut Hana untuk berhenti bicara.

“Jika bisa bertukar tempat, kau saja yang tinggal di rumahnya. Aku bahkan tidak tertarik sama sekali.” Sungut Raejae.

“Jinjja?” Hana mulai membayangkan apa yang akan Dia lakukan jika posisi Raejae itu posisinya.

“Hyung apa kau sudah gila? Apa yang akan Appa katakan kalau dia melihat Raejae di rumahmu?” Siwon menahan langkah Leeteuk.

“Ini akan jadi urusanku nanti.” Leeteuk menatap tajam Siwon. “Apa kau cemburu?” Siwon membelalakkan matanya. Leeteuk tersenyum. “Ahh aku hanya bercanda! mana mungkin kau cemburu, kau kan sudah punya Raejoon. Hahaha.” Leeteuk tertawa kecil dan berlalu meninggalkan Siwon.

Setelah beberapa langkah Leeteuk meninggalkan Siwon, senyumnya berubah menjadi muram. “Raejoon yang takkan pernah ku miliki.” Desah Leeteuk dalam hati.

Dengan ragu Raejae memasuki rumah Leeteuk. Tapi Leeteuk melototkan matanya agar Raejae cepat masuk.

“Annyeong haseyo Agassi. Selamat datang.” Seorang ahjumma membungkukkan badannya. Raejae membalas dengan membungkukkan badan. “Silahkan masuk, kamar Agassi sudah saya siapkan.” Ahjumma menarik koper Raejae.

“Animnida ahjumma, aku bisa membawanya sendiri.” Raejae menahan Ahjumma membawa kopernya.

“Biarkan dia membawanya Ahjumma. Tolong antarkan saja dia ke kamarnya. Hanya ingat saja jangan terlalu memaksakan kakimu atau kakimu akan membengkak dan kau akan tinggal lebih lama di sini.” Leeteuk melepas jasnya dan berlalu masuk ke kamarnya. Raejae mencibir Leeteuk. Ahjumma hanya tersenyum melihat tingkah Raejae.

Raejae menghempaskan badannya ke ranjang dan menghela nafas. Bola matanya berputar memandangi isi kamar besar yang kini di tempatinya. Rumah ini sangat luas, bahkan kamar ini sudah hampir sama luasnya dengan apartemennya. Teringat peraturan-peraturan yang di sebutkan Ahjumma sebelum meninggalkan kamarnya tadi.

“Agassi, ah… Raejae-ssi ada beberapa peraturan di rumah ini yang harus di tepati. Pertama, dapur adalah wilayah saya jadi agassi tidak boleh menggunakan alat-alat dapur tanpa seizin saya. Kedua, kamar yang ada di depan kamar ini adalah kamar Leeteuk-ssi, tidak ada seorangpun yang boleh masuk ke dalam kamarnya tanpa seizin dia. Ketiga, kamar yang tertutup di atas adalah milik Tuan besar, agassi juga tidak boleh masuk ke sana. Keempat, dilarang membawa sembarangan orang ke rumah ini.” Jelas ahjumma.

Raejae memutar badannya. “Peraturan-peraturan!! Kenapa tidak bilang saja aku harus tetap di kamar dan tidak boleh keluar. Ini rumah atau penjara.” Gumam Raejae.

# # #

Suara bel berbunyi sudah lebih dari tujuh kali tapi sepertinya tidak ada yang beranjak untuk membukakan pintu. Raejae memberanikan diri keluar dari kamarnya dan melihat layar tab di samping pintu yang tersambung ke kunci rumah Leeteuk. Wajah kesal seorang wanita menghiasi layar.

“Cepat bukakan pintu!” perintahnya. Tanpa mengingat peraturan yang diucapkan Ahjumma, Raejae membukakan pintu.

“Apa kau ingin dipecat eoh? Kenapa lama sekali membuka pintunya? Ahjumma dimana? Aku harus membicarakan ini agar kau dipecat.” Raejae yang tidak mengerti dengan ucapan wanita itu hanya menatap aneh pada wanita itu.

“Leeteuk oppa pasti di kamarnya kan?” wanita itu memutar badannya dan berjalan menuju kamar Leeteuk.

“Astaga peraturan!” seru Raejae menepuk dahinya. Dan dengan terseok menyusul wanita itu.

“Jeogiyeo.. jeogiyeo.. kau tak boleh masuk. Berhenti!!” Raejae mencoba menghentikan wanita itu tapi wanita itu terus berjalan. Cklek! Wanita itu membuka pintu kamar Leeteuk. Tepat disaat Raejae menggenggam lengan dan berdiri di hadapan wanita itu. Wanita itu menepis tangan Raejae dengan kasar. Dan menerobos masuk ke dalam kamar Leeteuk. Hingga tubuh Raejae terdorong ke kamar Leeteuk. Leeteuk yang baru saja keluar dari kamar mandi menjadi terkejut.

“Omo!! Ya neo apa kau tak bisa mengetuk pintu sebelum masuk kamarku? Untung saja aku sempat menggunakan celana tadi, bagaimana kalau tidak?” teriak Leeteuk geram dan buru-buru memakai bajunya. Raejae mengalihkan pandangannya dari Leeteuk yang bertelanjang dada.

“Mianhaeyeo! Tapi wanita ini yang menerobos masuk.” Raejae melangkahkan kakinya ke samping agar Leeteuk bisa melihat wanita itu. Wanita itu melangkah menuju Leeteuk.

“Eoh?? Lee Raejoon? Ya Joonie-ah!” seru Leeteuk saat mengetahui siapa yang datang.

“Ne, ini aku. Wae?” Raejoon berkacak pinggang. “Apa masalah wanita ini sebenarnya? Mengapa dia menghalangiku masuk rumah ini?” Raejoon melirik tak suka pada Raejae. Raejae hanya menundukkan kepalanya dan mengatur nafasnya yang agak tersengal.

