Touch [2-END]

PicsArt_03-20-02.46.30

Author : Kim DF

Title :Touch (Part II)

Main cast :

Park Jungsoo/ Leeteuk

Kim Raejae

Choi Siwon

Lee Raejoon

Other Cast : Jung Hana, Lee Hyukjae, Park Hyerin, Lee Donghae, Park Yong In (Appa Leeteuk) and Etc

Genre : Romance, Comedy, Sad

Rated : PG 15

Length : TwoShot

Disclaimer : Karya ini adalah ASLI hasil pemikiran author selama sebulan. Cast sepenuhnya milik Tuhan, dan jalan cerita milik Author sepenuhnya

NB : terdapat adegan kekerasan di dalam cerita, mohon menjadi bijak dan tidak menirunya.

Jika terdapat kemiripan jalan cerita, tokoh atau latar belakang, itu terjadi tanpa unsur kesengajaan. Hargai karya orang lain, jangan lupa tinggalkan jejak. Selamat membaca! Saran dan kritik sangat dibutuhkan.

 

***

Blam! Leeteuk membanting pintu mobilnya. Berjalan cepat ke arah Raejae dan Hyukjae.

“Yak neo!” Leeteuk melepas paksa pelukan Hyukjae. “Ini terakhir kalinya kau menyentuh Kim Raejae atau tanganmu yang tak sopan ini akan ku patahkan!” tangan kiri Leeteuk mencekal kuat tangan Hyukjae dan tangan kanannya sudah bersiap mendaratkan pukulan ke wajah Hyukjae. Wajah Hyukjae berubah pucat, matanya menatap ngeri pada Leeteuk. Amarah Leeteuk sudah memuncak, tidak ada pikiran lain di otaknya selain menghancurkan lelaki brengsek ini.

Perlahan Leeteuk merasakan sentuhan gemetar di kepalan tangannya.

“Keumanhae!” suara lirih Raejae mengalihkan pandangan Leeteuk dari Hyukjae. Raejae memejamkan matanya. Leeteuk menurunkan tangannya dari depan wajah Hyukjae. Dilihatnya perlahan tubuh Raejae turun dan akhirnya duduk di lantai. Leeteuk melepaskan cekalan tangannya dan duduk memegang bahu Raejae.

“Gwaenchanayeo? Apa ada yang terasa sakit?” tanyanya lembut. Raejae menarik nafas panjang lalu mengangguk. “Kajja kita ke toilet.” Leeteuk mengangkat tubuh Raejae, menyeret paksa Raejae masuk kembali ke lobby dan mengatakan pada Siwon dan yang lain untuk menunggu.

Leeteuk berjalan mondar-mandir di depan toilet khusus wanita menunggu Raejae yang sudah hampir sepuluh menit berada di dalam. Rasa kesal masih saja menghiasi hatinya. Beberapa kali Leeteuk berteriak memastikan Raejae membersihkan tubuhnya dengan benar. Ingin sekali mendobrak pintu toilet dan masuk untuk melihat apa tubuh Raejae benar-benar sudah bersih.

“Ahh sudah selesai?” Leeteuk langsung menarik tangan Raejae yang baru saja keluar dari toilet. “Apa itu sudah benar-benar bersih? Apa kau yakin? Tangan, kaki, wajah? Pipi kau harus menggunakan sabun yang banyak itu bekas bibir, ahh si brengsek itu pasti melekat.” Leeteuk memutar-mutar tubuh Raejae. Menepuk pipi Raejae beberapa kali.

“Keumanhae! Ini sudah bersih.” Bentak Raejae melepaskan pegangan Leeteuk. “Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membantuku? Kenapa kau mengkhawatirkanku? Bukankah kau bilang kau tidak akan menyelamatkanku? Kau takkan membantuku membersihkan sentuhan-sentuhan menjijikkan ini? Dan bukankah kau bilang tak ada gunanya mengkhawatirkanku? Kau bahkan menyebutku penggoda. Kau membuatku salah paham, mengerti?” Raejae menatap Leeteuk tajam. Leeteuk terdiam sedikit lama memikirkan apa yang diucapkan Raejae. Hanya memandang kosong wajah Raejae.

“Wae? Kenapa kau diam?” Raejae kembali meninggikan suara. “Kau tak bisa menjawabnya kan? Ahh sudahlah! Kajja, kita harus pergi. Bukankah ini undangan special dari gadis yang kau cintai, si Lee Raejoon itu? Kau akan membuatnya kecewa jika kau membuatnya menunggu terlalu lama.” Dengus Raejae dan memutar tubuh untuk segera pergi. Tapi, syut!! Leeteuk menarik tangannya dan menyandarkannya ke dinding. Leeteuk menatap dalam ke manik mata Raejae. Perlahan memajukan wajahnya dan mendaratkan bibirnya ke bibir Raejae. Mengecupnya dengan lembut. Mata Raejae membulat. Tapi tubuhnya tidak kaku.

‘Ige mwoya?’ bisik Raejae dalam hati. Perasaan aneh menyusup ke hati dan pikirannya. Ini tidak menjijikan, ini tidak membuatnya merasa kotor, ini tidak membuatnya mati rasa. Yang ada hanya rasa nyaman dan aman mengetahui Leeteuk yang menyentuhnya. Perasaan berbunga yang membuat semilir hangat di hatinya. Leeteuk melepaskan ciumannya dan menatap Raejae kembali. “Leeteuk-ssi?” Lirih Raejae masih dalam kebingungannya.

“Berhenti membicarakan Raejoon jika kau tak menyukai itu. Aku, aku bahkan tak memikirkan perasaannya lagi sekarang.” Leeteuk meraih tangan Raejae dan berjalan dengan santai. Raejae tampak sesekali memegang bibirnya, merasakan sepertinya bibir Leeteuk masih menempel di bibirnya. Semua mata karyawan SuCho yang masih berada di lobby menatap Raejae dan Leeteuk, tak terkecuali Siwon, Raejoon, Hana dan Hyukjae yang sudah menunggu di sofa yang berada di lobby. Beberapa kali Raejae berusaha melepaskan genggaman tangan Leeteuk. Tapi semakin Raejae ingin melepaskan tangannya, Leeteuk makin mempererat genggamannya.

Hyukjae membungkukkan badan. “Aku benar-benar minta maaf, Jae-ah, dan hmm.. Sajangnim!” Raejae mengangguk ragu dan masih berusaha melepaskan tangannya.

Leeteuk menyunggingkan senyumnya. “Gwaenchanayeo Hyukjae-ssi, tapi ku harap kau tak mengulanginya lagi. Kajja, bukankah kita sudah terlambat?” Leeteuk merangkul Raejae. Raejae menatap aneh pada tangan Leeteuk yang berada di bahunya. “Jika tidak ada lagi yang di tunggu, ayo kita berangkat. Hmm… Kita ubah rencananya, kita lakukan pestanya di rumahku. Ahh.. Hyukjae-ssi, kau ikutlah bersama kami.” Leeteuk melirik Hyukjae sekilas dan berjalan mendahului yang lain. Dari raut wajah Hana dan Hyukjae jelas terlihat mereka masih merasa bingung dengan situasi ini. Raejoon menyunggingkan senyum manis di bibirnya, merasa sahabatnya mungkin sudah menemukan cintanya. Hanya Siwon yang merasa kosong.

‘Jae-ah, aku bahkan tak sanggup mengatakan bahwa kau harus segera melepaskan Leeteuk Hyung. Demi kebaikannya. Seperti apa yang telah kau ucapkan padaku. Tapi Aku akan membiarkanmu, ani kita, bahagia sejenak Jae-ah.’ Siwon menatap punggung Raejae dan Leeteuk bergantian dengan rasa menyesal.

Dalam perjalanan menuju rumah Leeteuk, tak satu pun kata yang keluar dari mulut mereka. Hanya sesekali mereka melirik malu satu sama lain. Bahkan bisa saja detak jantung mereka yang tak beraturan terdengar jelas dari telinga mereka masing-masing. Atmosfer yang aneh tapi menyenangkan.

“Hmm… kau masih ingat peraturan di rumah kan?” Leeteuk memecah keheningan. Raejae mengangguk. “Gunakan wilayahmu seperti biasa dan aku sudah memintakan izin pada Ahjumma untuk menggunakan wilayahnya.”

“Hehe, Ahjumma sudah lama aku tak bertemu dia. Beliau pasti ada di rumah sekarang?” Raejae bergumam seperti bicara pada dirinya sendiri. Leeteuk tersenyum.

“Aniya, Ahjumma tidak berada di rumah. Ahjumma pulang ke rumahnya di desa. Hmm.. sudah tiga hari.”

“Ohya? Jadi beberapa hari ini Uri Sajangnim makan apa?” ucap Raejae sambil tertawa kecil.

“Heh? Uri Sajangnim? Hehe… ayolah mendengarmu bicara seperti itu membuatku geli.” Leeteuk ikut tertawa dan membuka pintu mobilnya karena mereka sudah sampai. Berlari kecil dan membukakan pintu mobil untuk Raejae.

“Aigoo, seperti apa saja dibukakan pintu!” Ujar Raejae yang merasa geli dengan tingkah Leeteuk.

“Ppalli, masuklah ke dalam ajaklah Hana dan Raejoon. Aku akan membantu Siwon dan Hyukjae membawa belanjaan. Kau tidak lupa dengan passwordnya kan?” Leeteuk menekan remote kecil yang berfungsi untuk membuka pintu garasi mobilnya.

“Arraseo Sajangnim!” Raejae melambaikan tangannya agar Hana mengikutinya, secara otomatis Raejoon juga ikut Raejae naik tangga menuju pintu utama. Raejae terus saja merasa tak enak hati karena sikap Hana yang tak hentinya menanyakan bagaimana rasanya tinggal di rumah sebesar ini bersama Leeteuk? Atau hubungan Raejae dan Leeteuk sudah sejauh mana? Atau ini sudah seperti rumah Raejae sendiri, bahkan password pintu pun Raejae tahu. Ingin sekali rasanya membungkam mulut cerewet dengan tangan, ocehan Hana itu membuatnya pusing. Apalagi posisinya sekarang ada Raejoon yang notabene sahabat Leeteuk dari kecil dan pastinya dia akan tahu lebih banyak tentang rumah ini.

“Mianhae Raejoon-ssi, Hana memang agak cerewet. Mungkin kau agak terganggu dengan ocehan-ocehannya tadi.”

“Gwaenchana Raejae-ssi, dia memang benar. Hubungan kalian mungkin sudah sangat jauh, karena jujur saja aku dan Siwon oppa bahkan tidak tahu password pintu rumah ini. Hehehe..” Raejoon mencoba agar lebih akrab. Raejae mengernyitkan dahi.

“Jinjja?”

Raejoon mengangguk serius lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

“Ya Jae-ah, ini kamar siapa?” teriak Hana dari ruang keluarga. Raejae yang teringat aturan di rumah ini langsung berdiri.

“Ya Hana-ya itu kamar Leeteuk jangan membukanya! Banyak aturan di rumah ini. Ini wilayah terlarang! Kajja kita keluar.” Raejae mencegah Hana tepat disaat tangan Hana akan membuka handle pintu.

“Annyeong!” suara sapaan lembut yang sangat dikenal Raejae menghentikan ocehannya.

