Nae Cheonsa

nae

Author : Lee Chae Ri

Nae Cheonsa

Tag: Park Jung Soo | Genre   : Romance – Sacraficial | Rating  : All ages | Length : Oneshots

 

***

Saat aku masih kecil, ada seseorang yang pernah mengatakan padaku bahwa semua orang memiliki waktunya masing-masing, terkadang kita memang harus berada di dalam kegelapan dan terkadang kita juga dapat berada dalam cahaya yang bahkan untuk membuka matapun kita tidak bisa karena begitu terangnya cahaya itu. Saat dia berbicara seperti itu, aku sedang meneteskan air mataku entah yang keberapa, mungkin sudah lewat dari seribu tetes hari itu… aku menangis dalam diam karena aku takut harus menghadapi dunia ini sendirian namun mau tidak mau hari ini memang datang, tepat di ulang tahunku yang ke sepuluh, kedua orangtuaku meninggal karena kecelekaan lalu lintas…

Satu-satunya hal yang membuatku masih ingin melanjutkan hidupku hanyalah aku tidak ingin ada orang lain yang juga merasakan kesedihan yang kurasakan dan juga kata-kata dari seseorang yang sama sekali tidak kukenal. Bagiku orang itu seperti malaikat… ah, mungkin dia memang seorang malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk membantuku..

 

– 14 Tahun Kemudian –

 

Beberapa tahun lalu, suara daun-daun kering berguguran yang bergesekkan dengan angin ini adalah hal biasa bagiku yang memang selalu mendengarnya tiap kali akan berangkat ke kampus di musim gugur. Begitupula dengan sinar mentari lembut dan udara dingin yang berhembus sama lembutnya. Namun, hari ini semua itu tidaklah terasa sama. Semuanya – bahkan suara omelan tetanggaku di tiap pagi – terasa spesial dan seolah-olah merupakan hadiah terindah untuk ulang tahunku.

“Cheonsa! Happy birthday!” suara nyaring seorang wanita dengan aksen France-nya yang kental. Ia menjadi orang pertama yang berbicara denganku dan memberikanku selamat ulang tahun! Ya, aku tidak memiliki banyak teman di sini, aku kemari – London – hanya untuk mewujudkan impianku yang kini telah menjadi kenyataan, hanya beberapa jam lagi semuanya itu akan benar-benar terwujud!

“Oh hi, Fleur! Thank you very much!” ucapku juga dalam bahasa Inggris yang – aku yakin – siapapun yang mendengarnya langsung tahu kalau aku bukanlah seorang native speaker. Aksen dari negara asalku, Korea Selatan masih sangat kental.

“Oh ya, selamat juga atas kelulusanmu, aku mendengar kau mendapat nilai tertinggi bukan?”

“Ah, benarkah? Aku tidak tahu tentang hal itu, tetapi tetap saja, terima kasih atas ucapannya”

“Ya, sama-sama. Lalu apakah kau akan kembali ke Korea?”

“Yeah, tentu saja. Aku tidak memiliki hal lain yang ingin kulakukan di Inggris selain mewujudkan impianku, dan sekarang semuanya sudah menjadi kenyataan. Aku harus kembali untuk berbakti pada negaraku” ucapku sambil tersenyum membuat sahabatku, Fleur mendengus lalu menatapku dengan tatapan tidak percaya,

“Kau benar-benar mencintai negaramu kalau memang hanya itu tujuanmu!” aku hanya tertawa mendengar perkataan Fleur. Ya, dia benar. Aku adalah seorang yang amat sangat berbakti pada negaraku jika aku sampai pulang ke Korea hanya untuk berbakti pada negara asalku. Sebenarnya, aku ingin kembali ke Korea hanya untuk mencari orang yang telah membuatku hidup hingga saat ini, aku tidak tahu kalau ternyata orang yang dulu mengatakan sesuatu yang berarti bagiku juga adalah orang yang membiayai pendidikanku. Aku juga tidak tahu namanya, seperti apa wajahnya… yang aku tahu hanyalah suaranya dan mungkin kini ia sudah menjadi seorang ahjusshi. Aku ingin sekali berterima kasih padanya dan aku bersumpah aku akan melakukan apa saja untuknya!

 

“Baiklah, setelah sambutan dari professor Herald, marilah kita mendengar dari sang peraih nilai tertinggi tahun ini untuk jurusan kedokteran di universitas kita! Miss Lee Cheon Sa dari Korea Selatan!” aku terkejut mendengar namaku dipanggil, sejak tadi aku sama sekali tidak memperhatikan acara kelulusan ini, aku terus saja bercerita dengan Fleur yang adalah junior dari jurusan seni lukis namun setahun lebih tua dariku,

Dengan sangat terpaksa, aku melangkahkan kakiku ke atas podium. Aku sangat benci berada di tengah keramaian, apalagi kalau harus menjadi pusat dari segala perhatian itu. Aku hanya memberikan beberapa kata yang mungkin juga sebaiknya tidak perlu diucapkan karena itu adalah pepatah yang sudah sangat sering didengar oleh semua orang dan setelah itu langsung memberikan ucapan terima kasih pada para professor yang sudah mengajariku. Tepat sesaat sebelum aku turun, professor Herald, sang kepala jurusan kedokteran memberikanku ijazah milikku juga memindahkan tali toga milikku, menandakan bahwa kini aku resmi menjadi seorang alumni!

