Hello?

dc

Hello?

Author : Rien Rainy (@RienHara)

Cast :

Park Jung Soo Super Junior as Park Jung Soo (Leeteuk)

Cho Hyo Na (OC)

Genre : comedy, friendship

Lenght : ONESHOT

***

Sore di taman yang ramai dan duduk sendirian itu sebenarnya bukan pilihan yang cukup bijak untuknya. Tetapi, ia juga tak bisa mengajak seseorang untuk duduk bersama saat ini. Apalagi jika orang bersangkutan mempunyai sedikit masalah yang cukup serius, tentu bukan pilihan bijak bisa mengajak seseorang yang menjadi lawan dari masalah yang ditimbulkannya. Sebenarnya bukan suatu masalah juga, tapi jika ia berani melakukannya mungkin akan terjadi suatu hal yang tak pernah ia duga.

Yah, siapa tang tahu?

Dan lagi pula, seingatnya juga, ia tak pernah menciptakan masalah. Hanya ia memang tengah merasa menciptakannya maka ia berpikir jika ia punya salah dan harus menjauh juga. Atau sebenarnya memikirkan langkah apa yang harus ia ambil menghadapi satu masalah yang tak ia pahami apa penyebab pastinya.

Suara kedebum pelan berasal dari samping menarik perhatiannya, selang lima belas menit tiba di taman ia hanya melamun dan kali ini cukup terusik atas kehadiran sosok gadis muda dengan bun hair-nya. Ia mengernyit heran, gadis itu masih tak sadar dari teguran semi lisan yang ia tunjukkan, benar-benar tak sadar diri.

Sekitar lima menit kemudian akhirnya mata mereka saling tatap, gadis muda yang sadar jika kedatangannya membawa ketidaknyamanan tersenyum sopan sambil bergumam, “Annyeong?” dan hal ini membuat kedipan lain padanya yang heran.

Annyeong katanya? Pikirnya heran.

Dengusan kasar terdengar setelah gadis muda itu kembali menatap ke depan, meninggalkan ia yang menyimpan rasa kesalnya di menit-menit awal bertemu dan sedikit bisa membaca raut wajah gadis muda tersebut, “Kau punya masalah lagi, kan?” tanyanya datar, berusaha tak terdengar simpati, ia bertanya juga tak memperhatikan gadis muda di sampingnya yang sudah melongo dengan raut takjub.

“Wuah, karena kau lebih tua…”

“Dewasa maksudmu?”

Gadis itu meringis lalu memilin jarinya sambil takut-takut melihatnya, “Iya, terserah kau saja. Tapi tebakanmu tepat sekali!”

Senyum kelegaannya muncul dan sayangnya ditangkap gadis muda itu dengan arti lain seperti senyuman membanggakan dirinya sendiri membuat gadis itu jadi mencibir. “Membanggakan diri karena lebih tua…”

“Dewasa, Nona!” Tegurnya lagi, mengoreksi kata ‘tua’ dengan ‘dewasa’.

Dan akhirnya mengundang tawa keduanya, suasana sore yang sepi dan sedikit dingin baginya mendadak menghangat berkat kehadiran gadis muda yang tak sengaja ia kenal selama lima hari.

Pertemuan konyol dan tak masuk akal, pikirnya. Siapa yang akan menyangka kau akan duduk dengan siapa di bangku taman yang hanya muat hanya sekitar empat orang. Jawabannya adalah kau tidak akan pernah tahu dan cenderung masa bodoh apalagi jika orang yang duduk di sampingmu bukanlah orang yang menarik. Dan akhir dari ketidaktahuan jawaban itulah yang membuatnya bisa duduk dan sedikit berbagi cerita dengan gadis muda di sampingnya, yang bahkan umurnya masih cukup belia. Menurutnya sendiri, tidak tahu bagaimana perasaan si gadis muda yang selalu menyanggul rambutnya dengan asal-asalan.

Suara tawa berhenti berganti dengan keheningan, keheningan yang aneh menurut gadis muda itu. Ia melirik sedikit pada pria di sampingnya, jaket hitam dengan kemeja biru tua yang menyembul di balik warna hitam, ia lirik sedikit lagi ke samping dan menemukan tas, ia menilai sendiri jika pria ini baru saja pulang kuliah atau bisa jadi pulang berkerja. Mungkin.

Seingatnya, pertemuan mereka tak pernah bertanya tentang di mana sekolah atau tempat tinggal. Pertemuan mereka hanya sekitar bahasa sapaan, senyum sungkan, kenalan nama lalu berakhir dengan cerita kecil masing-masing. Sungguh aneh.