“Ada apa ini?” tegur Siwon yang sudah berada di belakang Raejae. “Aku tadi melihat pintu depan tidak tertutup rapat dan mendengar kegaduhan. Apa terjadi sesuatu Joonie-ah? Hyung?”

“Aniya, hanya salah paham. Tadi aku mencoba menghentikan langkahnya karena ku kira dia orang asing.” Raejae melirik Raejoon dengan ekor matanya. Siwon berjalan menghampiri Raejoon. Mata Raejae terus mengikuti langkah Siwon.

“Kau membuat keributan eoh? Raejae-ssi tidak mengenalmu, wajar kalau dia menganggapmu orang asing. Dasar tidak sabaran!” Siwon mengetuk dahi Raejoon dengan telunjuknya dan merangkul Raejoon. Raejoon tersenyum manja. Ada perasaan aneh yang menyusup di hati Raejae. Mata Raejae mulai berkaca melihat adegan mesra di depannya. Leeteuk menatap lurus pada Raejae, tapi Raejae sama sekali tak menyadarinya. Raejae memejamkan matanya menahan agar air matanya tak menetes. Sebuah tangan hangat menyentuh pipi Raejae.

“Apa itu terasa sakit?” suara lembut Leeteuk merasuk merdu ke telinga Raejae. Raejae mengangguk.

“Sakit sekali.” Jawabnya lirih. Raejae memegang dadanya. Leeteuk menarik kepala Raejae agar menempel ke dada bidangnya.

“Sepertinya kaki Raejae sakit saat mengejarmu tadi Joonie-ah. Bisakah kalian keluar sebentar? Aku ingin memeriksa kaki Raejae.” Leeteuk menarik nafas dalam. Di telinga Raejae suara Leeteuk terdengar bergetar. Siwon dan Raejoon keluar tanpa suara.

Leeteuk menarik tangan Raejae agar duduk di ranjangnya. Leeteuk berlutut memeriksa kakinya. Hanya sebentar lalu menghentikan aktivitasnya tetapi tetap menunduk.

“Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak berharap pada Siwon? Dia adalah Raejoon, Lee Raejoon, pacar Siwon.” Jelas Leeteuk masih dengan suara bergetar. Raejae diam. Leeteuk mengangkat wajahnya, sekilas melihat wajah Raejae. Tapi Raejae tanpa ekspresi. ”Apa itu begitu sakit Jae-ah?”

“Ani. Sudah tidak terasa lagi. Ini sudah biasa. Aku mengerti sejak lama kalau aku hanya bisa menikmatinya dari jauh.” Raejae memberanikan diri untuk menjawab dan tersenyum. Leeteuk duduk di samping Raejae dan menopangkan kedua tangannya ke belekang.

“Sudah berapa lama kau menyukainya?” lanjut Leeteuk. Raejae menghela nafas.

“Sejak pertama bertemu dengannya. Yahh.. sekitar tiga tahun.” Jawab Raejae yang entah sejak kapan telah menjadi nyaman berbicara dengan Leeteuk.

“Heh, tiga tahun.” Leeteuk mendengus meremehkan. Raejae menatap Leeteuk yang mulai memejamkan matanya.

“Mian, aku tadi mendengar suaramu bergetar. Apa kau…?” Raejae menghentikan kata-katanya. Leeteuk tersenyum kecil. Dan memulai ceritanya.

“Aku adalah Park Jungsoo, Leeteuk, angel without wings!! Sejak kecil aku adalah penguasa. Apapun yang aku inginkan akan aku dapatkan. Tak ada yang bisa mengabaikanku, menolakku dan tak ada yang bisa menertawakanku. Aku dan Raejoon adalah sahabat dari kecil. Walaupun Raejoon lebih muda, tapi dia bisa mengimbangiku. Dan hanya dia yang mampu membuatku bertekuk lutut. Hanya dia yang bisa menolak dan menertawakanku. Dan aku menyukainya. Heh.” Leeteuk menarik nafas dalam.

“Hingga kecelakaan yang menewaskan orang tua Siwon terjadi dan penyebabnya adalah demi menghindar agar tak menabrak ibuku yang waktu itu menyeberang tanpa melihat lampu yang telah berubah hijau. Ibu dan ayahku mengadopsi Siwon. Aku sangat menyayanginya seperti adikku sendiri. Dan Raejoon mulai menunjukkan tingkah aneh dengan mengejar Siwon, dia mulai mengabaikanku. Awalnya Siwon menghindarinya, tapi akhirnya dia tak bisa membendung rasa cintanya pada Raejoon. Aku mendukungnya seperti kakak yang menyemangati adiknya, dan berkata bahwa Raejoon adalah jodoh Siwon. Mereka tak pernah tahu perasaanku. Sungguh munafik!!”

Entah mendapat kekuatan dari mana Raejae mengusap lembut bahu Leeteuk, berusaha membuatnya tenang. Leeteuk membuka matanya dan menatap Raejae.

“Apa kau menyentuhku?” Leeteuk menatap manik mata Raejae. Raejae yang tersadar, menarik tanggannya dari bahu Leeteuk. Leeteuk berdiri.

“Sepertinya aku harus mandi lagi karena kau telah menyentuh tubuhku.” Leeteuk bergidik ngeri dan melangkah ke kamar mandi. Raejae mengerucutkan bibirnya.

“Omo! Apa aku berniat menyentuhnya? Aish jinjja! Apa yang telah aku lakukan? Apa aku tadi benar-benar menyentuhnya? Aish!! Aku yang seharusnya mencuci tangan.” Gerutu Raejae dan keluar dari kamar Leeteuk.

Raejae menatap layar televisi tanpa berkedip. Bahkan tak sadar kalau Leeteuk sudah duduk di sebelahnya dan menyodorkan softdrink di dekat kakinya yang dia naikkan ke atas meja. Leeteuk menoleh pada Raejae sebentar lalu kembali menuangkan softdrinknya ke dalam mulut.