Aku turun dari podium diiringi dengan tepukan meriah dari berbagai arah, aku terus tertunduk lalu kembali duduk di bangkuku,

“Cheonsa, kapan kau akan kembali ke Korea?” tanya Fleur sepersekian detik begitu aku duduk tiab di didepan bangkuku,

“Hari ini” ucapku membuat Fleur memukul pelan bahuku,

“Hey, aku serius. Kapan kau pulang?”

“Aku juga serius. Hari ini aku kembali ke Korea. Dua jam lagi aku harus segera berangkat”

***

Kini sebuah koper sudah kupegang erat di sebelah tanganku, sebuah tas ransel yang tidak begitu berat bertengger di bahuku dan didepanku, sudah dua orang wanita dan seorang pria yang menangis tersedu-sedu, mungkin sudah sekitar lima menit kami berempat hanya berdiri seperti ini. Bahkan tak jarang orang-orang melihat kearah kami,

“Kenapa kau meninggalkan kami secepat ini?” suara seorang wanita paruh baya ditengah tangisannya. Ia adalah pemiliki apartment tempat aku tinggal selama di London, Mrs. Han dari Cina,

“Kau benar-benar kawan yang tidak setia, bisa-bisanya tanpa memberitahuku kau langsung saja pergi” Fleur terus saja memarahiku dengan mengataiku adalah seorang pengkhianat, tidak setia kawan, bla bla bla.. yah, aku rasa dia memang akan menjadi orang yang paling kehilanganku selain Mrs. Han dan suaminya, Mr. Tokugawa. Bagaimana tidak? Hampir setiap akhir pekan aku pasti akan pergi berkeliling London bersamanya untuk mencari objek yang dapat dilukis atau hanya sekedar mencarikannya seorang pacar!

“Kenapa kau tidak ingin tinggal lebih lama lagi di London? Apa masakan yang sering kuberikan padamu tidak enak?” dan inilah Mr. Tokugawa, orang Jepang yang sudah lama tinggal di Italia dan kurang lebih sepuluh tahun lalu baru pindah ke Inggris. Ia sangat baik dan selalu memperhatikan makanan yang kumakan, tak jarang ia membuatkanku kimchi, sam gye tang atau hanya sekedar sam gyeop sal.

“Aku tidak bermaksud seperti itu… tapi aku memang harus segera kembali ke Korea. Aku tidak ingin merepotkan orang yang sudah membiayai pendidikanku hinggan kemari. Dan lagi, sekalipun aku kembali ke sana, aku akan terus mengontak kalian setiap hari, bahkan kalau kalian mau akan akan video call dengan kalian kapanpun kalian mau..” ucapku, mereka semua menatapku namun tetap saja sambil menangis tersedu-sedu seakan aku akan meninggal saat ini juga,

“Dan Tokugawa-sensei, masakanmu sangat enak! Bahkan kimchi buatanmu jauh lebih enak dari kimchi yang ada di Korea!” ucapku menghibur Mr. Tokugawa yang sering kupanggil Tokugawa-sensei – karena dialah guru memasakku – yang kini terlilhat sedikit tersenyum. Ia menghapus airmatanya lalu menepuk bahu istrinya dan juga Fleur, mengisyaratkan agar mereka berdua harus merelakan kepergianku,

“Apa yang bisa kami berikan untukmu ini tidaklah banyak, tetapi kami hanya berharap ini dapat membantumu” ucap Tokugawa-sensei lalu menyerahkan sebuah kotak padaku. Sebenarnya aku hampir saja menangis karena terharu atas kebaikan mereka tetapi, sayang… penumpang menuju Seoul, Korea Selatan sudah dipanggil untuk segera check-in dan dalam waktu beberapa menit lagi akan segera berangkat. Tanpa aba-aba, mereka semua memelukku erat, aku juga balas memeluk erat tubuh mereka, sekali lagi panggilan yang ditujukan untuk semua penumpang menuju Seoul kembali dipanggil, sejenak aku mempererat pelukanku lalu melepaskan mereka.