“Ya eonni!” seru Raejae melihat Raejoon yang sudah bersama Hyerin. Hyerin tersenyum lebar dan merentangkan tangannya. Raejae langsung menyambut pelukan hangat Hyerin.

“Donghae oppa, apa dia juga ikut ke sini? Ahh, bagaimana persiapan pernikahannya?” Tanya Raejae antusias.

“Persiapan pernikahan berjalan lancar. Ne, Donghae oppa ada di taman bersama Leeteuk oppa dan yang lain. Pergilah ke sana.” Hyerin melepaskan pelukannya. Raejae tersenyum senang. Tanpa menunggu lama, Raejae langsung berlari menuju taman.

“Oppa!” seru Raejae sambil berlari ke pelukan Donghae. “Ahh bogoshipta!” ujarnya sedikit berlonjak di dalam pelukan Donghae. Donghae hanya tertawa geli mendapat perlakuan seperti ini.

“Keumanhae Jae-ah, biarkan oppa melihat wajahmu dulu.” Donghae melepaskan pelukannya lalu menatap intens setiap senti tubuh Raejae.

“Apa kau baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu padamu? Kita sudah tidak berhubungan selama hampir tiga bulan, kan?” Donghae mengusap lembut wajah Raejae. Raejae mengangguk cepat.

“Gwaenchanayeo oppa, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya.” Raejae melirik Leeteuk sekilas. Tapi Leetuk sama sekali tak melihatnya.

“Jinjja? Aigoo!” Donghae mengacak rambut Raejae dan menarik Raejae kembali ke pelukannya bahkan sesekali menciumi puncak kepalanya.

‘Kenapa mereka harus berpelukan selama itu? Dasar!’ Leeteuk mendengus kesal.

“Bisakah kita mulai acaranya sekarang? Ini sudah terlalu malam!” bentak Leeteuk menghancurkan semua moment haru yang sedang terjadi. Raejae melepas pelukannya dan mencibir Leeteuk.

“Ya Kim Raejae-ssi apa kau bisa membantuku membakar daging ini!” sambungnya.

“Wae? Kenapa harus aku?” Balas Raejae dengan nada yang tak kalah tinggi. Leeteuk membulatkan matanya. “Bukankah di sini ada banyak lelaki yang bisa membantumu?”

“Yak! Bukankah sudah sering ku katakan aku tak bisa ditolak?” Leeteuk makin meninggikan suaranya.

“Mianhae Jae-ah, aku harus membantu Raejoon di dalam. Kajja Hyukjae-ssi!” Siwon menarik tangan Hyukjae untuk menghindari perang antara Leeteuk dan Raejae. Donghae hanya menggelengkan kepalanya dan mengekor Siwon.

“Ya Siwon-ah, Hyukjae-ssi, Donghae oppa!” Raejae mencoba mencegah agar Siwon, Hyukjae dan Donghae tidak pergi. Tapi mereka tak menghiraukan Raejae.

“Aissh jinjja! Baiklah-baiklah jika ini mau kalian. Aku akan mati kejang karena harus membantu Uri Monster di sini!!” jerit Raejae. Siwon dan yang lain hanya menahan tawa. Dengan sedikit malas Raejae akhirnya mendekati Leeteuk.

“Ige! Baliklah dengan benar. Jangan sampai gosong.” Leeteuk menerahkan penjepit daging pada Raejae. “Aku akan mengawasimu dari sini.” Leeteuk duduk dan menaikkan kakinya di meja.

“Mwo? Jadi aku harus melakukannya sendiri?” Leeteuk mengangguk membenarkan. “Aissh jinja!” Raejae menghentakkan kakinya dan memandang kesal ke arah rumah melihat Siwon dan yang lain sedang mengerjakan sesuatu bersama.

Setengah jam memperhatikan Raejae tak membuat Leeteuk bosan, walau dia tahu beberapa kali Raejae mengeluh ingin ikut masuk ke dalam rumah. Leeteuk tak memperdulikannya, dia hanya khawatir jika mereka masuk tidak ada lagi kesempatan untuk memandang lekat wajah Raejae. Tapi bagi Raejae, memanggang daging sendirian apalagi diawasi oleh si monster, Leeteuk yang sepertinya tak sedetikpun mengalihkan pandangannya, itu membuatnya merasa tak nyaman. Raejae merasa dikuliti.

“Sshh au!”

Prang! Raejae melepaskan penjepit daging dari tangannya. Leeteuk langsung berdiri menghampiri Raejae.

“Waeyeo? Tanganmu terkena panggangan?” Leeteuk meraih tangan Raejae, tapi Raejae menolaknya.

“Aniya, tidak apa-apa. Hanya tersenggol! Silahkan duduk kembali Sajangnim.” Ucap Raejae menahan tawa.

“Aissh jinjja! Berikan tanganmu biar aku melihatnya.” Leeteuk kembali ingin menarik tangan Raejae, tapi dengan cepat Raejae menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya.

“Wae? Kau khawatir?” Tanya Raejae masih menahan tawa.

“Raejae-ah, jangan bercanda. Jika tidak segera diobati lukanya akan parah.” Leeteuk masih berusaha meraih tangan Raejae. Raejae mundur satu langkah.

“Hmm.. jika kau mengkhawatirkanku. Maka pangganglah daging itu sendiri, aku akan masuk ke dalam. Hahahaa!” Raejae mencoba berlari masuk ke rumah.

“Ya Kim Raejae kau mempermainkanku?” Leeteuk mengejar Raejae dan berhasil. Leeteuk kini merentangkan tangannya menghalangi Raejae agar tak bisa lewat.

“Kau tidak akan bisa masuk! Hahaha!”

“Ya jinjja, menyingkirlah Leeteuk-ah!!” Raejae menepis tangan Leeteuk agar menyingkir. Tapi Leeteuk malah maju memeluk Raejae dari belakang.

“Ya Leeteuk-ah, lepaskan! Aku tidak mau!” Raejae memberontak dalam pelukan Leeteuk, tapi masih setengah tertawa.

“Jae-ah!” Donghae yang melihat adegan di taman menjadi tak tenang. Donghae berdiri “Aku harus membawa Raejae masuk, ini tidak bisa. Dia akan merasa…”

“Jangan Oppa! Coba lihatlah Raejae tak merasa ketakutan atau apalah itu namanya, tak seperti biasanya kan? Dia sedang merasa bahagia. Bukankah itu baik untuknya?” Hyerin mencegah Donghae.

“Ah ne, ini tidak seperti biasanya. Bukankah biasanya Raejae tak suka bersentuhan dengan lelaki.” Hana ikut berpendapat.

“Jangan hiraukan mereka, biarkan mereka menghabiskan waktu berdua.” sambung Hyerin. Donghae menyerah dan kembali duduk.

Leeteuk mengangkat tubuh Raejae kembali ke dekat panggangan. Meminta Raejae melanjutkan pekerjaannya, kali ini dia ikut membantu.

Tik! Tik! Satu persatu tetesan air dari langit berjatuhan. Perlahan jatuh membasahi bumi. Dan zrushhh!! Tiba-tiba menjadi hujan yang tak terbendung.

“Hujan!” Leeteuk menengadahkan kepalanya. “Ayo kita masuk, hujan sudah mulai turun.” Seru Leeteuk sambil melepas mantelnya untuk dijadikan payung.

“Jamkaman!” Raejae membereskan daging yang telah di panggang.

“Tinggalkan saja itu, bawa saja yang sudah kita panggang!” Leeteuk menarik tubuh Raejae lebih dekat agar berlindung di bawah mantelnya. Hujan makin deras tepat disaat Raejae dan Leeteuk masuk ke rumah.

“Gwaenchanayeo Jae-ah?” Donghae mengambil piring berisi daging dari tangan Raejae. Leeteuk berlari masuk ke kamarnya.

“Gwaenchana, hanya sedikit basah.” Raejae mengambil tisu dan mencoba mengeringkan wajahnya.

“Kemarilah!!” dengan nafas agak terengah Leeteuk memutar tubuh Raejae agar menghadapnya. Dan mulai mengeringkan rambut Raejae yang agak basah dengan handuk.

“Aku bisa sendiri Leeteuk-ah!” Raejae mencoba menghentikan Leeteuk, tapi Leeteuk tak bisa ditolak dan terus saja mengeringkan rambut Raejae.

“Gwaenchanayeo? Apa kau kedinginan? Ini, gunakan saja baju itu atau kau akan sakit jika terus menggunakan baju basah!” Leeteuk menyerahkan sweater dan celana training. Raejae mengangguk setuju. “Kha ppalli!” Leeteuk beranjak kembali ke kamarnya.

“Jae-ah,” lirih Donghae. Donghae memeluk Raejae erat.

‘Apa aku berbuat kesalahan?’ desah Raejae dalam hati.

“Oppa akan tenang sekarang. Sekalipun oppa meninggalkanmu jauh, atau tak pernah kembali ke Korea, oppa tidak akan merasa khawatir lagi. Oppa percaya kau akan baik-baik saja!” bisiknya lembut, berusaha agar hanya Raejae yang mendengar.

“Oppa? Waeyeo? Kenapa kau seperti ini.” Raejae membalas pelukan Donghae. Perasaan sedih mulai menyelimuti hatinya.

“Oppa…” Raejae mulai sedikit terisak dalam pelukan Donghae.

Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hujan sudah berhenti tapi semilir angin masih melingkupi malam ini. Sepasang mata Leeteuk masih saja tak bisa terlelap padahal tubuhnya sudah terasa lelah. Di liriknya kiri kanan, Hyukjae dan Siwon sudah terlelap. Ada yang mengganjal di hatinya. Otaknya selalu memutar setiap menit memorinya dengan Raejae. Sesekali Leeteuk mencoba mengingat Raejoon, tapi otaknya selalu kembali memunculkan bayang Raejae. Mencoba mendengarkan musik lewat earphone pun tak membantu sama sekali.

“Aissh jinjja, apa yang terjadi padaku? Sebaiknya aku tidur di luar saja, mungkin tempat tidur sempit membuat pikiranku kacau.” Leeteuk bangkit dan berjalan keluar kamar seraya meraih sweater panjangnya.

Leeteuk membuka kulkas dengan malas, meraih satu botol air mineral yang tersusun rapi di kulkasnya. Satu hentakan Leeteuk membuka botol air mineralnya dan menenggak isi botol hingga setengah. Blam! Leeteuk menghempaskan pintu kulkas agak keras, melampiaskan kesal karena otaknya terus saja memikirkan Raejae.

Sebuah suara yang terdengar terisak membuat Leeteuk sedikit terganggu. Leeteuk menyipitkan matanya, memfokuskan penglihatannya. Lalu berjalan pelan menuju sumber suara.

“Kim Raejae?” Leeteuk mendapati Raejae yang sedang duduk bersandar di kaca besar yang menghadap ke kolam. Rasa penasaran dengan apa yang dilakukan Raejae seirama dengan kakinya terus berjalan mendekati Raejae seolah tak bekerja sama dengan otaknya yang memerintahkan untuk kembali ke kamar.

“Kim Raejae!” ulangnya lagi. Raejae menengadahkan kepalanya. Membuat matanya bertemu dengan mata Leeteuk. “Kau menangis? Apa terjadi sesuatu?” Leeteuk berlutut untuk menyeimbangkan tubuhnya dengan Raejae. Raejae memalingkan wajahnya dan mengusap air matanya sekilas.