“Apa yang menarik dari drama itu sehingga kau tak menyadari kalau aku sudah di sini eoh?” ucap Leeteuk agak ketus. Tapi Raejae mengangkat tangan kirinya memberi isyarat untuk diam. Leeteuk membelalakkan mata. “Hwaahh! Aku sungguh tak percaya. Ya neo!!” Ting! Dia menghempaskan kaleng softdrinknya ke meja. Raejae berlonjak kaget.

“Astaga. Jantungku terasa mau lepas.” Raejae mengelus dadanya. Raejae mengalihkan pandangannya pada Leeteuk yang masih memasang wajah kesal. “Ya Leeteuk-ssi apa kau tak bisa berbicara pelan? Teriakanmu itu membuat telingaku sakit.” Raejae mengusap telinga kirinya. Leeteuk menyandarkan tubuhnya ke badan sofa, menyilangkan kedua tangannya di dada lalu menatap kaki dan mata Raejae bergantian. Raejae yang sadar kakinya ada di atas meja langsung berusaha menurunkannya.

“Tidak apa-apa, biarkan kakimu di atas sana. Aku mengerti kalau kakimu mungkin terasa ngilu.” Leeteuk menurunkan suaranya. Raejae mengurungkan niatnya dan menggeser kakinya agar lebih nyaman. “Bahkan aku sudah berapa kali mengatakan padamu kalau aku tak suka diabaikan.”

“Ahh.. mianhae, jadi kau sudah dari tadi di sini? Aku terlalu konsentrasi menonton.” Raejae menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Raejae-ah, bisakah kita tidak usah berbicara secara formal jika sedang tidak di kantor?” Raejae mengangkat bahunya seolah berkata ‘terserah’. Raejae kembali menatap layar tv dengan konsentrasi. Hening. Hanya suara televisi yang terdengar.

“Bukankah aku sudah menegaskan, kalau tubuhmu ini adalah milikku. Milikku! Dan kau tak bisa menolak apapun yang akan ku lakukan padamu.”Lelaki itu menarik leher wanita yang ada di depannya. Dan Chu!! Bibir lelaki menempel cepat dengan bibir wanita itu, lama. Lalu ciuman itu turun kelehernya. “Uhh..” desah wanita itu dan menyusupkan jarinya ke rambut lelakinya.

Raejae langsung mengambil softdrink yang ada di dekat kakinya, salah tingkah karena melihat adegan di televisi. Leeteuk yang bersandar di badan kursi langsung mengambil remote televisi dan memindahkan chanelnya.

“Uhuk!!” Raejae tersedak minumannya.

“Apa kau tidak bisa menonton di kamarmu saja?” Bentak Leeteuk agak gugup.

“Tapi aku yang terlebih dulu menonton di sini.” Raejae berusaha lebih meninggikan suaranya. Leeteuk melototkan matanya, Raejae membalasnya. Tapi tidak lama.

“Shh.. baiklah, kita matikan saja televisinya. Ini lebih adil.” Raejae mengambil remote dari tangan Leeteuk. Dan mereka kembali hening. Tapi mereka tetap berada di tempat mereka.

“Leeteuk-ssi, ahh… maksudku Leeteuk-ah. Hmm.. atau Teukkie-ah.” Raejae memecah keheningan dan nampak bingung harus memanggil Leeteuk dengan apa.

“Teukkie? Heh… hanya keluargaku yang memanggilku seperti itu. Aiish jinjja! Itu menggelikan.” Leeteuk tertawa pelan. Raejae mencibir Leeteuk.

“Ne arraseo, Leeteuk-ssi! Aku tidak akan memanggilmu Teukkie. Aiish Jinjja!” Raejae melipat tangannya di dada. “Apa saja yang diceritakan oleh Donghae oppa tentangku?” lanjutnya. Raejae menatap lurus ke televisi yang sudah berlayar hitam.

“Tidak banyak, hanya dia bilang kau tidak bisa bersentuhan dengan lelaki karena itu membuatmu merasa kotor. Mungkin itu trauma. Itu yang dia bilang.” Tidak ada tanggapan dari Raejae. “Apa kau ingin menceritakan sisanya?” tanya Leeteuk tanpa melihat Raejae. Raejae menggeleng pelan.

“Tidak. Aku tidak bisa menceritakannya. Mianhae! Kurasa kau sudah tahu terlalu banyak daripada yang lain. Dan itu sudah cukup.” Raejae menurunkan kakinya dari meja, lalu berjalan menuju kamarnya.

Leeteuk memutar kepalanya, menatap punggung Raejae yang semakin menjauh. Ada rasa iba yang menyusup dalam hatinya yang beradu cepat dengan perasaan ingin tahu apa penyebab dari trauma itu.

# # #

Tuk!Tuk! Kaki jenjang Siwon melangkah pasti di ubin bandara. Badan tegap atletis berbalut kemeja putih ketatnya sesekali berputar mengikuti arah matanya yang mencari seseorang. Senyum manis tak pernah lepas dari bibirnya menandakan seseorang yang di carinya adalah orang yang sangat spesial. Dari kejauhan nampak seorang lelaki paruh baya menarik kopernya dengan santai. Siwon menarik bibirnya lebih dalam membentuk senyum kegirangan dan berlari kecil menuju lelaki itu.

“Selamat datang Appa!” serunya memeluk lelaki paruh baya di depannya. Park Yong In, lelaki yang dipanggil ‘appa’ oleh Siwon tadi membalas pelukannya.

“Aku merindukanmu.” Siwon bertingkah seperti anak kecil. Park Yong In melepas pelukannya.

“Apa kau tak memberi tahu Hyung kalau kau pulang?” Siwon mengambil alih koper appanya. Appanya tersenyum lalu menggeleng.

“Jangan memberi tahu Hyungmu, aku tak suka melihat wajahnya yang menyebalkan itu di hari pertamaku di Korea.” Siwon terkekeh. Tujuh tahun berpisah tak membuat appanya merubah sikap terhadap hyungnya, padahal Siwon tahu dalam hatinya dia sangat merindukan Leeteuk.