Senyum kupaksakan diwajahku, sekuat tenaga aku menahan air mataku agar tidak jatuh. Aku tahu, ini mungkin terdengar berlebihan.. tapi kurasa, ini adalah terakhir kalinya aku akan melihat wajah mereka secara langsung seumur hidupku. Aku melambaikan tanganku pada mereka yang masih melihatku dengan wajah tidak rela, aku terus melambaikan tanganku hingga akhirnya tubuhku yang tidak seberapa tinggi ini tenggelam di balik ratusan orang yang juga akan menumpangi pesawat yang sama. Hah, mungkin ini terakhir kalinya juga aku berada di London. Goodbye London.. I will always miss you. Everything here just like a magic to me…

 

***

 

Perlahan tapi pasti, suara dengungan dari mesin pesawat mulai terdengar lebih keras, roda-roda pesawat yang bergesekkan dengan lapangan membuat seisi pesawat menjadi sedikit terguncang. Akhirnya aku sudah kembali ke Korea Selatan, ke negara kelahiranku. Hampir belasan tahun sudah aku meninggalkan Korea yang kini menjadi sangat terkenal di seluruh dunia karena apa yang disebut hallyu wave, jujur saja aku sendiri nyaris tidak pernah melihat para boyband dan girlband yang sangat terkenal itu, mungkin karena aku selalu menutup diri dan fokus pada sekolahku sehingga aku sama sekali tidak punya waktu untuk melihat mereka.

Semua penumpang satu persatu melepaskan seat belt mereka lalu mengambil barang di cabin dan turun dari pesawat. Aku ikut mengantri mengambil koper kecil yang kubawa tadi, begitu aku menemukan koperku, aku langsung mengambilnya dan keluar dari dalam bandara. Diluar sana sudah ada begitu banyak orang yang menunggu keluarga mereka, sebagian memegang kertas dengan tulisan warna-warni sedangkan sebagian lainnya sudah bertemu kembali dengan keluarga mereka dan tersenyum serta memeluk keluarga mereka itu… iri? Tentu saja aku merasa iri, aku tahu, begitu kembali ke Korea aku akan menjalani kehidupan sendirianku lagi, tak apa aku sudah terbiasa dengan itu semua.

Aku melangkahkan kakiku, mengabaikan pemandangan bahagia orang-orang disekitarku agar aku tidak terbawa suasan lagi dan harus kembali menangis tersedu-sedu. Aku ingin hidup yang baru dimana aku berubah menjadi wanita yang tegar. Bukan wanita cengeng yang selalu menangis melihat hal-hal mengharukan.

“Annyeonghaseyo, apa anda miss Lee Cheon Sa dari London?”

“Annyeonghaseyo, ne.. nan Lee Cheon Sa, waeyo?” tanyaku pada seorang pria paruh baya yang tiba-tiba saja melajukan mobilnya dan berhenti tepat didepanku,

“Nan Yoo Tae Shik imnida. Aku diminta oleh seseorang untuk mengantarmu ke apartment milikmu”

“Ah.. kau mungkin salah orang… aku tidak punya apartment di Korea”

“Apartment ini baru saja dibelikan oleh seseorang untukmu, dia mengatakan untuk tidak memberitahukanmu identitasnya”

Tidak memberi tahu identitasnya? Sepertinya aku tahu siapa yang membelikanku apartment… pasti dia adalah orang yang sama dengan orang yang selama ini membiayai sekolah dan juga sewa apartment di London. Sebenarnya siapa orang ini? Kenapa dia begitu baik denganku? Keluarga orangtuaku saja tidak ada satupun yang mau memberikan uang mereka walaupun hanya 1 won padaku… tapi orang ini, aku bahkan tidak tahu dia siapa tapi dia selalu memperhatikan kehidupanku…

Aku mengangguk pada pria paruh baya itu lalu mengikutinya masuk ke dalam mobilnya. Perjalanan dari Incheon International Airport ke apartment itu cukup jauh, mungkin memakan waktu sekitar 40 menit lamanya. Selama perjalanan kesana, aku terus mengamati pemandangan malam di Seoul yang terlihat jauh berbeda dengan dulu. Beberapa tahun lalu, berbagai papan iklan di gedung-gedung berisikan dengan produk-produk seperti ponsel maupun mobil buatan Korea, saat ini semua itu nyaris tidak ada dan tergantikan dengan wajah-wajah yang asing bagiku,

“Ahjusshi, siapa mereka?” tanyaku lalu menunjuk pada sekelompok pria yang memakai pakaian juga dandanan yang cukup aneh,

“Ah, mereka itu boyband paling terkenal di dunia saat ini, Super Junior”

“Benarkah, tapi kenapa pakaian mereka seperti itu? Terlihat aneh”

“Hahaha, itu adalah foto untuk album ke-6 mereka. Sexy, free & single. Album itu adalah album terakhir untuk sang leader karena ia harus masuk wajib militer tahun ini, dua tahun kemudian baru dia bisa berpartisipasi dalam album Super Junior, mungkin saja di album ke-8 mereka. Super junior itu sangat hebat, sudah sejak bulan july album mereka dirilis tapi sampai saat ini mereka masih menempati posisi pertama berbagai chart”

“Mmm.. ahjusshi apa itu Kyunghee International Medical Center?” tanyaku mengabaikan penjelasan dari sang ahjusshi tentang Super Junior lalu menunjuk pada sebuah rumah sakit yang cukup besar,

“Ne. Gedung disebelahnya itu adalah apartment milik anda, miss Cheonsa” tunjuk ahjusshi itu pada sebuah gedung yang cukup tinggi. Mwo?! Orang itu membelikanku apartment yang tepat di depan tempat aku bekerja dan lagi apartment itu sangat mewah! Ah… hutangku pada orang itu semakin besar.. bagaimana aku harus membayarnya?