“Aniya.” Jawabnya berusaha tersenyum. Leeteuk menatap dalam manik mata Raejae. Raejae berusaha menghindari tatapan Leeteuk dengan menunduk, tapi beberapa kali melirik Leeteuk.

“Kau belum tidur?” Tanya Raejae masih dengan suara agak serak. Leeteuk membenarkan posisinya menjadi duduk di samping Raejae.

“Kau belum menjawab pertanyaanku.” Balas Leeteuk.

“Aniya.” Raejae menggeleng tapi tak sanggup menahan air matanya. “Heh! Aku hanya merasa bodoh dan takut.” Raejae memeluk kaki dan menopangkan dagunya ke lutut, kali ini terus membiarkan air matanya. Leeteuk mengangkat wajah Raejae dan menghapus air mata Raejae. Tapi tangis Raejae makin kencang.

“Leeteuk-ah, apa aku benar-benar bodoh?” Raejae menyingkirkan tangan Leeteuk dari pipinya. Leeteuk tersenyum merasa aneh.

“Ne kau memang bodoh. Tapi apa yang membuatmu takut?”

“Donghae oppa, apa Donghae oppa benar-benar harus ke China?”

“Mungkin.” Jawab Leeteuk singkat.

“Memikirkan itu membuatku takut. Siapa nanti yang akan memperhatikanku, yang akan membantuku, Yang akan membuatku nyaman, aman dan selalu ada untukku?”

“Hehehe… jadi kau akan menahan Donghae agar tak ke China? Apa kau ingim membuatnya gagal menikah? Apa kau akan terus bergantung pada Donghae selamanya?” Leeteuk terkekeh. Raejae menggeleng lalu menatap kosong ke kolam renang.

“Bukan seperti itu, aku sama sekali tidak ingin membebani dia. Aku-aku hanya takut aku tak bisa mengatasi ketakutanku sendiri.”

“Apa kau tak merasa nyaman bersamaku?” entah mendapat kekuatan dari mana Leeteuk melingkarkan tangannya ke perut Raejae, memeluknya dari belakang. Raejae diam sejenak menatap tangan yang melingkar di perutnya.

“Leeteuk-ah!” bisiknya tak sebegitu kencang dibandingkan detak jantungnya yang sekarang menjadi tak beraturan. Mereka terdiam sejenak hingga Raejae melepaskan pelukkan Leeteuk.

“Mianhae, aku terlalu lancang.” Leeteuk melepas tangannya dan berdiri hendak pergi.

“Leeteuk-ah, kau membuatku nyaman, sangat nyaman. Aku sangat menyukainya, berada di dekatmu membuat perasaanku menjadi aneh. Bahkan aku tak bisa mengontrol detak jantungku.” Raejae ikut berdiri dan memejamkan matanya, menekan rasa malu di hatinya. “Leeteuk-ah, Bi-bisakah kau memelukku sedikit lebih lama?” ucap Raejae hampir tak terdengar.

“Apa yang kau bilang?” tanyanya memastikan.

“Tidak ada, lupakan saja.” Raejae menghela nafas dan memutar tubuhnya kembali ke arah kaca.

“Jae-ah!” Leeteuk menarik tubuh Raejae ke pelukannya. Dengan ragu Raejae membalas pelukkan Leeteuk. Menghirup dalam-dalam aroma maskulin dari tubuh Leeteuk. Menyenangkan, nyaman, dan membuatnya bahagia.

“Jae-ah, terlalu egoiskah jika sekarang ku bilang ‘kau adalah milikku, tak ada satu orangpun yang akan kau datangi selain aku’ ehm?” kata-kata itu meluncur bebas dari mulut Leeteuk. Tanpa komando, tanpa ragu-ragu. Leeteuk merasakan gelengan kecil di dadanya.

“Aku sering merasa marah melihatmu disentuh lelaki lain, aku tak suka melihatmu menangis. Jika kau merasa terluka dan sedih, aku akan jauh merasa sakit dan sedih. Mungkin sekarang aku tahu penyebabnya, aku mulai menyukaimu, Jae-ah. Jeongmal joahaeyeo!” Leeteuk mengecup lembut puncak kepala Raejae.

“Na-nado joahaeyeo, Leeteuk-ah!” Raejae mempererat pelukkannya.

Prosesnya begitu cepat. Tanpa melihat siapa dengan siapa, cinta bisa merasuk kemana saja. Menyatukan dua hati tak perlu mempertanyakan kasta.

“Jae-ah!” panggil Leeteuk pelan. Raejae menundukkan kepalanya, menatap Leeteuk yang merebahkan kepala di pahanya. Mengusap rambut Leeteuk pelan.

“Waeyeo?”

“Jae-ah!” panggilnya sekali lagi.

“Waeyeo?”

“Jae-ah!”

“Ya Leeteuk-ah!” Puk! Raejae memukul bahu Leeteuk pelan.

“Auhh!” Leeteuk mengaduh.

“Apa itu sakit?” Raejae tampak khawatir. Leeteuk terkekeh.

“Ani, gwaenchana! Aku hanya memastikan ini bukan mimpi.” Lanjut Leeteuk seraya memejamkan mata, mengecup lembut tangan Raejae yang sejak tadi digenggamnya. Senyum dua anak manusia itu tak lepas dari bibir mereka. Perlahan kepala Raejae turun dan mendaratkan ciuman singkat ke bibir Leeteuk. Leeteuk tersenyum senang dan beringsut menenggelamkan kepalanya ke perut Raejae.

# # #

Raejae tampak sibuk membantu Hyerin yang sedang bersiap-siap.

“Yeppeoda! Eonnie apa kau tegang?” Ucap Raejae penuh senyuman seraya memasangkan mahkota kecil di kepala Hyerin.

“Hm, tegang sekali. Apa itu kentara sekali, Jae-ah?” Hyerin menghela nafasnya. Raejae mengangguk lalu merangkul Hyerin dari belakang.

“Eonni, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Donghae oppa, hm!” Hyerin mengusap lembut pipi Raejae.

“Tidak akan pernah Jae-ah. Donghae oppa adalah segalanya untukku. Tapi kau…”

“Aku akan baik-baik saja, percayalah!”

Ketukan pelan membuat keduanya mengalihkan pandangan ke pintu. Perlahan pintu terbuka, terpampang wajah Donghae dengan balutan tuxedo putih yang membuatnya begitu gagah.

“Aku sudah menebak kau pasti di sini, Jae-ah!” Donghae maju dan memeluk Raejae. Hanya sebentar lalu Raejae melepaskannya.

“Ayolah Oppa, nanti bajumu terkena lipstikku.” Seru Raejae. “Berhenti mengkhawatirkanku berlebihan, oppa. Kau akan jadi suami Yonna Eonni, jadi berhentilah menjadi malaikat pelindungku.” Raejae menggenggam tangan Donghae hangat.

“Jae-ah!” sapa Leeteuk yang berdiri di pintu.

“Aku sudah mempunyai malaikat lain yang akan melindungiku. Leeteuk, uri angel without wings!” bisik Raejae sambil melirik Leeteuk. Hyerin dan Donghae tersenyum. Leeteuk mendekat.

“Apa yang kalian bicarakan? Apa kalian membicarakanku?”

“Aniya, kajja kita keluar. Biarkan Donghae oppa dan Hyerin eonni berdua.” Raejae menarik Leeteuk keluar dan menutup pintu. Raejae bersandar di pintu, menarik nafas panjang.

“Hm? Kau merasa sedih?” Leeteuk mengusap lembut wajah Raejae.

“Aniya, aku hanya terharu.” Raejae mengelak. Leeteuk menariknya kepelukan.

“Menangislah jika itu akan membuatmu lega.”

“Aku tidak akan menangis, tenang saja. Tapi biarkan seperti ini sebentar saja.” Raejae melingkarkan tangannya ke tubuh Leeteuk.

Pernikahan Donghae dan Hyerin terlaksana dengan hikmat karena tamu yang datang hanya keluarga, kerabat dan orang-orang penting saja. Semua merasa terharu dan bahagia menyaksikan moment penyatuan dua insan di depan mereka. Hanya sepasang mata yang merasa tak bahagia, terus saja memandang tak suka pada Raejae dan Leeteuk.

 

Raejae baru saja menghempaskan tubuhnya ke ranjang, tiba-tiba terdengar suara bel apartemennya berbunyi. Raejae menarik selimutnya hingga menutupi kepala, enggan membukakan pintu. Siapa yang bertamu selarut ini. Raejae berusaha tak mendengarkan suara bel itu, tapi sepertinya orang yang menekan bel bersikeras agar dibukakan pintu. Bel terus saja berbunyi. Jika seperti ini terus, tetangga akan merasa terganggu. Dengan rasa takut, berbekal sapu ditangannya, Raejae melangkah keluar kamar dan menuju pintu. Menempelkan matanya ke lubang intip yang ada di pintu, tapi tidak ada siapapun di sana. Raejae sedikit bergidik.

‘Mungkin sudah pergi.’ Raejae mencoba berpikir positif.

Dor! Dor! Dor! Ketukan, bukan pukulan keras menghantam pintu apartemen.

“Ya Kim Raejae apa yang kau lakukan di dalam? Cepat bukakan pintu!” suara Leeteuk menggelegar. Dengan cepat Raejae membukakan pintu.

“Ya Leeteuk-ah, kecilkan suaramu.” Seperti tak mendengar Raejae, Leeteuk langsung menerobos masuk. Memeriksa dapur, kamar mandi, dan masuk ke kamar tidur.

“Ya! Apa yang kau lakukan?” Raejae mencekal lengan Leeteuk.

“Apa kau sedang menyembunyikan pria lain di sini?” Leeteuk melepaskan pegangan Raejae. Memeriksa isi lemari dan mengobrak-abrik tempat tidur Raejae.

“Hah!” Leeteuk menghempaskan badannya ke ranjang. “Sepertinya tidak ada! Hmm.. nyamannya. Aku tidur di sini malam ini.”

“Andwae! Turun dari sana. Bagaiman bisa tidur di sini, ini bahkan setengah ukuran tempat tidurmu. Pulanglah!” Raejae memukul kaki Leeteuk berusaha menyingkirkannya. Leeteuk mengubah posisinya menjadi tengkurap.

“Jadi kau memeluk ini saat tidur? Ah, aku iri pada guling ini.” Leeteuk memeluk guling yang tergeletak di ranjang. “Kemarilah! Hari ini kau tidak perlu memeluk guling ini, kau bisa memeluk oppa!” Leeteuk merentangkan tangannya.

“Ya! Oppa? Aisshh jinjja!” bentak Raejae agak geli. Leeteuk mencibir.

“Aku haus, ambilkan aku air minum!” pinta Leeteuk terdengar seperti perintah.

“Baiklah, setelah itu pulanglah!”

Raejae kembali ke kamarnya membawa segelas air putih. Didapatinya Leeteuk sudah terpejam.

“Kau terlihat sangat kacau!” Raejae melepaskan sepatu dan kaos kaki Leeteuk lalu menarik selimut agar menutupi badan Leeteuk. Leeteuk membuka matanya dan langsung menggenggam tangan Raejae yang masih memegang ujung selimut.