“Aku akan tinggal di apartemenmu saja jika kau tak keberatan.” Sambungnya lagi. Siwon membukakan pintu mobil untuk appanya dan menyusul masuk ke kursi kemudi. Siwon memasang kacamata hitamnya. “Apa kau tak mendengarku?”

“Ne?” Siwon mengalihkan pandangannya.

“Apa kau keberatan aku tinggal di apartemenmu? Atau kau menyembunyikan wanita di apartemenmu eoh?” Park Yong In meninggikan suaranya.

“Ah.. aniyeo appa. Apa yang kau pikirkan itu tidak benar. Bukankah itu adalah apartemenmu juga, kenapa aku harus keberatan kau tinggal di sana.” Jelas Siwon.

Leeteuk bersandar di balkon kamarnya yang menghadap ke kolam yang bersatu dengan taman di belakang rumahnya. Hembusan angin pagi yang segar menerpa wajahnya. Suara-suara burung liar yang bersautan membuat suasana pagi ini menjadi makin indah untuk dinikmati. Langit biru cerah memantul dengan sempurna di kolam pribadi Leeteuk, air bening itu berubah warna biru, sangat kontras dengan rumput hijau yang tumbuh subur di lapangan kecil berjarak tiga meter dari kolam.

Mata Leeteuk berpaling dari kolam ke Raejae yang baru saja keluar dari rumahnya. Kaki kanannya yang terbalut perban ace masih terlihat agak susah digerakkan, walau sudah lebih baik dari lima hari sebelumnya, kalau saja Raejae bisa beristirahat total, mungkin saja dia sudah sembuh. Raejae berhenti agak jauh dari kolam, membentangkan tangannya, menghirup dalam-dalam udara pagi hingga memenuhi semua rongga dadanya. Rambut sebahu dan syal yang menyelimuti bahunya meriap-riap mengikuti irama angin. Leeteuk membentuk lengkungan di bibirnya, terpesona. Deg! Tiba-tiba jantungnya berdebar kencang.

“Apa yang terjadi padaku?” gumam Leeteuk. Hembusan angin bertambah kencang, syal Raejae terlepas dari bahunya dan melayang. Raejae berusaha mengejar tapi hembusan angin jauh lebih cepat hingga syalnya terjatuh ke dalam kolam.

“Aishh jinjja!” Raejae menghentakkan kaki kirinya kesal. Leeteuk terkekeh melihat tingkah Raejae.

“Ya Raejae-ah kenapa berhenti? Berlarilah lagi! Kau terlihat lucu saat berlari tadi. Hahaha.” Leeteuk berteriak dan mempraktekkan cara Raejae berlari yang agak pincang dari atas balkon.

“Nappeun!” Raejae mencibir. “Ya kalau kau tak berniat membantuku, setidaknya tidak usah mengejekku.” Balasnya. Raejae duduk dan berusaha mengambil syalnya. Tapi syalnya malah menjauh.

“Eh..” Badan Raejae terlalu condong ke kolam.

“Kim Raejae-ssi apa yang kau lakukan.” Siwon menangkap tubuh Raejae yang hampir jatuh. Raejae kaku merasakan tangan yang menggenggam lengannya. Leeteuk bergegas turun. Dia tahu apa yang terjadi pada Raejae saat melihat adegan di kolam itu. Siwon membantu Raejae berdiri.

“Raejae-ssi!Raejae-ssi!” Siwon mengguncang bahu Raejae. Tapi Raejae hanya terpaku menatap kosong tubuh Siwon yang berjarak dua jengkal darinya. “Raejae-ssi! Apa kau terluka?” Siwon mengangkat tangannya hendak menyentuh dari dahi Raejae. Tepat saat Leeteuk tiba di kolam.

“Andwae Siwon-ah.” Siwon menghentikan tangannya. Leeteuk menarik tangan Raejae dan menempatkan di belakang tubuhnya. Siwon tersenyum melihat tingkah Hyungnya.

“Baiklah aku takkan menyentuhnya.” Siwon mengangkat kedua tangan dan mundur dua langkah.

“Wae? Ap-apa maksudmu Siwon-ah? Ini. Ini tidak seperti yang kau bayangkan.” Leeteuk agak gugup karena membaca gelagat aneh Siwon. Siwon hanya mengulum senyumnya. Leeteuk merasakan sentuhan di punggungnya.

“Apa aku boleh ke kamarku sekarang?” Raejae lirih.

“Kajja.” Leeteuk menarik tangan Raejae masuk ke dalam rumah.

“Leeteuk-ah.”

Leeteuk menghentikan langkahnya. “Wae?” Leeteuk memutar kepalanya menghadap Raejae.

“Ani. Tidak jadi.”

Leeteuk melanjutkan jalannya membawa Raejae ke wastafel dapur. Menyalakan keran, memberi sabun pada tangan Raejae lalu mencucinya dengan kasar bahkan baju Raejae menjadi basah tak sengaja tersiram. Beberapa kali Raejae mencoba menarik tangannya, tapi Leeteuk malah makin mengencangkan pegangannya.

“Leeteuk-ah..” Raejae masih mencoba melepaskan tangannya. “Ssshh au! Leeteuk-ah sakit!” kali ini Raejae menaikkan suaranya. Leeteuk melepaskan pegangannya.

“Aku sudah bilang kalau aku tak suka di tolak mengerti!” bentak Leeteuk membuat Raejae bergerak mundur. Dia mengusap lengannya yang memerah.

“Mianhae, tapi…” Raejae menghentikan ucapannya.

“Aishh! Sudah ku bilang menjauh darinya. Tak bisakah kau mengerti itu? Apa tadi kau tak bisa menghindarinya? Apa kau tadi sengaja diam saat dia menyentuh bahumu, eoh? Dia sudah jadi milik Raejoon! Sampai kapan kau akan menggantung harapan pada Siwon? Apa kau ingin membuat dirimu selalu sedih? Sampai kapan kau ingin menggodanya?” Leeteuk meninggikan suaranya dengan rahang mengeras. Raejae menatap tak percaya. Tak sengaja butir bening menyeruak tanpa permisi dari matanya. Bibirnya tampak bergetar menahan getir.