Ahjusshi itu lalu mengemudikan mobilnya mengitari KyungHee International Medical Center, aku benar-benar beruntung karena bisa langsung mendapatkan pekerjaan di rumah sakit sebesar dan semewah ini!

Sesampainya di apartment itu, sang ahjusshi membawa koperku dan mengantarku ke depan sebuah apartment di lantai 7. Apartment itu sangat luas dengan sebuah kamar tidur dan juga kamar mandi, sebuah dapur, ruang tamu, balkon dan sebuah ruang belajar yang sangat luas! Semua ruangan itu telah didekorasi dengan sangat baik dan penuh dengan barang-barang dengan warna yang kusukai!

“Silahkan beristirahat Miss.”

            “Gamsahamnida ahjusshi. Annyeonghigaseyo”

Segera setelah ahjusshi itu pergi meninggalkan apartmentku, aku langsung berlari masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaianku dengan pakaian rumah. Aku memindahkan semua pakaianku ke dalam lemari yang ternyata juga sudah berisikan berbagai jenis baju yang umumnya adalah pakaian untuk bekerja. Ah benar! Aku belum membuka kotak yang diberikan Tokugawa-sensei!

Dengan cepat aku menutup pintu lemari pakaian dan beranjak ke atas ranjang, perlahan aku membuka kotak itu. Entahlah, aku sendiri tidak tahu perasaan apa yang sekarang aku rasakan, bahagia? Lucu? Terharu? Sepertinya semua perasaan itu tercampur aduk begitu aku melihat apa yang ada di dalam kotak itu… sebuah buku resep buatan sendiri yang lengkap dengan tulisan Tokugawa-sensei yang berantakan, sebuah pinky ring yang sudah kuinginkan sejak lama, aku yakin itu adalah hadiah dari Fleur karena dia satu-satunya orang yang tahu kalau aku sangat suka pinky ring itu dan yang terakhir adalah sebuah foto saat aku berulang tahun yang ke 23 tahun lalu.

Aku melangkahkan kakiku ke balkon apartmentku. Dari sini aku dapat melihat pemandangan malam kota Seoul yang penuh dengan cahaya lampu yang sangat indah. Perlahan aku menghembuskan nafasku, ini adalah malam pertamaku di Seoul dan sejak saat ini aku sudah memutuskan untuk menjadi seorang dokter yang professional dan aku berjanji, aku tidak akan membiarkan pasienku meninggal selama masih ada cara untuk menyelamatkan mereka!

            “Hwaiting Lee Cheon Sa!! Naega Jeil Jalhakka!” seruku dengan sekuat tenaga lalu tersenyum. Aku yakin aku akan mendapatkan hidup yang berlipat kali jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupanku dulu, sebelum pergi ke London.

 

***

 

Alarmku membangunkanku tepat pukul 6 pagi hari ini. Aku membuka mataku perlahan lalu memposisikan tubuh menjadi duduk di atas ranjang, aku berusaha merenggangkan otot-otot tubuhku yang terasa sangat sakit dan kaku karena terlalu lelah melakukan perjalanan dari London ke Seoul. Hari ini adalah hari pertamaku bekerja sekaligus hari pertamaku di Seoul. Aku tersenyum mengingat hari ini aku akan membantu pasien pertamaku. Seperti apa ya orang yang akan jadi pasien pertamaku?

 

Setelah bersiap-siap di apartmentku tadi, aku langsung berjalan keluar dan menyeberangi jalan menuju rumah sakit tempatku bekerja. Disana ternyata sudah ada seorang perawat yang menyambutku dengan sangat ramah. Ia mengatakan kalau aku sudah memiliki sebuah kantor sendiri dan untuk beberapa minggu ke depan aku akan ditempatkan di unit gawat darurat.

Pekerjaanku hari ini sangat menyenangkan. Banyak pasien yang berdatangan, ada yang karena terkena luka saat jatuh, alergi dan berbagai penyakit lainnya. Tapi ada seorang pasien yang sangat kuingat.. mungkin umurnya masih sekitar 20 sampai 30 tahun. Ia terlihat sangat pucat saat datang sendirian ke rumah sakit ini, terlebih lagi dandanannya yang serba tertutup… saat diperiksa, aku tahu kalau jantungnya sangat lemah.. mungkin ia baru saja melakukan pekerjaan yang berat sehingga denyut jantungnya menjadi lemah saat ia datang kemari.. aku berharap pasien itu baik-baik saja…

 

– Beberapa bulan kemudian –

 

Hari ini kepala rumah sakit memanggilku ke kantornya… aigoo, apa yang sudah kulakukan? Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Aku takut aku diskorsing, dimarahi atau bahkan dipecat!! Aku tidak punya pekerjaan lain atau pun koneksi dengan rumah sakit tertentu.. aku bisa bekerja di KIMC juga karena direkomendasikan oleh professorku… kalau aku sampai dipecat lebih baik aku mati!!