“Jae-ah, ku mohon tidurlah bersamaku malam ini. Tenang saja, Tidak akan terjadi apapun, hanya berpegangan tangan saja.” Leeteuk dengan wajah sedih. Raejae berpikir sejenak lalu masuk ke dalam selimut bersama Leeteuk. Leeteuk menatap dalam mata Raejae. Mengusap wajah Raejae dengan jempolnya.

“Besok aku harus ke Jepang. Dan akan sedikit lama, aku pun tidak tahu berapa lama!”

“Jinjja? Apa ada masalah?” tanya Raejae agak bergetar. Leeteuk mengangguk.

“Penjualan di Jepang mengalami penurunan dan ayahku meminta aku turun langsung. Aku ingin meminta Donghae untuk ke sana, tapi Ayah Hyerin bersikeras Hyerin dan Donghae menyusul mereka ke China.” Mereka terdiam.

“Pergilah! Aku akan menunggumu di sini.” Ujar Raejae.

“Tapi siapa yang akan menjagamu selama aku pergi? Haruskah kau ikut denganku?”

Raejae menggeleng, “Aku bisa menjaga diriku sendiri, percayalah!” Raejae mendekat dan menenggelamkan kepalanya ke dada Leeteuk. Leeteuk menyusupkan tangan kanannya ke bawah kepala Raejae dan memeluknya erat.

“Jangan menghubungi aku, arrachi? Aku takut setelah mendengar suaramu aku tak akan kuat menahan rindu dan berlari ke arahmu.”

“Arrayeo, aku tidak akan menghubungimu. Sekarang tidurlah!”

 

Suasana Sucho berubah dingin pagi ini. Semua karyawan nampak tegang, Direktur Utama SuCho yang terkenal disiplin dan tegas tiba-tiba datang setelah hampir delapan bulan tak menunjukkan diri. Guratan-guratan halus di wajahnya makin terlihat jelas karena dari ekspresinya dia sedang menahan amarahnya. Pria paruh baya itu berjalan dengan aura khas yang menyeramkan, membuat semua Karyawan yang dilaluinya menjadi terdiam, terlebih lagi kantor administrasi.

Brak! Saru hentakan pria paruh baya itu menghempaskan pintu ruangan Siwon. Siwon dan Hana yang sedang membicarakan laporan administrasi di sofa yang berada di sudut ruangan sontak terkejut.

“Appa?” Siwon langsung berdiri menyambut ayahnya. Pria paruh baya itu, Park Yong In, tak menjawab, dia hanya berjalan lalu duduk dengan kesal di kursi kerja Siwon.

“Hana-ssi, kita bicarakan ini nanti saja.” Siwon menutup map laporan yang sedang mereka bahas. Hana mengangguk dan membukukkan badan pada Park Yong In pamit dari ruangan Siwon.

“Bisa kau jelaskan ini? Seseorang mengirimkan ini ke rumah utama pagi ini.” Brak! Yong In menghempaskan sebuah amplop coklat ke meja. Siwon membuka dan melihat isinya. Beberapa foto Leeteuk yang sedang berdua dengan Raejae dihari pernikahan Donghae dan Hyerin.

“Appa, aku bisa jelaskan ini. Beri aku waktu.” Siwon gugup.

“Kau tak perlu menjelaskannya, aku bahkan sudah curiga sejak hari pernikahan Hyerin. Bahkan kepergian Leeteuk ke Jepang semuanya adalah rencanaku. Aku sudah mengundang orang tua Raejoon ke rumah utama untuk membicarakan masalah pernikahan Leeteuk dengan Raejoon. Selesaikan masalah ini, atau aku yang menyelesaikannya! Ingat ini demi Eommamu.” ucap Yong In sambil berlalu meninggalkan Siwon yang masih terpaku.

“Aarrgghh!!” Brak! Siwon menendang meja, melampiaskan kekesalannya.

Park Yong in berjalan dengan angkuhnya melewati para Staf Administrasi yang membungkukkan badan memberi hormat kepadanya. Matanya tak henti memandang tajam Raejae.

“Aish jinjja! Calon mertuamu itu membuatku takut.” Bisik Hana. Raejae hanya memandang khawatir punggung Yong In. Apa terjadi sesuatu pada Leeteuk?

“Kim Raejae-ssi!” Siwon membuyarkan lamunan Raejae. “Ke ruanganku sekarang!” perintahnya kasar. Semua mata staf Administrasi menatap aneh Siwon, Siwon tak pernah sekasar itu.

“Ne!” Raejae bergegas masuk ke ruangan Siwon. Siwon meremas rambutnya, tampak frustasi.

“Siwon-ssi, apa terjadi sesuatu pada Leeteuk?” tanya Raejae ragu. Siwon mengangkat kepalanya. Brak! Siwon memukulkan kedua kepalan tangannya ke meja. Raejae terkejut dan mundur satu langkah.

“Wae? Kenapa harus mereka? Wae?” teriak Siwon dengan sekuat tenaga. Raejae diam, gemetar melihat Siwon yang tenang berubah seseram ini.

“Mereka dijodohkan Jae-ah, mereka dijodohkan!” Siwon menurunkan nada suaranya dan meletakkan kepalanya ke meja. Airmatanya mulai tumpah tak terelakkan.

“Ap-apa yang kau maksud?” Raejae mencoba memberanikan diri.

“Leeteuk hyung dan Raejoon, mereka akan segera menikah!” jelas Siwon dengan berat.

“Mwo?” Raejae merasa tak percaya dan matanya mulai berair. “Apa ketika kau meminta pendapatku tentang perjodohan waktu itu, sebenarnya itu adalah Leeteuk dan Raejoon?”

“Ne! Hanya saja aku yang terlalu egois, tak ingin melepaskan Raejoon.”

“Mworago? Ka-kau serius?” kali ini airmata Raejae mulai membasahi pipinya. Siwon mendekat.

“Jae-ah, mianhae karena tak memberi tahumu waktu itu.”

Raejae mundur dua langkah. Beringsut turun, kakinya lemas tak kuat menopang badannya, kepalanya terasa pening, semuanya terasa kacau.

“Mianhae Jae-ah, seharusnya ini tak kulakukan padamu.” Siwon berlutut.

“Paboya, kenapa kau tak mengatakannya? Ini gila Siwon-ah, ini membuatku gila.” Raejae terisak.

“Mianhae Jae-ah, jeongmal mianhaeyeo! Perasaan bahagia yang terlihat di wajahmu membuatku tak sanggup mengatakannya!”

“Mengatakan apa?” suara lantang Raejoon terdengar menggelegar memenuhi ruang kerja Siwon. Siwon diam. Melirik Raejoon sekilas lalu kembali menatap Raejae.

“Bukan urusanmu!” Jawab Siwon dingin. Raejoon membulatkan matanya.

“Ya Wonnie oppa! Kau mencoba mengabaikanku?” bentak Raejoon.

Raejae mencoba berdiri, tapi limbung untung Siwon cepat menangkap tubuhnya.

“Raejae-ah!” teriak Raejoon. Siwon mengguncang tubuh Raejae. Perlahan Raejae mengangkat kepalanya.

“Lepaskan Siwon-ah!” lirihnya. Lalu berjalan sempoyongan ke meja kerjanya.

“Jae-ah, apa ada masalah?” Hana membantu Raejae duduk di kursinya. Bukannya menjawab Raejae malah semakin terisak memeluk Hana. Hana yang bingung hanya membelai rambut Raejae, mencoba membuat Raejae tenang.

 

“Yeoboseyeo? Ne. Mwo? Kim Raejae-ssi? Pingsan? Arraseo! Tolong kau jaga dia sampai aku datang.” Siwon menutup teleponnya dan meraih mantel dari lemarinya. Bergegas menuju tempat Raejae berada

“Mianhae anda yang kami hubungi, karena yang ada dipanggilan terakhir adalah nomor anda.”

“Ne, gwaenchanayeo! Dia adalah temanku. Kamsahamnida! Mianhae sudah merepotkanmu.” Siwon membungkukkan badan pada pelayan cafe dan membawa Raejae masuk ke mobilnya.

“Gwaenchanayeo.” Balas pelayan cafe. Siwon masuk dan duduk di kursi kemudi. Siwon bingung membawa Raejae kemana, akhirnya memutuskan membawanya ke apartemennya.

“Dia mengalami stress berat dan sepertinya dia juga telat makan. Usahakan dia meminum obatnya.” Dokter menjelaskan.

“Ne, kamsahamnida Euisa!” Siwon kembali ke kamar dan membasahi kompres di dahi Raejae. Perlahan Raejae membuka matanya.

“Kau sudah merasa baikan?” Siwon memeriksa suhu badan Raejae.

“Ne, gomawoyeo!”

“Tunggu sebentar!” Siwon pergi sebentar kemudian kembali membawa semangkuk bubur. Siwon mulai menyendok bubur dan menyuapkan ke mulut Raejae. Hanya tiga suap, Raejae sudah merasa mual.

“Minumlah dulu obatnya.” Siwon menyodorkan empat buah pil. Raejae meminumnya. Mereka terdiam sejenak, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

“Seharusnya kau tidak seperti ini, Jae-ah.” Siwon mulai membuka suara.

“Siwon-ah, aku sudah memikirkan ini matang-matang. Aku akan melepaskannya, seperti yang pernah ku katakan.” Suara Raejae hampir tak terdengar. Siwon menatap Raejae lalu mengangguk. Siwon meraih kompres di dahi Raejae dan kembali membasahinya.

“Surprise! Aku punya kabar gem-bi-ra!” Raejoon datang mencoba mengejutkan Siwon, tapi malah dia yang terkejut mendapati Raejae dan Siwon sedang berdua di dalam kamar.

“Ige mwoya? Apa yang kalian berdua lakukan di sini?”

“Seperti yang kau lihat.” Jawab Siwon dingin, tanpa menoleh sedikitpun. Tapi terlihat muram dari mata Raejae. Menarik selimut hingga menutupi dada Raejae. “Istirahatlah, aku akan menemanimu di sini!” ucapnya lembut pada Raejae.

“Gomawoyeo, Siwon-ah!” jawab Raejae kontan, mengikuti permainan Siwon. Raejoon merasa terabaikan, terluka, kecewa pada Siwon dan Raejae.

“Jadi ini yang kalian lakukan jika aku dan Leeteuk tidak ada, berdua di dalam kamar! Heh! Nappeunda! Aku sangat membenci kalian!” teriak Raejoon dan meninggalkan kamar Siwon.

 

Raejoon mengemudikan mobilnya sambil menangis, merasa hancur melihat kekasihnya dan kekasih sahabatnya menikamnya dari belakang. Raejoon menggunakan earphone dan menelpon seseorang.

“Ahh!” Raejoon melepas earphonenya dengan kesal, teleponnya tak diangkat dan kembali konsentrasi mengemudi.

Raejoon memutar mobilnya memasuki pekarangan rumah Leeteuk. Blam! Raejoon membanting pintu mobilnya dan berlari kecil menaiki tangga menuju pintu utama seraya beberapa kali menghapus air matanya.

“Leeteuk oppa!” teriak Raejoon sambil menekan bel rumah Leeteuk. Leeteuk membukakan pintu, Raejoon langsung memeluk Leeteuk.