“Mianhae, aku… aku… sama sekali tak berniat.” Raejae mengusap air matanya dan berlalu meninggalkan Leeteuk. Brak!! Raejae membanting pintu kamarnya.

“Ahh! Apa yang terjadi padaku sebenarnya!!” Prang!! Cangkir yang ada di sebelah wastafel jatuh dan pecah berserakan di lantai. Siwon langsung berlari menuju dapur. Ahjumma yang baru pulang dari pasar menghempaskan tas belanjanya dan dengan tergopoh berlari menuju dapur.

“Ada apa Hyung!”

“Ada apa Leeteuk-ssi.” Siwon dan ahjumma berbarengan.

“Mianhae Ahjumma, tolong bersihkan pecahan gelas itu. Dan Siwon pulanglah! Tidak ada yang ingin ku temui hari ini. Jangan mengganguku, jangan mengetuk pintu kamarku sampai aku keluar!”

Ahjumma mengangguk.

“Ada apa?” Ahjumma bertanya pada Siwon setelah Leeteuk masuk ke kamarnya.

“Sepertinya dia dan Raejae-ssi sedang berengkar. Aku pulang dulu.” Bisik Siwon pada Ahjumma seraya tersenyum penuh arti.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore tapi Leeteuk belum juga menampakkan batang hidungnya. Sejak kejadian tadi pagi Leeteuk tak keluar kamar. Raejae bahkan sudah lebih dari tiga puluh kali bertanya pada Ahjumma apakah Leeteuk sudah keluar dari kamarnya? Atau apakah Leeteuk sudah makan? Tapi jawabannya selalu menggeleng. Akhirnya Raejae menyerah. Dan mengetuk pintu kamar Leeteuk pelan. Hening. Tak ada jawaban dari dalam. Apa Leeteuk tertidur, pikirnya. Raejae memberanikan diri membuka pintu kamar.

“Wae? Bukankah sudah ku bilang tidak ada yang boleh menggangguku sampai aku keluar?” Pintu belum sepenuhnya terbuka, tapi itu sudah cukup untuk membuat suara malas Leeteuk sampai ke telinga Raejae.

Raejae mendapati Leeteuk sedang santai membaca buku di ranjangnya.

“Ahh.. aku hanya mau bilang ahjumma khawatir karena kau belum makan dari tadi pagi.” Raejae terlihat kentara kalau dia berbohong.

“Cih.” Leeteuk meletakkan bukunya. Lalu menatap Raejae.

“Keluarlah aku sedang tak ingin di ganggu.” Ucapnya sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Apa kau masih marah?” Raejae malah duduk di ujung ranjang. Leeteuk menarik kaki dan menyilangkannya.

“Itu bukan urusanmu.” Leeteuk masih ketus.

“Bukankah aku yang seharusnya marah?” Raejae melirik Leeteuk sekilas. “Tapi aku bisa mengerti kalau kau takut aku melukai Raejoon. Yang aku tak mengerti mengapa kau tiba-tiba menarikku dan mencuci tanganku. Padahal aku hanya meminta izin untuk pergi ke kamarku.” Leeteuk hanya diam mencerna ucapan Raejae dan mulai berpikir tentang tindakannya tadi.

“Hmm Leeteuk-ah, aku rasa kakiku sudah jauh lebih baik. Aku akan pulang besok ke apartemenku, bagaimana menurutmu?”

“Ohya? Baguslah kalau begitu. Kau bisa pulang ke apartemenmu kapan saja.” Jawab Leeteuk dengan suara yang hampir tak terdengar. Suasana berubah menjadi sangat canggung.

“Aku pergi ke kamarku dulu untuk mengemas barangku.” Raejae berdiri dan berjalan keluar dari Leeteuk. Leeteuk hanya diam menatap keluar jendela. Memikirkan bahwa dirinya akan kembali bebas di rumahnya tanpa ada gangguan Raejae.

Suasana makan malam terasa begitu mencekam. Leeteuk dan Raejae hanya diam dan menyantap makanannya.

“Apa kau sudah selesai mengemasi barangmu Jae-ah?” Leeteuk memulai percakapan dengan dingin. Raejae mengangkat kepalanya.

“Yah sudah selesai, aku akan pergi besok pagi.” Jawab Raejae tak kalah dingin. Ahjumma yang saat itu sedang menuang air ke gelas Leeteuk langsung menggigit bibirnya agar tak bersuara. Ternyata benar apa yang dibilang Siwon, mereka sepertinya ‘bertengkar’, batin Ahjumma berkecamuk. Tapi dia tak berani menguping, dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya saja.

“Gomawoyeo.” Sambung Rejae lirih. “Terima kasih kau telah memberi tumpangan dan merawatku beberapa hari ini. Dan terima kasih juga atas bantuanmu selama ini. Hhmm… Kau tahu, aku sudah mulai terbiasa bersentuhan denganmu, aku bahkan beberapa kali lupa untuk mencuci tanganku setelah bersentuhan denganmu. Mungkin nanti juga aku akan mencoba terbiasa untuk bersentuhan dengan orang lain.”

“Hmm… itu akan jauh lebih bagus. Jadi aku tak perlu lagi menyelamatkan dirimu dari bersentuhan dengan lelaki kan? Syukurlah, jadi aku tak perlu repot-repot membantumu untuk membersihkan tubuhmu.” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Leeteuk.

Raejae mengangguk lalu berpamitan untuk kembali ke kamarnya. Leeteuk melepaskan sumpitnya. Dan memandangi mangkok nasi milik Raejae yang hanya berkurang sedikit. Ada rasa hampa yang memenuhi hati dan pikirannya saat ini. Entah hampa karena apa, yang jelas semua terasa membuatnya menjadi kesal. Terbersit rasa kehilangan sekali lagi.