“Kenapa tak terima sekali saat kubilang kau itu…”

“Dewasa dan tua itu dua kata yang berbeda makna, Nona!”

Cemberut. Sanggulan rambutnya bergoyang, kedua lengan tersampir ke depan dada, matanya menyipit kecil menatap ke arah lain asalkan bukan pria berlesung pipi yang tak ingin disebut ‘tua’. Mengesalkan sekali!

“Tua itu kondisi fisiknya, renta dan tak terlihat segar sepertiku. Sedangkan dewasa itu…” jelasnya dengan bijak, gadis muda di sampingnya mendengus sambil memotong pembicarannya, “Dewasa itu sikap, kematangan seseorang. Iya, kan?”

Mata pria itu berkedip, ia baru sadar jika perkataannya dipotong begitu saja oleh gadis muda tersebut, tetapi nilai positifnya apa yang dibilang gadis muda itu kurang lebih tepat, “Anak muda zaman sekarang benar-benar tak sopan ya?”

“Hei?!”

Gadis itu berteriak tak terima, sedangkan pria di sampingnya hanya memberi tatapan tak bersalah dan menggurui sambil menggedikan kedua bahunya, terkesan tak mau ambil pusing pada sikap kekanakan gadis di depannya. “Kenapa aku harus sopan padamu? Appa ku bilang kau harus menghargai seseorang yang menghargaimu. Dia tak bilang…”

“Termasuk Appamu itu juga!”

Gadis itu benar-benar kesal. Ia diam dan memilih memandang ke arah lain sambil melipat kedua lengannya. Pria di sampingnya tersenyum kecil, kekanakan, ia selalu berada di situasi seperti ini; maksudnya bertengkar konyol, hanya dengan gadis muda bermarga Cho di sampingnya yang sedikit mengingatkan sosok Cho Kyu Hyun, seorang Cho lain yang ia kenal.

“Jadi bagaimana?”

“…”

Ia tersenyum sekilas melihat perubahan raut wajah gadis di sampingnya, kebingungan lalu tersemu, khas gadis remaja yang sedang kasmaran, “Bagaimana rasanya bertengkar denganku? Apa rasa kesalmu pada… siapa namanya?”

“Lee Dong Hae.” Dan jawaban penuh penekanan membuatnya menggelengkan kepala, tak menyangka akan semalu itu menyebutkan nama kekasihnya, benar-benar gadis muda yang cukup polos.

“Ah, iya! Rasa kesalmu pada Dong Hae sudah hilang?”

Cho Hyo Na, gadis muda yang rambutnya disanggul bun itu langsung menatap ke arah pria dewasa bermarga Park—lengkapnya Park Jung Soo—tetapi ingin dipanggil Leeteuk dengan tatapan tak percaya. “Maksudmu?”

Leeteuk menggedikan kedua bahunya—lagi, dan entah mengapa Hyo Na kesal melihatnya—dan memilih menyamankan sandaran punggungnya. “Sejenak kehadiranmu membuatku membaik, setidaknya aku punya teman untuk adu mulut. Kau tahu? Kim Ha Ni bahkan mendiamkanku sudah lebih delapan hari.”

Hyo Na jadi mencair kesalnya dan berganti dengan rasa simpati, Leeteuk menangkap sikap tersebut karena setahunya perempuan sangat sensitive ketika membahas perasaan, “Kenapa? Bukannya kalian baik-baik saja? Kalian te…”

“Sahabat.” Potong Leeteuk yang sebenarnya tak ia rencanakan tapi mampu membuat Hyo Na berdiam sambil meliriknya, mencoba mencari tahu dari raut wajah Leeteuk yang tak bisa ia tebak. Namun kemudian Hyo Na menghela napas, ia buang pandangannya pada arah lain sambil berucap sangat singkat, “Ha Ni sedang mengujimu.”

Leeteuk mengernyit heran, Hyo Na menganggukan kepalanya dengan gerakan yakin. “Masalah seperti ini pria dewasa pun tak paham?” dan sedikit menyindir Leeteuk.

“Baiklah. Kau benar! Tapi, kenapa Ha Ni mengujiku? Maksudku untuk apa Ha Ni melakukannya?”

“Ya, karena dia ingin, ingin melakukannya supaya kau sadar. Dan semoga saja kau cepat sadar!”

Leeteuk mengernyit, kali ini dia tak bisa berpikir berkat perkataan aneh milik Hyo Na, tapi memang biasanya gadis muda di sampingnya ini selalu berkata-kata aneh, ia sedikit maklum tapi untuk ini ia tak mungkin maklum karena ini berkaitan dengan Kim Ha Ni.

“Pasti kau belum mengerti, ya?” Tanya Hyo Na.