“Waeyeo?” Leeteuk membalas pekukan Raejoon. “Apa kau sebegitu kangennya?” Leeteuk mencoba menggoda Raejoon.

Raejoon melepas pelukannya. “Siwon, si brengsek Siwon itu, dia sedang bersama Raejae.”

“Maksudnya?” Leeteuk mulai menangkap arah pembicaraan ini, tapi dia mencoba lebih meyakinkan persepsinya.

“Ketika aku ingin memberi kejutan bahwa kau sudah pulang, ternyata dia sedang berdua dengan Raejae di kamarnya. Aku sungguh tak menyangka akan jadi seperti ini. Mereka melakukannya dibelakang kita.” Raejoon terisak. Leeteuk naik pitam, tanpa pikir panjang menarik tangan Raejoon menuruni tangga dan masuk ke dalam mobil.

Brak! Satu pukulan langsung membuka lebar pintu apartemen Siwon. Sepi tidak ada siapapun.

“Choi Siwon! Kim Raejae! Keluar kalian.” Teriak Leeteuk sekuat tenaga. Raejae yang sedang terlelap sontak terkejut mendengar teriakan Leeteuk. Nalurinya langsung mengenali itu Leeteuk. Raejae mencoba berdiri dan keluar kamar.

“Leeteuk-ah kau sudah pulang?” lirihnya dari pintu kamar Siwon, mata sayunya tampak berbinar mendapati Leeteuk berada di depannya. Melihat Raejae dengan wajah kusut, apalagi memakai pakaian Siwon membuat Leeteuk makin naik pitam. Leeteuk berjalan cepat.

“Neo? Apa yang kau lakukan di sini bersama Siwon eoh?” Leeteuk mencekal tangan Raejae sangat kuat, menariknya masuk kembali ke kamar, mencari Siwon. Raejae meringis.

“Dimana Siwon?” bentaknya sekali lagi. Raejae diam, hanya menahan air matanya yang akan tumpah. “Wae Jae-ah? Wae? Kenapa kau melakukan ini padaku dan Raejoon? ”

Raejae menarik nafas dan menatap wajah Leeteuk dengan berani. “Bukankah kau sudah tahu kalau aku menyukai Siwon?” ucapnya sedingin mungkin. Leeteuk melepaskan cekalan tangannya. Tersirat tanda tanya besar di wajahnya.

“Kau terlalu bodoh berpikir aku mencintaimu Leeteuk-ssi, kau terlalu naif! Hmm.. begini biar aku jelaskan, aku memanfaatkanmu Leeteuk-ssi untuk mendapatkan Siwon. Dan aku sangat berterimakasih padamu untuk itu.” Sambungnya lagi dengan berbicara formal.

“Ternyata kau sejahat ini, Jae-ah!” Plak! Sebuah tamparan dari tangan Raejoon mendarat di pipi Raejae.

“Ya Lee Raejoon!” teriak Siwon. Raejae meringis merasakan darah segar mengalir di sudut bibirnya. Siwon berdiri di samping Raejae.

“Mianhae Hyung, Raejoon-ah, tinggalkan kami berdua di sini!” tegas Siwon.

“Baiklah jika itu mau kalian. Sekarang aku sadar seberapa bodohnya aku, mencintaimu sepenuh hati. Merelakan waktu istirahatku untuk tetap bekerja agar segera pulang dan bertemu denganmu. Aku salah menilaimu, Jae-ah, permainannu yang tak bisa bersentuhan laki-laki itu sangat hebat. Aku terkecoh, kau bahkan bisa disentuh siapa saja. Gadis munafik, penggoda, murahan! Aku, aku akan selalu mengingatmu sebagai kesalahan terbesar dalam hidupku, agar setiap aku mengingatmu aku akan semakin membencimu.”

Leeteuk dan Raejoon berlalu menyisakan kepedihan, rasa kecewa, terluka, terpuruk, dan perasaan bodoh. Meninggalkan Raejae dan Siwon yang sudah mati setengah hatinya. Menorehkan luka dalam pada orang yang mereka cintai sama dengan menorehkan luka pada mereka sendiri.

“Ige, eotteokke Siwon-ah? Eotteokke?” Raejae kembali menangis.

“Gwaenchanayeo Jae-ah! Ini yang terbaik.”

“Percayalah, ini yang terbaik!” Siwon mencoba menenangkan Raejae yang sudah tak sanggup menahan airmatanya.

 

Raejae melangkahkan kakinya dengan berat. Terngiang kembali ucapan Siwon yang mengatakan tentang perjodohan Leeteuk dan Raejoon, kejadian di apartemen Siwon kemarin, Apalagi kejadian hari ini yang membuatnya makin terpuruk.

“Ahh Kim Raejae-ssi, silahkan masuk!” Park Yong In mempersilahkan Raejae masuk ke ruang restoran kelas vvip yang sengaja dipesannya. Raejae masuk dengan ragu-ragu. “Silahkan duduk.”

“Ne, Kamsahamnida!” Raejae duduk dengan tegang.

“Aku akan langsung pada intinya. Kurasa Siwon sudah memberi tahumu tentang Leeteuk dan Raejoon. Kuharap kau bisa mengerti. Ini, bukalah!” Park Yong In menyodorkan sebuah amplop ke arah Raejae. Raejae membuka amplop itu dan menarik secarik kertas, lebih tepatnya selembar cek, dari dalamnya. Raejae terperangah melihat nilai yang tertulis di selembar cek tersebut. “Anggap saja itu sebagai hadiah kecil untukmu. Setelah itu tinggalkan Leeteuk!” sambungnya dengan nada dingin. Raejae menarik nafas dalam lalu memasukkan kembali cek itu kedalam amplop.

“Jeosonghaeyeo Sajangnim, saya tidak bisa menerima ini. Anda mungkin mempunyai segalanya, tapi ada hal yang tak bisa anda beli dengan uang. Saya tak menyangka pikiran anda sepicik itu. Jika memang perjodohan antara Leeteuk dan Raejoon adalah yang terbaik untuk Leeteuk maka dengan senang hati saya akan melepaskan Leeteuk. Jika saya mendekati Leeteuk hanya untuk uangnya, tentu saya akan berpikir bahwa nilai tertulis dalam cek ini tidak seberapa besar dengan apa yang akan anda wariskan pada Leeteuk. Tapi Anda tidak bisa menghina cinta yang saya punya untuk Leeteuk, dengan uang anda. Silahkan simpan uang anda untuk hal lain.” Raejae meletakkan kembali amplop berisi cek tersebut. “Jeosonghaeyeo, saya permisi!” Raejae membungkukkan badan lalu pergi.

“Dasar wanita sombong!” Park Yong In memaki Raejae. Prang! Terdengar suara sesuatu yang pecah sebelum pintu benar-benar tertutup. Raejae menghembuskan nafas dengan kuat, lalu pergi dengan perasaan hancur.

Semuanya terasa begitu cepat. Membuat kebahagiaan yang kini dirasakannyapun terasa singkat. Rasa sesak dalam dadanya tak tahu lagi harus di tumpahkan kemana. Raejae menekan ponselnya. Tut… Tut… telepon mulai tersambung.

“Yeoboseyeo? Apa sesuatu terjadi, Jae-ah?” suara Donghae dari seberang terdengar agak berteriak karena dalan suasana ramai. Sayup-sayup terdengar operator bandara mengumumkan keberangkatan menuju China.

“Ah ani, aku hanya ingin mendengar suara oppa.” Jawabnya bohong. Donghae terkekeh. “Aku sudah puas oppa! Hati-hati di jalan eoh! Aku akan merindukanmu.” Sambung Raejae menahan agar suaranya tak terdengar bergetar.

“Ne, arraseo! Oppa juga akan merindukanmu. Oppa harus mematikan handphone, Jae-ah. Jika sudah sampai Oppa akan menelponmu.” Tanpa menunggu jawaban Raejae, Donghae mematikan sambungan teleponnya.

“Oppa eotteoke? Aku harus bagaimana!!” Raejae kembali terisak, meluapkan semua sedihnya dalam tangisan.

Langkah kaki yang tanpa tujuan tanpa disangka membawa Raejae ke rumah Hana.

“Jae-ah!” Hana agak terkejut melihat Raejae dengan mata sembab dan seperti orang gila. Keadaannya sangat menyedihkan. “Masuklah, di luar dingin! Mana mantelmu? Apa kau sudah makan?”

Raejae hanya menggeleng. Hana menyuruh Raejae mandi dan meminjamkan baju ganti untuk Raejae. Selagi Raejae mandi, Hana menyiapkan makanan.

“Makanlah! Walau sedikit.” Hana menyodorkan semangkuk nasi. Raejae tak bergerak sedikitpun, hanya memandang kosong mangkuk nasi yang disodorkan Hana. Hana menyuapkan nasi ke mulut Raejae. Raejae mengunyah dengan pelan dan kembali terisak, dengan susah payah akhirnya menelan nasi itu. Hana melepaskan mangkuk nasinya dan merangkul Raejae. Walau tak mengerti Hana jadi ikut menangis melihat sahabatnya kacau seperti ini.

“Aku menyerah Hana-ya! Aku akan melepaskannya!”

“Waeyeo Jae-ah! Ada apa? Ceritakan padaku!” Hana nampak khawatir dan bingung harus berbuat apa.

“Leeteuk akan menikah dengan Raejoon, Hana-ya!”

“Mwoya?” Hana membelalakan matanya. “Apa yang kau bicarakan sebenarnya? Lelucon macam apa ini?”

“Aniya Hana-ya, ini bukan lelucon. Pernikahan Leeteuk dan Raejoon sudah direncanakan. Mereka dijodohkan. Aku harus bagaimana?” Raejae terisak kembali. Hana memperat pelukannya.

“Lalu bagaiman dengan Siwon?” Hana mengelus kepala Raejae. Raejae menggeleng.

“Kami hancur, Jae-ah! Aku dan Siwon hancur.” Raejae kembali meluapkan kesedihannya.

“Menangislah Jae-ah, sepuasmu! Aku akan menemaninu.”

 

Sinar matahari mulai memaksa masuk ke celah-celah jendela kamar Hana. Hana menggeliat, matanya terasa berat untuk dibuka.

“Astaga, Raejae-ah.” Hana memaksakan diri bangun. “Kim Raejae!! Jae-ah!” tak ada sautan. Hana mengedarkan pandangannya. Tak ada Raejae diman-mana. Hana bergegas keluar, khawatir terjadi sesuatu pada Raejae.

“Jae-ah!” Hana memanggil Raejae sekali lagi, tetap tak ada jawaban. Matanya menangkap secarik kertas di atas meja makan bersama beberapa piring makanan yang masih panas.

Hana, aku pulang! Terima kasih untuk menemaniku semalaman. Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Jangan bicara apapun pada siapapun, Hana-ya, mianhae merepotkanmu!

Saranghae, Raejae

Hana menghela nafas setelah membaca pesan yang ditulis Raejae.

# # #

Hana merasa benar-benar kewalahan hari ini, semua pekerjaan yang seharusnya dikerjakan berdua dengan Raejae harus dikerjakannya sendiri, apalagi Siwon juga dak menunjukkan batang hidungnya. Semua laporan yang harusnya sudah ditandatangani Siwon juga jadi terbengkalai.