# # #

Siwon duduk dengan menopangkan siku ke pahanya. Beberapa kali dia terlihat gusar mendengar penjelasan dari Appanya.

“Aku sudah menuliskan surat wasiat untuk kalian berdua. Aku rasa jantungku ini tak kuat lagi.” Park Yong In mengelus dadanya. Mata tuanya menatap hampa lampu-lampu kota yang nampak indah di lihat dari apartemen Siwon.

“Appa…” Siwon menatap punggung Appanya. Yong In memutar tubuhnya menatap dalam manik mata Siwon.

“Appa serius Wonnie-ah, dokter sudah mengatakan jika satu kali lagi aku terkena serangan jantung mungkin itu akan menjadi akhir hidupku.”

Siwon berdiri dan mengambil tempat di samping Appanya. Memandang langit hitam pekat dengan kelap kelip bintang di atas sana.

“Aku tak butuh warisanmu, Appa. Aku hanya butuh kau tetap hidup untuk selamanya.” Ucapnya lalu menunduk.

“Wonnie-ah, kau seharusnya sudah beristri tapi sikapmu masih saja kekanakan. Sampai kapan kau akan jadi anak manja eoh? Ini salah ibumu karena selalu memanjakanmu.” Yong In mengusap lembut rambut Siwon.

“Appa!” Siwon menarik Yong In kepelukannya. “Aku merindukan eomma.”

“Aku jauh lebih merindukannya. Karena itu aku ingin cepat menyusulnya ke sana.” Balas Yong In yang membuat Siwon makin larut dalam sedihnya.”Jangan beri tahu Hyungmu tentang masalah ini, mengerti?” Yong In merasakan anggukan pelan di lehernya. Yong In menuntun Siwon kembali ke sofa.

“Wonnie-ah, sewaktu eomma sakit dia meminta padaku untuk menjadikan Lee Raejoon sebagai menantu kami. Ku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk melaksanakannya.” mendengar ucapan Yong In, Siwon mengembangkan senyumannya.

“Jadi Appa menyetujuinya?” Siwon menggenggam tangan Yong In. Yong In mengangguk. “Gomawoyeo Appa.” Wajah Siwon berubah sangat gembira dan beberapa kali menciumi tangan Yong In.

“Aigoo Wonnie-ah sudahlah tak usah berterimakasih seperti itu. Tanpa di minta eommamu pun aku juga pasti akan menjodohkan Raejoon dengan Leeteuk.”

“Mwo? Tapi Appa…” suaranya tercekat di tenggorokkan, mata tenangnya menjadi merah. Waktu terasa berhenti. Ekspresi senangnya berubah menjadi muram, sangat muram. Rasa tak percaya menghujam pikirannya. Yong In beranjak dari tempat duduknya.

“Tidak ada kata ’tapi’. Setelah pernikahan Hyerin kita bicarakan ini dengan Hyungmu.” Yong In berlalu meninggalkan Siwon dengan keterkejutannya.

Siwon termangu menatap salju yang mulai berjatuhan. Salju pertama selalu menakjubkan baginya. Tapi kali ini pikirannya bukan berada di sini saat ini. Ucapan Appanya sebelum pergi semalam membuatnya merasa bingung. Bahkan pembahasan semalam membuatnya tak tidur hingga sekarang. Ketukan di pintu kantornya membuyarkan lamunannya.

“Ne, silahkan masuk. Ah, Raejae-ssi!” Raejae masuk dan menaruh sebuah map tebal di meja Siwon.

“Ini laporan hasil produksi bulan lalu.” Siwon menoleh sejenak lalu kembali menatap butiran salju yang perlahan turun menuju bumi. “Siwon-ssi apa kau sedang ada masalah?” Siwon mengalihkan pandangannya pada Raejae.

“Ani, aku hanya memikirkan sesuatu.” Jawab Siwon dengan senyum kecut. Raejae mengangguk ragu.

“Baiklah kalau begitu aku permisi.” Raejae memutar tubuhnya ingin keluar.

“Jae-ah! Kita bisa bicara sebagai teman sebentar?” Siwon menatap sendu. Raejae menghentikan langkahnya merasa heran dengan panggilan Siwon yang menggunakan ‘banmal’.

“Apa kau bilang tadi?” Raejae masih dengan keheranannya.

“Kita bicara sebagai teman, kau punya waktu.” Siwon mengulangi perkataannya. Raejae mengangkat bahu. Siwon melangkahkan kakinya ke sofa yang ada di sudut ruangannya. Raejae mengikuti langkah Siwon dan duduk berhadapan dengan Siwon.

“Hmm.. duduklah lebih dekat lagi Jae-ah.” Raejae mengernyitkan dahi. “Kemarilah.” Siwon menepuk sofa panjang di sebelahnya. Raejae mendekat dengan rasa aneh.

“Aku hanya ingin meminta pendapatmu Jae-ah. Tentang sesuatu hal.” Siwon memulai ceritanya dengan hati-hati. Rejae memepersilahkan.

“Hmm.. aku harus memulainya darimana ya?” Siwon menggaruk kepalanya yang tak gatal. Raejae menyunggingkan senyum penuh tanya, ada apa ini sebenarnya. Siwon menarik nafas panjang lalu menggenggam tangan Raejae. Raejae sontak kaku, tapi hatinya tak berdetak kencang seperti biasanya jika berdekatan dengan Siwon. Raejae berusaha melepas genggaman Siwon, Siwon yang mengerti isyarat Raejae melepaskan tangannya.

“Seandainya kekasihmu dijodohkan dengan seseorang yang sangat berarti untukmu, apa yang akan kau lakukan?” Siwon langsung kepada inti pembicaraan. Raejae mengernyitkan dahi.

“Apa Raejoon dijodohkan?” Raejae memiringkan wajahnya mencoba mencari kejelasan dari wajah Siwon. Siwon menggeleng cepat.