“Sillyehamnida sajangnim…” ucapku begitu aku mengetuk pintu kantor kepala rumah sakit dan dipersilahkan masuk olehnya,

“Silahkan masuk Cheonsa-sshi”

Aku masuk lalu duduk tepat didepannya, ia terlihat sedang membereskan beberapa berkas sambil sesekali melihat isi berkas-berkas itu. Aku hanya mengamatinya tanpa berani mengucapkan kata lain…

“Ah, Cheonsa-sshi, berdasarkan kinerjamu sejak bulan oktober lalu, aku mendapat laporan dari kepala unit gawat darurat kalau kau melakukan pekerjaan dengan sangat baik, para perawat juga mengatakan hal yang sama… karena itu aku ingin mengangkatmu sebagai asisten dokter Kim, spesialis jantung. Sesuai dengan spesialisasi milikmu bukan?” ucap kepala rumah sakit membuatku tersenyum senang, aku tidak dipecat dan justru naik pangkat?! Yay! Aku berjanji akan melakukan yang terbaik!

“Ne sajangnim” ucapku sambil mengangguk,

“Baiklah, kau bisa mulai menjadi asisten dokter hari ini. Ini adalah pasien yang harus kau temui dan periksa hari ini. Dia adalah pasien khusus, kau tidak boleh memberitahukan identitasnya pada siapapun, arrasseo?”

“Ne, sajangnim. Sillyehamnida, gamsahamnida” ucapku dan langsung bergegas keluar setelah menerima berkas dari kepala rumah sakit.

Berulang kali aku membolak balikkan berkas itu. Disana hanya tertulis tahun kelahiran, asal dan pernyataan kalau pasien tersebut masuk ke rumah sakit karena jantungnya yang lemah dan harus dirawat secara intensif selama tiga bulan terakhir ini..

Kamar 701… ini adalah kamar pasien itu, wah.. kurasa pasien yang satu ini benar-benar orang terkenal atau jika tidak adalah seorang pebisnis yang hebat, sepanjang koridor kamar 701 sampai 721 dijaga oleh beberapa bodyguard. Bahkan saat aku akan lewat mereka masih menanyakan apa tujuanku kemari dan memintaku menunjukkan surat izin dari kepala rumah sakit untuk mereka. Untung saja kepala rumah sakit sudah mempersiapkan semuanya tadi…

Perlahan aku membuka pintu kamar 701. Sama seperti kamar rumah sakit lainnya, didominasi oleh warna putih dan dekor yang cukup minimalis. Di atas ranjang terlihat seorang namja dengan rambut yang dicat pirang sedang membaca sebuah majalah dengan tulisan Super Junior: The biggest Hallyu Star ever.

“Annyeonghaseyo, nan Lee Cheon Sa imnida” sapaku pada namja itu sambil membungkuk dalam. Namja itu sama sekali tidak merespon ucapanku. Yah, tidak apa-apa, kebanyakan pasien selalu kesal melihat dokter yang bertanggung jawab atas mereka…

“Annyeonghaseyo, nan Park Jung Soo imnida” ucap namja itu, ah! Aku baru sadar, dia adalah namja yang saat itu kutangani di unit gawat darurat. Aigoo… kurasa penyakitnya semakin parah karena sekarang ia harus dirawat di rumah sakit secara intensif, tapi kenapa ia kini dijaga oleh banyak bodyguard? Padahal waktu itu ia datang sendirian tanpa ada yang menemani,

“Senang bertemu dengan anda Park Jung Soo-sshi. Aku akan bertanggung jawab untuk memeriksamu setiap harinya. Mohon bantuannya”

“Ne, mohon bantuannya juga Cheonsa-sshi. Dan panggil saja aku Jungsoo-sshi, tidak perlu dengan nama lengkapku. Ucapnya lalu tersenyum. Tunggu dulu.. sepertinya aku pernah melihat senyum itu entah dimana… apa hanya perasaanku saja? Tapi aku benar-benar merasa senyum itu sangat familiar.

 

– Beberapa minggu kemudian –

 

Pasien yang kutangani selama ini hanyalah Jungsoo-sshi. Mungkin karena aku jarang mengikuti perkembangan informasi di Korea Selatan, karena itulah aku satu-satunya dokter yang boleh menangani Jungsoo-sshi. Bahkan dokter yang menjadi atasanku hanya mengetahui informasi kesehatan tanpa tahu identitas sang pasien.

“Annyeonghaseyo Jungsoo-sshi” sapaku pada pasien yang kini bahkan seperti seorang sahabat bagiku. Jungsoo-sshi adalah seorang namja yang sangat baik. Dia bahkan sangat perhatian selalu berusaha menolong dan sangat ramah. Dia juga sangat sabar menghadapi penyakitnya yang – jujur – semakin hari semakin memburuk. Kini ia bahkan divonis tidak akan bisa hidup lebih dari setahun jika ia tidak segera menemukan donor jantung.