“Ahh sial! Masalah cinta bisa jadi serumit ini.” Keluh Hana. Hana mencoba menelpon Raejae beberapa kali tapi teleponnya tak diangkat sama sekali. “Mungkin sebaiknya aku menemuinya di apartemen nanti.”

“Ya Raejae-ah, eodiga? Telepon kembali jika kau mendengar pesanku, jangan membuatku khawatir!” Hana meninggalkan pesan suara.

Prang! Raejae membanting vas bunga ke arah seorang pria tegap yang tiba-tiba masuk ke apartemennya.

“Jangan mendekat ku mohon!” Raejae memelas, tapi pria itu semakin mendekati Raejae.

“Aku tidak akan menyakitimu, Jae-ah. Tenang saja. Aku hanya ingin membawamu pergi dari Park Jungsoo, itu saja! Aku menyukaimu, aku tidak akan rela melihatmu terluka karena Jungsoo-nim!” Pria itu mencekal tangan Raejae, Raejae memberontak sekuat tenaga.

“Lepaskan aku, aku bahkan tak mengenalmu! Pergi! Pergi ku bilang.” Raejae mencoba melepaskan cekalan tangan pria itu. Pria itu membuka kacamatanya.

“Kau memang tak mengenalku, tapi aku sangat mengenalmu. Apa kau tak ingat, sewaktu kau akan menghantarkan lamaranmu ke SuCho. Kau ingat lelaki dengan badan gempal yang merasa sakit perut di lift?” Raejae mengangguk ragu.

“Itu adalah aku, Jae-ah! Tidak ada yang peduli denganku dan aku merasa akan mati waktu itu. Tapi kau datang dan menyelamatkanku. Sejak saat itu aku menetapkan kau harus menjadi milikku. Tapi kau malah menyukai Siwon. Sejak saat itu aku memutuskan pergi dan bertekad membuat tubuhku menjadi seperti Siwon. Dan lihat aku berhasil.” Jelasnya. Mengelus tangan Raejae lembut. Tubuh Raejae semakin kacau rasanya. Otaknya tak mampu berpikir, sentuhan ini membuatnya kalut, tapi disatu sisi hatinya memerintahkan untuk segera keluar dari situasi ini.

“Setelah tiga tahun aku kembali, ingin mendatangimu dan membuatmu menjadi milikku. Tapi aku terlambat, kau sudah bersama Jungsoo-nim. Dan saat ku dengar Park Yong In, ayah Jungsoo-nim tak menyukaimu, aku menjadi marah, sangat marah!” Brak! Pria itu memukul meja di sampingnya dengan keras. “Tapi, Setelah kupikir lagi, ini adalah kesempatan yang baik untukku. Aku mengirimkan foto kau dan Jungsoo sedang berpelukan. Dan lihat! Aku sudah berhasil memisahkanmu dengan Jungsoo-nim. Hahaha…” Pria itu tertawa puas.

“Kau gila!” maki Raejae. Pria itu terkekeh.

“Aku memang sudah gila, gila karena tak bisa memilikimu.” Pria itu berteriak marah, maju dan hendak mencekal kedua tangan Raejae. Buk! Sontak Raejae menendang kaki pria itu sebelum pria itu menyentuhnya dan berlari menuju pintu.

“Tolong!!” Raejae.

Tok! Tok! Seseorang mengetuk pintu apartemen Raejae.

“Kim Raejae-ssi, apa kau di dalam?” terdengar suara wanita dari luar apartemen.

“To.. Hmmpphh!” pria itu membekap mulut Raejae.

“Diamlah, atau kita akan mati bersama di sini.” Ancam pria itu dengan menaruh pisau di leher Raejae. Raejae mengangguk, terisak merasa hidupnya sudah hancur, berada diujung tanduk. Hening, tak ada lagi suara yang terdengar dari luar. Hanya ada suara tangis dan detak jantung Raejae yang tak beraturan

“Bersihkan lukamu!” Perintah pria itu memberikan saputangan. “Aku akan menunggumu di parkiran, jika kau tak datang dalam lima menit kau akan terima akibatnya.”

Pria itu membuka pintu, mengeluarkan kepalanya memastikan bahwa tidak ada orang yang melihatnya.

 

Hana mengendarai mobilnya dengan agak cemas menuju apartemen Raejae. Dari tadi siang dia mencoba menelpon Raejae tapi tak pernah diangkat.

“Jae-ah! Kim Raejae!” Hana meengetuk pintu apartemen Raejae. Hening, tak ada jawaban dari dalam. Hana mencoba memencet bel, tapi tetap saja tak membuahkan hasil.

“Jeogiyeo Agassi, apa kau mencari Kim Raejae?” seorang wanita paruh baya keluar dari apartemen di depan apartemen Raejae.

“Ah Ne, ahjumma! Apa kau melihat Kim Raejae?” Hana memutar badannya.

“Aku tadi mendengar jeritan dari apartemennya. Aku sudah mencoba memanggilnya, tapi tak ada jawaban. Setelah itu senyap, tak ada suara.” Ahjumma itu menjelaskan dengan agak ragu. Mendengar penjelasan dari wanita itu, Hana jadi semakin khawatir.

“Kim Raejae, Ya Raejae-ah buka pintunya!” tetap saja tidak ada jawaban dari dalam.

“Hmm, apa pengurus apartemen punya kunci duplikat ahjumma?”

“Ah ne, kau pergilah ke bagian keamanan, mereka memilikinya.”

“Ne, kamsahamnida Ahjumma!” Hana berlalu meninggalkan ahjumma itu menuju bagian keamanan.

 

Untuk pertama kalinya setelah hampir delapan tahun, Leeteuk menginjakkan kakinya di rumah utama keluarga Park, rumah masa kecilnya. Rumah ini tetap sama, hanya keadaannya yang berbeda. Perlahan terdengar suara gelak tawa dari dalam rumah.

“Aku sudah menunggu peristiwa ini sangat lama.” Ujar seorang lelaki, yang tak lain Park Yong In dan disambut suara tawa lelaki lain yang suaranya terdengar serak.

“Persahabatan kita akan berubah menjadi keluarga.” Sambung suara serak itu lagi. Leeteuk masih mematung di depan pintu, merasa ragu untuk masuk ke dalam.

“Leeteuk Oppa, kau baru datang?” Raejoon menepuk pundak Leeteuk. “Ada apa ini sebenarnya?” sambung Raejoon lagi. Leeteuk hanya mengangkat bahu dan mengajak Raejoon masuk.

“Nah ini mereka datang!” seru Park Yong In antusias memberi tahu lelaki paruh baya di depannya, ayah Raejoon. Raejoon mengambil tempat duduk di samping ibunya.

“Eomma, Appa, ada apa ini sebenarnya?” tanya Raejoon yang masa aneh dengan suasana formil yang sedang terjadi.

“Wonnie-ah!” Park Yong In memanggil Siwon dengan sedikit keras, Siwon keluar dari sebuah ruangan dan menyerahkan sesuatu kepada Raejoon.

“Lihatlah, apa design yang ku pilihkan sesuai dengan kalian?” Park Yong In tersenyum bahagia.

“Undangan…” Raejoon mengambil undangan yang diserahkan Siwon dan membukanya. Tertulis jelas itu undangan pernikahan. “Lee Raejoon dan Park Jungsoo? Ige mwoya?” Raejoon melepaskan undangan itu ke atas meja. Yong In tersenyum lebar, kejutannya berhasil menurutnya.

“Wonnie-oppa?” Raejoon menatap penuh tanya pada Siwon. Siwon hanya diam dan menundukkan kepalanya.

Suara handphone Siwon berbunyi, nama Hana tertera di layar handphone Siwon. “Appa, aku permisi mengangkat telepon.”

“Siapa yang menelpon disaat penting seperti ini, Wonnie-ah. Kau harus tetap di sini.” Pinta ayahnya.

“Ini Hana, appa. Mungkin masalah perkerjaan.” Siwon membungkukkan badan. Appanya hanya mengangguk.

Leeteuk mengambil undangan yang tergeletak di atas meja. Membacanya sekilas.

“Ige mwoya?” Leeteuk tersentak.

“Apa itu tidak sesuai dengan kalian?” Park Yong In masih dengan senyum lebarnya.

“Appa, apa kau sudah gila? Bagaimana mungkin aku menikah dengan Raejoon?” Leeteuk meninggikan suaranya. Senyum Yong In berubah suram.

“Kenapa tidak bisa? Kau harus menikah dengan Raejoon secepatnya.”

“Tidak akan pernah!” balas Leeteuk.

“Kenapa? Apa karena Kim Raejae? Apa karena wanita itu? Berhenti memikirkan dia, dia hanya menginginkan semua harta yang kau miliki. Wanita itu hanya akan menghabiskan uangmu. Kau mengerti.”

“Appa, kau tak berhak mengatakan hal itu!” Leeteuk kembali meninggikan suaranya.

“Dia bahkan menolak sejumlah uang yang Appa berikan. Wanita itu benar-benar sombong!” teriak Yong In mengimbangi suara Leeteuk.

“Mworago?” ucap Leeteuk dan Raejoon berbarengan.

“Kau mencoba memberikan uang pada Raejae?” tanya Raejoon terkejut.

“Yeoboseyeo, Hana-ssi. Ani, aku tidak sedang berada di apartemenku. Ada apa? Kenapa suaramu seperti kau sedang menangis.” Siwon berbicara di teleponnya.

“Mianhae, Siwon-ssi. Apa Raejae pergi bersamamu tadi?”

“Ani, aku sudah dua hari tidak bertemu dengan Kim Raejae. Apa terjadi sesuatu?” Siwon mulai merasa khawatir.

“Seseorang mendengar teriakan dari kamar Raejae sore tadi, tapi setelah itu tidak terdengar lagi suara dari dalam apartemen. Bagian keamanan apartemen, mengatakan Raejae pergi bersama seorang laki-laki sekitar jam enam tadi. Aku memaksa memeriksa apartemennya, setelah kami membuka apartemen Raejae, suasananya tampak kacau. Sepertinya seseorang, atau mungkin Raejae merusak semua barangnya yang ada di apartemen. Aku merasa khawatir dia melakukan hal nekat. Jika memungkinkan bisakah kau menanyakan pada Jungsoo-nim apakah Raejae pergi bersamanya. Karena aku tidak tahu lagi Raejae pergi dengan siapa.” Jelas Hana.

“Tidak perlu, Leeteuk sedang bersamaku sekarang, jadi tidak mungkin.” Siwon menutup teleponnya.

“Yong In-ah, sepertinya kita memiliki kesalahpahaman di sini.” Ayah Raejoon membuka suara. “Saat kau mengundangku makan malam untuk membicarakan pernikahan, ku pikir itu pernikahan Siwon dan Raejoon. Aku tak pernah menyangka jika kau berpikiran menikahkan Leeteuk dengan Raejoon.” Jelas Ayah Raejoon. Yong In mengernyitkan dahi.

“Tapi ini keinginan Sookyeong, Raejoon dan Leeteuk bersatu, mana mungkin bisa Raejoon dengan Siwon?” Jelas Yong In.