“Aniyeo, ini tidak ada sangkutannya dengan Raejoon.” Siwon menghindari kontak mata dengan Raejae. Apa ucapanku yang langsung tembak membuat rahasia ini langsung terbongkar, pikir Siwon. “Ini masalah temanku, dia meminta pendapatku. Aku bingung harus menjawab apa. Jadi aku ingin mengajakmu bertukar pikiran.” Sambung Siwon. Raejae mengangguk. Mereka terdiam sejenak. Raejae tampak memikirkan pertanyaan Siwon, sedangkan Siwon sibuk dengan pikirannya sambil menatap Raejae.

“Hmm.. Jika itu terjadi padaku,” Raejae menghentikan ucapannya dan melirik Siwon yang membenarkan posisi duduknya. Tatapan serius dan antusias Siwon membuat Raejae merasa risih dan ingin segera menyelesaikan pembicaraan ini. “Mungkin aku akan melihat pada posisi kekasihku apakah itu akan menjadi terbaik untuknya atau tidak. Jika itu yang terbaik untuknya, maka aku akan mengikhlaskannya untuk pergi. Tapi jika tidak, maka aku akan membawanya kabur.” Jawab Raejae asal.

“Bukankah tidak semudah itu?” Siwon mengernyitkan dahi.

“Hahaha… iya, itu benar. Tidak akan semudah itu. Aku hanya asal bicara.” Siwon dan Raejae tertawa bersama. Raejae berdiri dan pamit untuk keluar ruangan Siwon. Siwon mengantarnya sampai ke pintu dan membukakan pintu.

“Aku bisa berbicara seperti itu karena itu bukan posisiku kan?” Raejae berusaha menetralisir tawanya dan melangkah keluar. Siwon tersenyum getir.

“Jika kau tahu keadaan sebenarnya, aku yakin kau tidak akan tertawa seperti ini. Kita, kau dan aku akan terluka, Raejae-ah.” Lirih Siwon. Raejae memutar kepalanya, sepertinya mendengar Siwon berkata sesuatu. Tapi terlambat, Siwon sudah menutup pintu ruangannya. Raejae menggigit bibirnya, merasa ada yang salah dengan pembicaraannya dengan Siwon tadi. Tapi ya sudahlah, toh ini juga bukan masalah yang menyangkut dirinya. Raejae memutar tubuhnya ingin kembali ke meja kerjanya.

“Astaga!!” Raejae sedikit terlonjak mendapati Raejoon dan Leeteuk sudah ada di belakangnya. Raejoon tersenyum manis tapi Leeteuk hanya diam tanpa ekspresi.

“Apa Siwon oppa ada di rungannya, Raejae-ssi?” Raejoon membuyarkan lamunan Raejae. Raejae mengangguk cepat dan mengatakan dia baru saja menghantarkan laporan produksi pada Siwon. Raejoon bergegas masuk ke ruangan Siwon.

“Apa kakimu sudah jauh lebih baik?” Leeteuk melirik kaki Raejae yang masih menggunakan perban ace. Raejae mengangguk dan tersenyum senang.

“Gomawoyeo sudah mengkhawatirkanku. Ini sudah jauh lebih baik.” Leeteuk memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

“Cih! Siapa yang mengkhawatirkanmu? Sungguh tidak ada gunanya. Aku hanya ingin bilang jika kau merasa kakimu sudah sembuh, seharusnya kau melepaskan perban itu dan mulailah menggunakan sepatu high heels. Kau tidak lupa dengan peraturan perusahaan heels minimal tiga centi kan? Oh iya, gunakan bahasa formal jika berada di kantor.” Leeteuk menatap kaki Raejae yang masih menggunakan flat shoes dan berlalu masuk ke ruangan Siwon. Ekspresi senang Raejae berubah kesal.

“Ne, Arraseo Sajangnim! Besok akan aku usahakan menggunakan High Heels. Dua belas centi!!” Raejae mencibir Leeteuk dan kembali ke meja kerjanya.

# # #

“Hana-ssi, Raejae-ssi, ayo kita makan siang. Kali ini aku yang traktir!” seru Siwon mengejutkan Raejae dan Hana yang masih konsentrasi dengan pekerjaan. Hana dan Raejae saling pandang merasa heran dengan Siwon. “Ayolah, makan siang sebagai teman!” ajak Siwon penuh antusias. Hana mengangguk cepat tak ingin melewatkan kesempatan. Raejae mengangkat bahu mengisyaratkan bahwa dia ikut saja.

“Ahh Hyung!!” Siwon memanggil Leeteuk yang melewati ruang administrasi. Leeteuk menghentikan langkahnya. Siwon mengibaskan tangannya mengajak Raejae dan Hana berjalan mengikutinya. “Hyung, aku berencana mengajak Raejae dan Hana makan siang. Kau mau ikut?” Leeteuk tak menjawab hanya mengalihkan pandangannya ke Raejae yang sama sekali tak melihatnya.

“Mungkin dia sedang sibuk Siwon-ah. Jangan mengganggu uri Sajangnim.” ucap Raejae mencibir Leeteuk. Siwon dan Hana saling pandang dan tersenyum simpul menyaksikan adegan di depan mereka. “Kajja Hana kita duluan saja. Siwon-ah silahkan menyusul nanti.” Raejae menekankan kata ‘Siwon-ah’.

“Siwon-ah?” Leeteuk menatap tajam Siwon.

“Aniya hyung, jangan khawatir! Aku dan Raejae memutuskan untuk tak bicara formal jika tidak di kantor, itu saja! Chingu!” Siwon berusaha menjelaskan. Leeteuk menatap sinis punggung Raejae yang semakin jauh.

“Cih! Dasar penggoda! Kau kira aku akan diam saja melihat aksimu? ” ucapnya kesal.

“Heh? Apa kau bilang sesuatu Hyung?” Siwon menepuk pundak Leeteuk. Leeteuk menggeleng dan mengajaknya menyusul Raejae dan Hana.