Menemukan donor jantung bukanlah hal yang mudah karena orang yang bersedia mendonorkan jantungnya sudah pasti akan mati.

Hari ini Jungsoo-sshi tertidur pulas saat aku datang. Sekali lagi ia kembali melakukan kebiasaan buruknya. Membuka jendela dan tertidur di sofa yang terletak tepat di depan jendela itu… perlahan aku menutup kembali jendela itu dan mengambil selimut tebal untuk menutupi tubuh Jungsoo-sshi. Dia semakin terlihat pucat sejak pertama kali aku bertemu dengannya.. andaikan saja aku bisa membantunya…

Kurasa ia pasti merasa sangat tertekan harus terkurung dalam ruangan ini setiap harinya. Jelas kehidupannya saat ini berbeda dengan kehidupannya dulu yang dapat berpergian kemana saja, menyanyi dan menari dengan bebas di atas panggung, menyapa banyak orang, tertawa bersama teman-temannya.. ya, aku tahu kalau ia adalah seorang anggota boyband, bahkan bukan hanya sekedar anggota melainkan leader dari Super Junior. Ia sendiri yang memberitahuku kalau ia adalah leader Super Junior dan saat aku mencarinya di internet, ternyata semua itu benar kecuali satu. Ia mengatakan pada para fansnya kalau ia sedang menjalani wajib militer saat ini padahal kenyataannya ia sedang berusaha menyembuhkan dirinya dan tidak diizinkan untuk mengikuti wajib militer.

Ditangannya terdapat sebuah pena lengkap dengan sebuah buku di atas tubuhnya. Mungkin ia baru saja menulis diary-nya. Aku mengambil pena dari tangannya dan mengangkat buku itu dari atas tubuhnya. Tanpa kusengaja, sebuah kertas jatuh dari dalam buku itu,

 

Hari ini ia datang agak terlambat
sudah beberapa minggu ini ia terus merawatku
aku ingin memberitahunya
tapi aku takut ia akan marah padaku…

 

Aku tahu ini salah, tapi karena rasa penasaranku, aku lalu membuka diary-nya itu. Sepertinya itu diary yang ia tulis sejak hari pertama ia dirawat dirumah sakit ini…

 

Ternyata dia yang merawatku…
Kurasa hutangku padanya semakin besar,
Jika bukan karena kedua orangtuanya,
Aku tidak mungkin menjadi seorang penyanyi…
mereka memberikanku dukungan & semangat,
bahkan hingga meninggal karena kecelakaan demi mendukungku selama audisi…

 

Apa maksudnya, dia yang merawatku? Apa itu aku? Dan apa maksudnya kedua orangtu? Apa kedua orangtuaku mendukungnya dan bahkan meninggal saat akan pergi ke audisinya?

 

Dia sangat baik padaku…
sesuai dengan namanya.. Cheonsa,
dia memang benar-benar malaikat,
Sama seperti kedua orangtuanya…
Kurasa semua usahaku membiayainya selama ini tidak ada artinya,
dibandingkan dengan apa yang telah mereka,
terutama Cheonsa berikan padaku…
Kalau ia tidak ada…
Aku pasti sudah menyerah dalam menjalani hidupku,
Hanya demi dia aku berusaha untuk terus hidup..
Neo jinjja nae Cheonsa

 

Apa maksud semua ini? Jadi, Jungsoo-sshi adalah orang yang selama ini membiayaiku? Dia yang selama ini selalu mengirimiku surat dan menyamangatiku? Dia yang selalu menyediakan segala sesuatu untukku? Dan dia yang sudah mengambil kedua orangtuaku?

Perlahan, air mata mengalir dari kedua mataku, aku kembali melanggar janjiku… aku sudah berjanji aku tidak akan pernah menangis lagi, tapi kali ini aku tidak bisa menepatinya… apa yang kuinginkan akhirnya terwujud, aku bertemu dengan orang yang selama ini sudah begitu banyak membantuku, tetapi kenapa harus dia? Kenapa diantara begitu banyak manusia di dunia ini kenapa harus dia yang mengambil kedua orangtuaku?

“Cheonsa-sshi?” panggilnya dengan suaranya yang selalu terdengar lembut dan menenangkan… aku selalu senang mendengar suaranya, tapi kali ini aku tidak ingin mendengarnya. Yang kuinginkan hanya menjaga jarak sejauh mungkin denganya, aku harus menenangkan diriku… sulit bagiku untuk menerima kenyataan ini… orang yang kucintai adalah orang yang sudah membantuku selama ini sekaligus orang yang sudah mengambil kedua orangtuaku dari sisiku…

Tanpa menghiraukan panggilnya, aku langsung berlari pergi meninggalkan kamarnya. Aku terus berlari hingga tanpa kusadari, kini aku sudah berada di atap rumah sakit. Angin dingin berhembus, menerpa tubuhku. Aku memilih untuk duduk di sudut atap rumah sakit. Kubiarkan salju dingin terus-menerus berjatuhan, menumpuk di atas kepalaku.