Leeteuk menganggukan kepala, Hyo Na menghela napas sambil mencibir pelan. “Benar-benar tak peka. Jadi, Leeteuk, Ha Ni mendiamkanmu karena dia ingin, sangat menginginkanmu. Kim Ha Ni mencintaimu dan sedang mengujimu.”

“Suka padaku?” ucap Leeteuk untuk dirinya sendiri, Hyo Na menggelengkan kepala masih dengan raut wajah tak sabar, “Nah, nah, nah! Koreksi lagi! Kim Ha Ni mencintaimu!”

Hyo Na tersenyum bangga membuat kedua pipinya menaik dan matanya menyipit, Leeteuk tersenyum kecil untuk meremehkan gadis muda di depannya yang terdengar seperti bergurau. Tak mungkin, itu nilai Leeteuk pada perkataan Hyo Na yang terkesan bercanda.

“Kau sepertinya…” Leeteuk baru saja berucap dan Hyo Na memotongnya, “Asal kau tau saja, ya! Aku ini penasehat cinta yang handal tahu! Teman-teman sekolahku banyak yang konsultasi…”

“Ck, masih kecil sudah cinta-cintaan?” dan kembali dipotong Leeteuk, kali ini ia memang berniat membalas Hyo Na yang sudah tak sopan.

Hyo Na menggeram mendengar Leeteuk, pria di sampingnya ini benar-benar senang sekali memotong pembicaraannya. “Kalau kau dijadikan tempat ‘sampah’ lalu kenapa masalahmu sendiri tak bisa kau selesaikan?”

Hyo Na memutar arah duduknya, kakinya jadi terangkat dan bahkan terlipat di atas bangku membuat Leeteuk yang melihatnya jadi membuang pandangannya ke arah lain. Wajahnya bersemu dan keringat muncul di dahinya, benar-benar ceroboh, pikirnya. “Hei, sopanlah sedikit! Kau itu sudah meremaja, Nona!” tegur Leeteuk pelan.

Hyo Na tersentak lalu menyadari kecerobohannya saat menunduk, menatap kedua pahanya yang terekspos karena hanya memakai skiny jeans pendek. Hyo Na tersenyum malu lalu menurunkan kakinya sambil membenarkan kemeja kebesarannya.

“Maaf.” Gumam Hyo Na pelan.

Leeteuk menggelengkan kepalanya, tak menyangka jika gadis di sampingnya begitu ceroboh. Akan masih baik jika gadis ini berhadapan dengan Leeteuk, bagaimana jika… Ah sudahlah! Cho Hyo Na pasti bisa menjaga dirinya sendiri, tekannya dalam hati.

“Aku tak tahu?”

“Heh?”

“Ya… ya… aku tak tahu kenapa?”

Leeteuk mengernyit heran, kali ini raut keraguan muncul juga di wajahnya. “Aku jadi berpikir temanmu yang minta bantuanmu tidak semuanya berhasil?”

“Tidak! Semua yang kubantu justru berhasil!”

“Ah, berarti kau saja yang bodoh tak bisa mengaplikasikannya di kehidupanmu sendiri?”

Hyo Na menatapnya tak terima lalu ia bangkit berdiri untuk menatap Leeteuk dengan kesal, “Kau juga, kan? Kau bisa menebak apapun dariku, mungkin orang lain juga. Tapi kau tak bisa menebak perasaan apa yang ada pada Ha Ni, kan? Iya, kan?”

Leeteuk dan Hyo Na akhirnya sama-sama tersentak. Hyo Na tersadar karena baru saja membentak Leeteuk, sedangkan Leeteuk tanpa sadar membenarkan tudingan Hyo Na. Hening menyapa keduanya. Hyo Na pelan-pelan berjalan mendekati bangku lalu mendudukan dirinya di sisi yang agak pinggir, berusaha menghindari Leeteuk yang masih sibuk dengan pikirannya.

“Maaf.” Ucap keduanya bersamaan.

Keadaan jadi lebih canggung, Hyo Na dan Leeteuk jadi sama-sama saling melihat dan akhirnya tersenyum maklum. Hyo Na yang lebih muda akhirnya kembali berdiri dan meminta maaf dengan benar; menundukan dirinya lebih dalam dan hal ini jadi membuat Leeteuk merasa kikuk karena gadis muda itu hampir menarik perhatian orang-orang di taman yang menatap mereka dengan pandangan yang heran.

Jadi, Leeteuk menarik lengan gadis itu untuk duduk di tempatnya dan Leeteuk pun meminta maaf karena sikapnya yang—baru disadari—kekanakan. Hyo Na hanya menanggapinya dengan senyuman kecil. “Tapi, kenapa kita harus minta maaf ya?” Tanya Hyo Na kemudian merasa jika perilaku mereka amat sangat konyol.