“Kau salah mengartikan keinginan Sookyeong, Yong In-ah.” Kali ini ibu Raejoon yang berbicara. “Aku sudah pernah membicarakan ini dengan Sookyeong sewaktu dia masih hidup. Aku dan Sookyeong, sudah menjodohkan Raejoon dengan Siwon.”

Park Yong In terdiam, merasa malu karena dia tak memahami apa keinginan istrinya yang sebenarnya.

“Heh, kau sungguh keterlaluan appa! Eomma bahkan sudah tahu kalau Siwon dan Raejoon saling mencintai. Hanya kau yang tak tahu, yang kau tahu hanya bekerja dan bekerja. Wajar Eomma sering menangis sendirian, ketika kau kerja keluar kota atau luar negeri. Eomma merasa tertekan dengan sikapmu yang hanya mementingkan pekerjaan. Eomma merasa kau tak pengertian.” Leeteuk menumpahkan kekesalannya, lalu mengalihakan pandangannya ke Siwon yang sibuk dengan teleponnya. Wajahnya terlihat gusar.

“Yeoboseyeo, apakah ada seseorang wanita yang datang mencariku hari ini? Hmm.. tidak ada, jika ada yang mencariku harap telepon aku kembali. Ah ne, kamsahamnida!” Siwon memutuskan sambungan teleponnya dan terlihat menekan nomor lain.

“Ne, yeoboseyeo Ahjumma. Ini Siwon. Apa Kim Raejae datang ke sana hari ini? Tidak? Hmm baiklah! Jika dia datang, tahan dia dan telepon aku kembali, ahjumma. Ne, kamsahamnida!” Siwon menutup teleponnya dengan kesal. Menarik nafas panjang.

“Appa, maaf. Aku harus pergi.” Siwon bergegas ingin pergi.

“Apa sesuatu terjadi?” Leeteuk mencoba menghentikan Siwon.

“Bukan urusanmu!” jawab Siwon. Leeteuk mencekal tangan Siwon. Siwon mencoba melepaskannya. Tapi Leeteuk semakin mengencangkan pegangannya.

“Jebbalyeo Hyung, aku harus pergi!” Siwon menatap tajam Leeteuk.

“Kau menyebut nama Raejae tadi, dan itu akan menjadi urusanku.” Rahang Leeteuk mengeras menahan amarah. Siwon menepis tangan Leeteuk dengan kuat dan terlepas.

Handphone Siwon kembali berbunyi.

“Ne Hana-ssi. Mwo? Kau menemukan darah di sana? Ne, arraseo! Uljima, tenangkan dirimu! Aku akan ke sana sekarang!” Siwon mematikan teleponnya.

“Mwoya?” Leeteuk meminta kepastian.

“Berhenti mencegahku, aku harus mencari Raejae.”

“Siwon-ah, ada apa dengan Raejae!” Leeteuk menghalangi jalan Siwon kali ini disertai bentakan.

“Kim Raejae menghilang!” Siwon berteriak kesal.

“Mianhae, aku harus pergi!” Siwon menurunkan suaranya dan berlalu meninggalkan Leeteuk.

“Aku ikut!” Raejoon mengekor Siwon. Leeteuk menatap tajam ayahnya.

“Jika terjadi sesuatu pada Raejae, kau seharusnya tahu siapa yang akan kutemui pertama kali.” Geram Leeteuk dan menyusul Siwon.

 

“Silahkan masuk, Jae-ah! Tunggu lah di sini sebentar, aku akan mengambil koper, setelah itu kita akan pergi jauh. Ke tempat di mana hanya akan ada kau dan aku.” Pria itu mengunci pintunya dari dalam dan berjalan cepat ke kamarnya.

Raejae bergegas menuju jendela dengan kaca besar. Melihat hamparan rumput hijau di bawah sana. Sesekali merilik ke kamar pria itu. Dan Prang!!! Raejae melemparkan vas bunga ke arah kaca. Pria itu bergegas keluar dari kamarnya.

“Ya Kim Raejae!” bentaknya mengejar Raejae.

“Mianhae!” lirih Raejae dan melompat. “Auhh!!” Raejae jatuh dengan posisi tangan tertimpa tubuhnya. Rasa ngilu langsung menyerang bahu dan sekujur tubuhnya.

“Raejae-ah!” Pria itu mengeluarkan kepalanya dari jendela. Raejae tersadar dan dengan terseok, berlari ke luar halaman.

 

Sepanjang perjalanan Leeteuk mencoba menghubungi orang-orang yang mungkin ditemui Raejae. Hyukjae bilang dia tak bertemu Raejae sudah satu minggu, karena sibuk dengan perkerjaannya. Ingin menghubungi Donghae tapi tidak mungkin, Donghae sudah pindah ke China, jadi tidak mungkin Donghae yang bersama Raejae. Tidak ada yang melihat Raejae hari ini, dan itu membuat semuanya menjadi semakin mengkhawatirkan. Mereka sempat mengecek kantor, tapi Raejae juga tidak di sana.

“Hana-ssi, bagaimana?” Leeteuk berlari menghampiri Hana yang nampak gusar di luar apartemen disusul Raejoon dan Siwon. Beberapa orang tetangga Raejae dan seseorang dari bagian keamanan apartemen tampak sedang berkumpul membicarakan Raejae.

“Jungsoo sajangnim.” Hana membungkukkan badannya memberi hormat. Leeteuk masuk ke apartemen Raejae. Semuanya tampak berantakan. Beberapa barang pecah, berserakan dimana-mana.

“Darahnya ada di sapu tangan ini, lihatlah.” Hana menunjukkan sapu tangan yang tergeletak di wastafel dapur pada Leeteuk, Siwon dan Raejoon. Leeteuk memandangi setiap sudut ruangan. Rasa bersalah menyelimuti hatinya. Seharusnya dia berada bersama Raejae, tapi dia malah membuat Raejae terluka.

“Di sini akan sangat sepi jika jam belum menunjukkan pukul delapan, karena sebagian besar penghuni bekerja kantoran.” Keamananan apartemen ikut masuk ke dalam apartemen. “Oleh karena itu, aku sangat yakin jika yang ada di dalam mobil tadi Kim Raejae-ssi.” Jelasnya lagi. Leeteuk menghela nafas panjang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

“Aku sangat menyesal membiarkan Raejae sendirian, seharusnya aku terus bersamanya. “ Hana kembali terisak. Raejoon mencoba menenangkannya.

Leeteuk mengeluarkan handphonenya

“Dimana kau menyembunyikan Raejae?” geramnya setelah telepon tersambung. “Jangan membuat kesabaranku habis, Appa! Kau bahkan mencoba membayarnya agar meninggalkanku!” Leeteuk diam sejenak.

“Ya Park Yong In!” teriaknya penuh emosi.

“Hyung!” Siwon merampas handphone Leeteuk. “Tak sepantasnya kau berbicara seperti itu pada Appa.”

“Mwo?” Leeteuk mencibir ucapan Siwon. “Kau bahkan masih berusaha melindunginya, Siwon-ah? Dia mencoba memisahkanmu dari Raejoon, kau sadar itu!”

“Mianhae hyung, aku dan Raejae hanya berpikir ini adalah hal yang terbaik untuk kalian. Hingga aku dan Raejae memutuskan untuk melepas kalian.” Siwon menundukkan kepalanya.

“Mwo? Jadi sejak kapan kau mengetahui tentang perjodohan ini?” Leeteuk mendekatkan tubuhnya ke tubuh Siwon.

“Aku mengetahui ini jauh sebelum pernikahan Hyerin, mianhae Hyung karena ku pikir ini permintaan Eomma!” ucapnya dengan guratan menyesal.

“Paboya, jadi kau menyimpan ini begitu lama? Dan kau tak menceritakan kepadaku?” Leeteuk mengguncang tubuh Siwon dan Siwon hanya diam.

“Keumanhae! Ini bukan saat yang tepat untuk membahas masalah ini. Pikirkan apa yang harus kita lakukan untuk mencari Raejae.” Raejoon menengahi pertengkaran Leeteuk dan Siwon.

Handphone Siwon berbunyi, tertera nomor rumah Leeteuk di layar handphonenya.

“Ne Ahjumma!” serunya langsung mengangkat cepat teleponnya. Leeteuk dan semua yang berada di sana mengalihkan pandangan ke Siwon.

“Raejae ada di sana? Mwo? Terluka?” Siwon menyalakan loudspeaker handphonenya.

“Ne, Siwon-ssi! Dan sekarang ada seorang lelaki yang terus memintanya keluar dari sini. Ini sangat menakutkan! Lelaki itu sepertinya sangat marah. Jebbalyeo Siwon-ah. Raejae-ssi tampak begitu lemas!” suara Ahjumma di seberang sana nampak begitu mengkhawatirkan.

 

Dor! Dor! Dor! Sekali lagi terdengar suara gebrakan di pintu rumah Leeteuk.

“Jae-ah, ppalli keluarlah! Kita harus pergi sekarang!” suara marah dari luar terdengar menyeramkan.

“Sudah ku bilang jangan mencoba lari, Jae-ah!” teriaknya sekali lagi.

Raejae memeluk erat kakinya di balik vas besar di ruang tamu rumah Leeteuk. Badannya gemetar, sesekali terdengar rintihan dari bibirnya. Ahjumma sudah mencoba mendekatinya namun tiba-tiba Raejae menjerit menyuruhnya menjauh.

“Raejae-ah, keluarlah!” teriak pria di luar sana. Buk! Satu pukulan mendarat di sudut bibir pria itu. Pria itu meringis, memegang bibirnya yang mengeluarkan darah.

“Ah, Park Jungsoo-nim!” Pria itu tersenyum dan melayangkan pukulannya ke udara, mengincar pipi Leeteuk. Tapi Leeteuk dapat menangkap kepalan tangan itu dan membanting pria itu, mendesak pria itu ke lantai.

“Aku akan membunuhmu, Park Hoon!” Leeteuk mengenali pria itu sebagai salah satu mantan staf sekretarisnya. Park Hoon terkekeh.

“Hehehe, kau ingin membunuh ku? Kau tidak akan berani, Jungsoo-nim!” Tantang Park Hoon. “Kau bahkan tidak bisa melindungi Raejae!” teriaknya penuh emosi.

“Ya, Park Hoon-ssi apa yang kau lakukan pada Raejae?” teriak Leeteuk mendaratkan beberapa pukulan ke muka Park Hoon.

“Hyung! Keumanhae!” Siwon menahan tangan Leeteuk. Dua orang polisi yang sempat di telepon Raejoon tiba dan Siwon meminta membawa Park Hoom bersama mereka.

Ahjumma membuka pintu dengan wajah khawatir.

“Tolong, tolong!” teriaknya meracau. Raejoon dan Hana mendekati Ahjumma, menangkap tubuh tuanya yang limbung.

“Raejae-ssi mengambil pisau!” Ahjumma gemetar.

“Jae-ah!” Leeteuk menerobos masuk ke dalam rumah, dilihatnya Raejae berputar-putar mengacungkan pisau dengan wajah ketakutan.

“Diam! Diam! Ahh! Diam ku bilang!” racaunya. Leeteuk terperangah melihat pemandangan di depannya. Raejae nampak kacau, matanya tak berhenti meneteskan airmata, rambutnya kusut, luka di dahinya kembali mengeluarkan darah, bahu bajunya robek besar dan terlihat memar besar di sana. Benar-benar seperti orang yang kehilangan kesadaran.