Aku menangis dalam diam. Perlahan tapi pasti, salju yang tadi menumpuk mulai mencair karena suhu tubuhku dan membasahi pakainku, aku tetap tidak menghiraukan semuanya. Aku menutup mataku kuharap dengan ini aku dapat melupakan semuanya. Sekalipun aku mati membeku hari ini, aku lebih bahagia seperti ini daripada harus merasa bersalah seumur hidup karena mencintai orang yang sudah membuat kedua orangtuaku meninggal.

 

***

 

Perlahan aku membuka mataku. Semuanya berwarna putih… Ah, aku tahu, aku pasti sudah mati. Syukurlah, aku tidak perlu lagi menghadapi hidup yang menyiksaku dan sekarang bisa segera bertemu dengan appa dan eomma..

“Kau sudah sadar?” tanya sebuah suara yang sangat familiar. Kenapa aku masih bisa mendengar suara ini? Aku memperhatikan sekelilingku… aku bukan disurga. Aku berada di kamar Jungsoo-sshi! Diatas ranjangnya, dan kemana dia?! Apa dia mau mati?! Seharusnya ia yang tidur disini, ia tidak boleh kelelahan! Ah… lihatlah diriku, bahkan disaat aku sudah tahu semuanya, aku masih mengkhawatirkan dirinya…

“Mianhae, jeongmal mianhae. Aku benar-benar tidak tahu kalau kedua orangtuamu datang ke audisiku. Saat itu aku melihat sendiri kalau mobil kedua orangtuamu melaju cukup kencang dan dari arah berlawanan ada mobil lainnya yang melaju lebih kencang dan langsung menabrak mobil kedua orangtuamu hingga remuk… aku sudah berusaha menelpon ambulance tetapi luka yang diderita kedua orangtuamu sudah terlalu parah. Mianhae… jika aku tahu semua itu akan terjadi aku tidak akan pernah memberi tahu mereka kalau hari itu aku ada audisi di Seoul” Jungsoo-sshi memberi penjelasan, aku hanya terdiam. Dengan cepat aku turun dari ranjang miliknya dan langsung beranjak keluar. Aku akan mengemasi barang-barangku dan keluar dari apartment yang diberikannya, aku juga akan berhenti bekerja di rumah sakit ini, juga berhenti menjadi dokter. Semua yang kumiliki saat ini bisa dibilang adalah miliknya juga… aku tidak ingin menggunakan segala sesuatu darinya,

BRUK!! Tiba-tiba saja terdengar benturan yang cukup keras. Aku membalikkan tubuhku dan berteriak histeris begitu menyadari apa yang terjadi. Dengan cepat aku menekan bel yang terletak disisi ranjangnya, memanggil perawat dan dokter lainnya. Aku juga berusaha memberikannya pertolongan pertama saat terjadi serangan jantung.

Tak lama kemudian para perawat datang dan langsung mengangkutnya ke ruang operasi. Dokter atasanku sangat terkejut begitu tahu kalau yang ia rawat selama ini adalah leader Super Junior, ia bahkan nyaris menangis karena dia adalah fans berat Jungsoo. Aku tidak mempedulikan dokter atasanku itu dan segera pergi ke bagian donor. Aku mencari petugas disana dan meminta donor jantung yang ada. Sayang, tak ada satu pun orang yang bersedia untuk mendonorkan jantungnya,

“Apa kau yakin tidak ada satupun orang yang mau mendonorkan jantungnya?” tanyaku pada petugas,

“Ne, Dr. Lee, tak ada satupun, lagipula disaat ada yang mau mendonorkan jantungnya, belum tentu jantung itu cocok untuk pasien yang membutuhkan donor jantung”

Aku terduduk lemas di depan pintu bagian donor. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin Jungsoo mati. Aneh memang tapi aku benar-benar ingin melihatnya kembali berada di atas panggung. Aku benar-benar sedih saat melihat sosoknya disalah satu concert Super Junior. Ia terlihat tertawa dan sangat senang dalam video itu, dan bahkan sekarang, sekalipun ia tersenyum. Ia terlihat menyedihkan.

Ini semua salahku… aku yakin dia yang telah membawaku ke kamarnya dan rela tidak istirahat demi menungguku… jika sampai terjadi sesuatu pada dirinya, aku lah yang harus disalahkan. Tidak, aku tidak boleh terus mempersalahkan diriku dan menangis seperti ini. Aku harus menolongnya. Apapun yang terjadi aku harus menolongnya…

 

– Satu bulan kemudian –
Author’s POV

 

24 January. Hari ini tepat sebulan sudah sejak Park Jung Soo, leader Super Junior menjalani operasi cangkok jantung. Aneh memang tapi ia mungkin termasuk dalam orang-orang yang paling beruntung di dunia. Ia menerima donor jantung dari orang yang bahkan tidak memiliki hubungan darah dengannya, namun tubuhnya dapat menerima jantung itu dengan baik.