Leeteuk yang mendengarnya menggelengkan kepala, “Entahlah? Kali ini otak dewasaku tidak bisa diajak bekerja sama mencari jawaban.” Dan atas jawaban itu Hyo Na tertawa kecil.

“Tapi, Hyo Na-ssi, apa yang kau katakan tadi ada benarnya juga. Aku dewasa dan…” Hyo Na menyeringai menunggu lanjutan keraguan perkataan Leeteuk. “Baiklah. Dari segi umur, aku memang sudah tua, tapi… Aku harus mengakui kalau aku juga tak bisa sepaham itu. Maksudku, mengenai perasaan Ha Ni yang tak tertebak.”

Hyo Na tersenyum mendengarnya, “Jadi?” Tanyanya kemudian yang membuat Leeteuk mengernyit heran. “Jadi? Maksudmu?” Tanya balik Leeteuk yang membuat Hyo Na tertawa dan kembali meledek Leeteuk dengan sebutan ‘tua’.

“Kapan kau akan meluruskan masalahmu?” Tanyanya lebih jelas dan membuat Leeteuk memandang ke depan. “Secepatnya. Aku pikir, tak baik untuk mengabaikan perasaan seseorang.” Hyo Na yang mendengarnya tersenyum sumringah sambil memuji sikap gentleman Leeteuk.

“Kau bagaimana? Dan… sebenarnya apa masalahmu dengan Dong Hae?”

Hyo Na jadi meringis kecil mendengarnya, ia menyandar di punggung bangku lalu tersenyum memikirkan pertengkaran kecil antara Dong Hae. “Hanya masalah anak muda,” Leeteuk mendengarnya jadi mendengus, “Mungkin aku hanya salah paham atau sebenarnya kami yang sama-sama salah paham?”

“Aku tak mengerti?”

“Sama. Aku juga tak mengerti kenapa akhirnya kami bertengkar?”

Leeteuk mengernyit, benar-benar tak paham. “Semoga cepat selesai masalahmu yang tak jelas itu!” Hyo Na yang mendengarnya tersenyum kecil.

Hening menyapa keduanya, langit semakin menggelap, Hyo Na memeriksa jam pada ponselnya. “Aku harus pulang.” Katanya yang membuat Leeteuk menganggukan kepala.

“Pulang sana! Dan…” Leeteuk berhenti berbicara dan memperhatikan Hyo Na yang berdiri. “Biasakan memakai celana yang cukup bahan, Nona Muda!” Dan atas perkataan itu Hyo Na tersenyum malu.

“Aku pulang!” Pamit Hyo Na.

Punggung kecilnya terlihat menjauh, Leeteuk memperhatikan hingga benar-benar menghilang seakan memastikan gadis itu tidak akan diambil orang lain ketika jauh dari pengawasan Leeteuk lalu setelah benar-benar hilang ia menerawang langit gelap sambil memikirkan perkataan Hyo Na. Dan setelah memutuskan langkah apa yang akan ia ambil, ia tersenyum kecil teringat perkataan Hyo Na, “Ck, benar-benar kekanakan.”

Tangannya merogoh saku, ponselnya pun ia hidupkan dan nama kontak Kim Ha Ni yang menjadi pilihannya untuk ia hubungi.

Yeoboseyo, Ha Ni-ya? Umm, bisakah malam ini kita bertemu?”

.

.

.

The End

Umm, minim konflik? Rada gaje? :3 umm, endingnya juga buat gregetan? Tapi, ya, silahkan kalian pikirkan gimana kelanjutan hubungan Leeteuk-Ha Ni dan Hyo Na-Dong Hae, heheheh xD

Hollaaa~~ Rien Rainy is back! Yahuuuy~ mungkin tahun ini adalah tahun emasnya buat Rien. *eeaaakkk :v*

 

 

Rien juga berharap kalian (re: kalian para readers lama dan baru) bisa ‘say hello’ dan kangen-kangenan *lah emangnya kamu siapa Rien? ._.?* dan kalo belum pada kenal… Marilah bermain-main ke blog Rien untuk bertegur sapa dan menemukan bahan bacaan baru di sana (re: gapapa ya Rien promosi di sini? :3), okey! (re: kalian bisa kunjungi web ini ^^ http:///riechanieelf.wordpress.com/)

Dan berhubung ini ff pertama di tahun ini, Rien harap sambutan kalian juga semeriah Rien, ne! ^^

Jadi… Jangan lupa untuk meninggalkan kritik dan saran yang berguna agar Rien bersemangat dan bahagia saat menulis fanfict! ^^

 

Comment's Box