“Andwae Ahjussi! Andwae! Andwae!” jeritnya lalu melemparkan pisaunya ke arah kulkas. Raejae menutup telinganya dengan kedua tangannya.

“Kummanhae, jebal! Aku tidak seperti itu, Aku bukan wanita murahan, aku bukan penggoda, aku bahkan tak bisa bersentuhan dengan lelaki manapun!” lirihnya.

Leeteuk tersentak, itu adalah ucapan yang keluar dari mulutnya beberapa waktu lalu. Leeteuk berjalan pelan mendekati Raejae, rasa menyesal menghantam keras hatinya. Perlahan melingkarkan tangannya ke perut Raejae.

“Mianhae, Jae-ah! Jeongmal mianhaeyeo!” Leeteuk menopangkan dagunya ke bahu Raejae. Raejae diam sejenak, mengenali suara itu, mengenali sentuhannya, dan airmatanya kembali menyeruak.

“Lepaskan aku, Leeteuk-ah! Aku tak pantas disentuh seperti ini.” Ucapnya dalam tangisan. Leeteuk mempererat pelukkannya.

“Berhenti berbicara seperti itu, Jae-ah! Kau membuatku semakin merasa bersalah. Mianhae, jeongmal mianhaeyeo! Aku terlalu bodoh!” Lambat laun tangan Leeteuk terasa berat, badan Raejaepun semakin turun.

“Jae-ah!” dengan sigap Leeteuk menahan tubuh Raejae agar tak jatuh.

 

“Mianhae Jungsoo-ssi, ada masalah dengan saraf di tangan Raejae-ssi. Tangan kanannya tidak merespon sama sekali.”

Raejae terbaring disebuah ranjang, dengan beberapa selang yang melekat di tubuhnya. Perban putih menutupi sebagian dahi dan melilit bahu sebelah kanannya. Di sebelahnya Leeteuk duduk yang menatap Raejae yang tertidur pulas dan sebuah buku berkulit hitam ditangan kanannya secara bergantian. Tangannya kirinya terus menggenggam tangan Raejae seolah tak ingin melepaskannya.

Kejadian itu kembali menghantuiku. Bayangan kelam lima belas tahun lalu itu menjadi momok yang menakutkan. Bayangan Ahjussi, ani iblis itu, terus membuatku tak bisa hidup tenang. Setiap sentuhan dari tangannya membuatku merasa jijik, aku merasa kotor! Dia, dia menghancurkan masa depanku, merenggut hal yang sangat penting bagiku. Siapa yang bisa mengerti keadaanku yang seperti ini? Siapa? Mungkin tidak ada.

Aku menemukannya, seseorang yang sangat berarti untukku. Seseorang yang bisa ku sentuh tanpa harus merasa kotor. Jantungku terasa selalu berdetak tak beraturan setiap berdekatan dengannya. Leeteuk-ah Naega neomu joahaeyeo, jeongmal saranghaeyeo, My angel without wings.

Neomu-neomu bogoshipoyeo, Leeteuk-ah! Aku ingin segera melihatmu. Segeralah pulang!

“Hmm.. Andwaeyeo ahjussi, jebbalyeo! Andwae!” Raejae kembali mengigau walau tak jelas. Leeteuk memegang dahi Raejae, suhunya kembali naik. Leeteuk menekan bel kecil yang ada di atas tempat tidur beberapa kali.

“Jae-ah, gwaenchanayeo. Jangan takut, Ada aku di sini!” Leeteuk mengambil tisu dan mencoba mengeringkan keringat di dahi Raejae.

“Permisi, Jungsoo-ssi!!” Dokter meminta Leeteuk mengingkir. Dengan berat hati Leeteuk meninggalkan ruang rawat Raejae.

Wajah menyesal Park Yong In yang pertama menyapa mata Leeteuk.

“Teukkie-ah!” Yong In merasa hancur melihat anaknya terlihat kacau.

“Ayah benar-benar menyesal.” Leeteuk merangkul ayahnya, melepaskan semua penat yang menggantung di tubuhnya.

“Appa… Apakah Raejae akan baik-baik saja? Apakah dia akan kembali menjadi Raejae-ku?” Leeteuk meraung, menumpahkan semua kesedihan di hatinya.

“Pasti, Teukki-ah! Apapun akan Appa lakukan. Tak peduli berapapun biayanya, asalkan Raejae kembali dan membuatmu tersenyum kembali.” Park Yong In mengusap lembut kepala anaknya.

# # #

Aku menatap haru pada Raejoon yang berjalan bergandengan tangan dengan ayahnya meniti karpet merah menuju altar pernikahan. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Siwon yang sedari tadi menunggunya di depan Pendeta menuruni tangga, menyambut Raejoon dengan rasa bahagia. Tidak hanya Siwon yang merasa bahagia, semua yang berada di sini, yang menjadi saksi janji suci Siwon dan Raejoon merasa sangat bahagia.

Hyerin sudah mengandung lima bulan, buah cintanya dengan Donghae. Donghae terus saja memegangi tangan Hyerin, tak ingin melepaskan Hyerin walaupun sedetikpun, itu benar-benar membuatku iri.

Entah sejak kapan Hyukjae jadi semakin dekat dengan Hana. Aku tidak menyangka mereka akan semesra itu. Tapi mereka terlihat sangat cocok sebenarnya, Hana dengan karakter serius dan Hyukjae dengan karakter konyol, ani himoris. Hehehe!

Hanya aku yang merasa kosong, berdiam diri di sudut ruangan, seperti orang bodoh. Aku sudah mencoba menjadi biasa saja, tapi itu tidak bisa. Bayangan wanita yang ku cintai terus saja mengiringi langkahku. Aku merasa hampa, merasa sendiri di tempat sebahagia ini.

“Hyung! Kau masih memikirkan Raejae?” Donghae membuyarkan lamunannya. Leeteuk mengangguk lemah. Donghae terdiam sejenak.

“Kajja kita keluar, Raejoon akan melempar buket bunganya.” Donghae menarik tangan Leeteuk.

“Aniya, kalian saja! Aku akan tetap di sini!” Leeteuk mencoba tersenyum. Lalu kembali menatap hampa keluar jendela.

“Ayolah Jungsoo-nim, jangan membuat kami merasa sedih!” Hana ikut membujuk Leeteuk.

“Leeteuk oppa, Kajja! Atau kau ingin membuat keponakanmu ini merasa sedih!” Hyerin mengelus perutnya dan memasang tampang memelas.

“Aissh jinjja! Baiklah-baiklah aku ikut. Kalian ini!” Leeteuk menyerah dan ikut keluar.

Semua orang berbaris menunggu Raejoon melemparkan buket bunganya. Raejoon memutar tubuhnya membelakangi teman-temannya yang sedang menunggu.

Siwon menggenggam tangan Raejoon dan siap-siap melemparkan buket bunganya bersama-sama.

“Hana… Dul… Set.. hyiaahh!!” Raejoon dan Siwon melemparnya ke belakang. Buket bunganya melayang tinggi dan jatuh tepat di tangan Leeteuk.

“Ya, Ige mwoya?” Leeteuk menjerit kesal. Aku bahkan tidak ikut dalam barisan, apa kau mau menggodaku eoh? Aisshh jinjja!” Leeteuk mengacungkan tangannya ke Raejoon.

“Ani, aku tidak tahu jika itu akan jatuh tepat di tanganmu.” Raejoon berkacak pinggang.

“Aisshh jinjja, ambil ini dan lempar ulang! Aku tidak menginginkannya!” Leeteuk maju untuk mengembalikan buket bunga pada Raejoon.

“Hmm jeogiyeo!” sebuah suara menghentikan langkah Leeteuk. “Bisakah kau memberikannya padaku jika kau tak menginginkannya?”

Leeteuk memutar untuk memastikan pemilik suara itu. Matanya dan mata pemilik suara itu bertemu. Senyum manis terukir di bibir si pemilik suara. Leeteuk bergeming, mulutnya tak bisa mengeluarkan suara, tapi jantungnya berdetak sangat cepat.

“Leeteuk-ssi! Kau bisa memberikannya?” ulangnya. Buket bunga yang ada di tangan Leeteuk terlepas.

“Jae-ah!” lirihnya dengan rasa tak percaya. Pemilik suara itu, Raejae kembali tersenyum. Leeteuk berlari dan memeluk Raejae erat.

“Jae-ah, neo waseoyeo?” Leeteuk melepas pelukannya dan menatap intens wajah Raejae. Raejae mengangguk sekilas. Leeteuk mengusap pelan wajah Raejae.

“Bagaimana bisa? Bukankah dokter bilang setidaknya satu tahun?” Leeteuk memegang bahu Raejae yang sempat cidera.

“Aku berusaha sangat keras untuk ini.” Raejae menjawab singkat. “Mana mungkin aku tidak hadir di pernikahan mereka.” Raejae mengalihkan pandangannya ke Siwon dan Raejoon.

“Jadi kau berjuang untuk sembuh dan segera pulang untuk mereka? Kau tidak merindukan aku?” ekspresi Leeteuk berubah kecewa, melepaskan pegangan tangannya. Raejae tersenyum melihat tingkah Leeteuk yang merasa cemburu.

“Kau adalah alasan terbesarku untuk sembuh, Leeteuk-ah. Naega neomu bogoshipoyeo!” Raejae menggenggam tangan Leeteuk. Leeteuk tersenyum senang.

“Neomu bogoshipo, Jae-ah!” Leeteuk mengangkat tangan dan mencium tangan Raejae sangat dalam.

“Popohae! Popohae!” Hyukjae tiba-tiba bertepuk tangan. Dan membuat semua tamu undangan meneriakkan hal yang sama. Raejae tertunduk menyadari dirinya sedang menjadi tontonan semua orang.

“Ya Keumanhae!” Leeteuk meminta semuanya diam karena melihat pipi Raejae sudah berubah merah.

“Kalian lama sekali, aissh jinjja!” Hyerin maju dan mendorong tubuh Leeteuk hingga bibir Leeteuk menyentuh bibir Raejae. Raejae membulatkan matanya dan melepaskan bibirnya. Leeteuk memandang manik mata Raejae.

“Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi.” Bisiknya lalu menarik kepala Raejae ke arahnya menyatukan kembali bibir mereka. Raejae memejamkan mata dan menikmati setiap sentuhan rindu dari Leeteuk.

Semua bersorak, berteriak untuk melakukan pernikahan yang kedua!!

 

Cukuplah hanya kau di dalam hidupku

Cukuplah hanya kau yang bisa menyentuhku

Bahkan jika dunia menjauhiku, aku tak peduli asalkan kau dan aku bersama selamanya

Saranghae, Leeteuk-ah, My Angel Without Wings

-THE END-

 

 

 

3 Comments (+add yours?)

  1. sophie
    May 30, 2016 @ 05:53:49

    Aduhhhh bikin terharu,,,cakep bgt

    Reply

  2. Yz
    May 30, 2016 @ 13:28:51

    Waaaa happy ending!! Mantap thor 😀

    Reply

  3. Monika sbr
    May 30, 2016 @ 21:47:32

    Woaahhh…. Kirain akan sad ending. Tapi syukur deh akhirnya mereka bisa bersatu.

    Reply

Comment's Box