Raejae menatap kesal pada sosok dua orang laki-laki yang baru saja masuk ke cafe. Tidak pada Siwon awalnya, tapi entah kenapa setelah dia mengajak Leeteuk makan bersama tadi, Raejae jadi kesal pada Siwon.

“Kalian sudah memesan?”

“Belum Siwon-ssi. Kami menunggumu.” Hana menjawab cepat, karena sepertinya Raejae tidak akan menjawabnya.

“Ah begitu rupanya. Kajja Hana-ssi kita pesan makanan. Hyung kau seperti biasa?” Leeteuk hanya diam tapi matanya terus saja beradu pandang dengan Raejae, dengan tatapan tajam seperti sedang terjadi adu pedang antara mereka. Siwon memberi kode pada Hana untuk meninggalkan mereka.

“Nappeun yeoja! Dasar penggoda!” Leeteuk mendengus kesal setelah Siwon dan Hana pergi.

“Mwo? Apa yang kau bilang?” Raejae membulatkan matanya.

“Jadi sekarang kau sudah berhasil membuatnya menjadi teman? Setelah ini menjadikannya pacar. Hwaahh rencana yang bagus!!” ucap Leeteuk setengah berbisik. Leeteuk melipat tangannya di dada.

“Neo!” Raejae mengacungkan telunjuknya tepat di depan hidung Leeteuk.

Leeteuk menyingkirkan jari Raejae dan berdiri tanpa melepas kontak matanya dengan Raejae.

“Kenapa? Kau tak terima dibilang penggoda?” Leeteuk kembali menantang Raejae. Raejae menarik nafas panjang.

“Aissh jinjja! Jadi menurutmu aku penggoda?”

Leeteuk menaikkan kedua alisnya.

“Baiklah jika menurutmu aku ini penggoda. Kita lihat apa yang bisa penggoda ini lakukan!” Seru Raejae dengan nada kesal. Matanya terus saja menatap tajam Leeteuk. “Uri Siwon-ah, aku ingin ikut memesan!” Teriak Raejae dengan nada agak manja. Leeteuk mengernyitkan dahinya agak bergidik melihat tingkah Raejae.

“Aisshh!!” Leeteuk memukul meja dengan kesal.

Semua mata yang ada di Cafe menatap Raejae. Samar-samar mulai terdengar bisik-bisik karyawan SuCho yang ada di Cafe.

 

Raejae berjalan dengan lesu menatapi punggung yang ada di depannya. Sesekali mengumpat kesal pada Hana. Karena Hana dia harus terjebak seperti ini sekarang, apalagi akan ada manusia paling menyebalkan di dunia, Leeteuk. Kejadian tempo hari membuatnya muak, bahkan sampai sekarang Raejae selalu saja berusaha menghindari Leeteuk, walaupun menyiksa sebenarnya. Kalau saja tadi Hana tidak memaksanya mungkin sekarang dia sudah di perjalanan pulang ke apartemen.

“Ayolah Jae-ah, mianhae! Aku hanya ingin kau keluar dari zona amanmu sekali-sekali. Lagian yang mengajak kita pergi pacar bos kita, ini acara makan malam biasa, Jae-ah, setidaknya kita akan membuatnya senang. Kita hanya makan malam, setelah itu kita pulang.” Hana menyeimbangkan langkahnya dengan Raejae yang berjalan dengan malas. Raejoon tersenyum melihat tingkah Hana yang terus meyakinkan Raejae.

“Ne, ne keumanhae. Lee Raejoon sudah mulai mendengar omelanmu itu. Ini sudah terlanjur. Kita makan setelah itu pulang.” Hana tersenyum puas, usahanya tak sia-sia.

“Ah.. Hyung, apa kau masih bertengkar dengan Raejae-ssi? Kau tampak selalu menghindari Raejae, apa itu tidak menyiksa?” Siwon sedikit terkekeh. Leeteuk menghentikan jarinya yang sedari tadi memainkan handphone dan menatap Siwon datar.

“Bukankah sudah ku bilang ini bukan seperti apa yang ada di pikiranmu?” Siwon tersenyum, menganggap Leeteuk sedang berbohong. Mungkin seharusnya dia tidak bertanya. “Dengar! Aku dan Raejae…” ucapan Leeteuk terhenti. Matanya menangkap wajah Raejae, Raejoon dan Hana sudah keluar dari lobby. “Ahh sudahlah, mereka sudah datang. Ayo kita pergi, makan setelah itu pulang.” Leeteuk berjalan menuju mobilnya dan membuka pintu kemudi. Tapi aktivitasnya terhenti.

“Ahh.. Raejae-ah! Aku sangat merindukanmu!!” teriak serorang lelaki yang berlari ke arah Raejae yang berjalan beriringan dengan Raejoon dan Hana.

“Omona! Bukankah itu Hyukjae? Kapan dia pulang dari Jeju?” Hana berbisik pelan pada dirinya sendiri. Raejae menghentikan langkah kakinya, lebih tepatnya kaku, menatap bingung pada Hyukjae yang sudah berlari merentangkan tangan dan siap memeluknya. Pug! Hyukjae memeluk Raejae erat, sangat erat dan mendaratkan sebuah ciuman gemas di pipi Raejae. Tubuh Raejae makin kaku, kaki lemas, tatapan kosong, jantung berdetak tak karuan, mulutnya kelu tak bisa mengeluarkan kata-kata, hanya bibirnya saja yang samar-samar mengucapkan ‘jebal’.

 

-TBC-

3 Comments (+add yours?)

  1. sophie
    May 27, 2016 @ 12:58:10

    Ohhh kasian raejae ygg trauma itu,,trus gmna siwon-raejoon yahh??

    Reply

  2. Monika sbr
    May 30, 2016 @ 21:10:10

    Jadi raejae pernah mendptkan pelecehan hingga dia sampai trauma kayak gitu yaa? Kasihan

    Reply

Comment's Box