Semua penggemar Super Junior, E.L.F. kini mengetahui kalau Park Jung Soo selama ini menderita sakit jantung yang membuatnya tidak bisa mengikuti wajib militer. Mereka mengatakan kalau mereka sangat berterima kasih pada orang yang sudah bersedia mendonorkan jantungnya untuk Angel without wings mereka.

Park Jung Soo kembali tampil di depan umum setelah luka bekas operasinya mulai membaik. Wajahnya yang beberapa bulan lalu sangat pucat kini mulai terlihat cerah meskipun belum pernah sekalipun ia tersenyum sejak para wartawan meliputnya dirumah sakit. Wawancara singkat itu akhirnay harus dihentikan karena sang kepala rumah sakit meminta agar wartawan-wartawan itu segera meninggalkan rumah sakit karena menganggu ketenangan para pasien,

“Park Jungsoo-sshi, ini adalah barang yang diminta oleh Dr. Lee untuk diberikan padamu” ucap sang kepala rumah sakit lalu menyerahkan sebuah surat pada Jungsoo. Selesai memberikannya, kepala rumah sakit itu segera pergi meninggalkan ruang rawat Jungsoo,

Jungsoo membuka secarik kertas yang digulung oleh Cheonsa dan dimasukkan ke dalam pinky ring kesayangannya, ini merupakan surat pertama sekaligus terakhir dari Cheonsa untuk Jungsoo,

 

Annyeong Jungsoo oppa!
Ini adalah pertama sekaligus terakhir kalinya aku memanggilmu oppa. Aku yakin, saat kau membaca surat ini, Kau sudah bisa hidup dengan tenang sekarang,
Jantung milikmu sudah tidak lemah lagi, Kau bisa kembali berada di atas panggung,
Kau bisa kembali bersenang-senang disana,
Apa kau terkejut mengetahui aku yang mendonorkan jantung untukmu?
Sekarang aku tidak khawatir lagi kalau kau terkejut karena aku yakin jantung milikku itu bisa membantumu mengatasinya dengan baik.
apa kau menangis?
Kuharap tidak, kau sama sekali tidak tampan kalau menangis,
Teruslah tersenyum oppa. Anggap saja jantung dariku itu adalah sebuah hadiah natal dariku untukmu, kalau kau tersenyum, aku juga akan senang,
Oppa, aku ingin meminta maaf karena sudah membuatmu harus kesakitan saat itu, maaf karena aku kau tidak bisa beristirahat dan harus terkena serangan jantung lagi…
Mianhae oppa, oh ya… ada satu hal lagi yang ingin kukatakan,
setelah kupikir-pikir, kecelakaan orangtuaku bukanlah salahmu oppa,
Itu semua sudah takdir,
Kau tidak perlu merasa bersalah,
Justru, karena ucapanmu padaku saat aku masih kecil dulu, aku dapat terus berusaha hingga sekarang… jeongmal gamsahaeyo oppa…
And… at last I just want to say,
I love you oppa, you’re my angel without wings!

 

Air mata mengalir deras dari kedua mata Jungsoo. Ia memegang erat surat dan juga cincin yang diberikan Cheonsa padanya itu. Kali ini jantungnya kembali terasa sakit. Bukan karena suatu penyakit yang dapat disembuhkan oleh obat maupun jantung lainnya, tapi karena suatu rasa sakit yang hanya bisa disembuhkan oleh waktu.

Jungsoo melepaskan kalung miliknya dan memasukkan cincin dari Cheonsa itu ke dalam rantai kalung miliknya dan mengenakannya. Ia menggenggam kuat cincin itu lalu kembali membaca kalimat terakhir dari Cheonsa untuknya. Ia juga ingin mengatakan pada Cheonsa hal yang sama. Ia juga ingin mengatakan kalau ia sangat mencintai Cheonsa. Ia bahkan rela menukarkan kehidupannya yang sekarang hanya untuk mengatakan kalau ia mencintai Cheonsa.

Susah payah ia menarik nafas dalam-dalam. Menekan segala emosi yang ia rasakan. Ia ingin menepati kata-kata terakhir dari Cheonsa. Ia ingin Cheonsa melihatnya terus tersenyum, asalkan Cheonsa senang, Ia berjanji akan terus tersenyum meskipun menyakitkan. Ia tidak ingin membuat Cheonsa kecewa dan sedih,

“Cheonsa… sesuai dengan namamu, kau benar-benar seorang malaikat, kau adalah hadiah yang diberikan Santa padaku saat malam natal. Just wait for me… soon or later I will become your Angel with wings and fly away to meet you… Nae Cheonsa saranghae”

 

 

-THE END-

1 Comment (+add yours?)

  1. jinheeya
    Dec 27, 2016 @ 20:52:09

    Ah sedih bacanya ;(

    Reply

Comment's Box