Nekko, You’re Mine!

Nekko-ya, Neon Naekkeoya!
(Nekko, You’re Mine!)

 

Author: Zaskia Aruni M (Cia)
Title: Nekko-ya, Neon Naekkeoya! (Nekko, You’re Mine!)
Tag (tokoh): Yesung, Leeteuk, Han Nekko (OC)
Genre: Romance, Comedy, Happy Ending
Rating: PG-13
Length: One Shot

 

“Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru dari Seoul.”

“WOOOOOO!!”

Seonsaengnim[1]! Murid barunya laki-laki atau perempuan?”

“Hmm… Laki-laki”

“Kyaaaaaaa!!”

Suara-suara itu menghiasi kedua telinga si murid baru yang sedang berdiri di depan pintu sebuah kelas, bersiap untuk memperkenalkan dirinya di depan semua calon teman-teman sekelasnya itu. Ia tidak peduli dengan tanggapan mereka tentang dirinya nanti, karena pergi ke sekolah ini pun ia sudah tidak ada niat sama sekali.

Cerita singkatnya, kedua orang tua si murid baru membeli sebuah perkebunan besar di desa ini, dan mereka memilih untuk pindah. Pada akhirnya si murid baru sebagai anak, terpaksa pindah sekolah dan menghabiskan masa-masa SMA nya disini, sebuah desa yang jauh dari kota. Menurutnya ini adalah mimpi terburuk yang menjadi kenyataan.

Ia merutuki dirinya sendiri dengan kenyataan yang mau tak mau harus ia hadapi.

“Silahkan masuk!” Sahut sonsaengnim dari dalam kelas.

Dengan malas si murid baru masuk dan berdiri di depan kelas. Seperti yang ia duga, semua orang memandang nya dengan mata yang berbinar.

“Baik, silahkan perkenalkan dirimu sendiri.” Sonsaengnim itu memberikannya sepotong kapur putih.

예성[2]

“Namaku Yesung, mohon bantuannya, terima kasih.”

“OOOOOO~” Seluruh murid di kelas mulai mengeluarkan suara-suara yang aneh.

“Kenapa namamu Yesung? Bagaimana dengan nama panjangmu?” Seorang murid perempuan berkepang bertanya dengan dialek yang aneh.

“Karena aku lebih suka dipanggil dengan nama itu.” Jawabnya singkat, ia tidak suka apabila orang yang tidak ia kenal memanggilnya dengan nama aslinya.

“Baiklah Yesung, silahkan pilih bangku yang kosong.”

Yesung memandang beberapa bangku yang kosong, kemudian melihat orang yang duduk di sebelahnya. Ia tidak mau menghabiskan 1 tahun duduk dengan orang yang salah.

Ada tiga bangku kosong di barisan belakang, bangku yang pertama kursinya terlihat kotor, sedangkan bangku yang kedua sebelahnya di duduki oleh seorang murid yang tertidur dengan air liurnya, dan bangku kosong yang terakhir sebelahnya diduduki oleh seorang perempuan yang sedang memandang keluar jendela, satu-satunya orang yang tidak acuh melihat kedatangan Yesung tadi.

“Disitu.”

Yesung menunjuk bangku kosong yang terakhir. Tiba-tiba semua orang yang ada di kelas itu membulatkan matanya, entah karena apa.

“Ah, lebih baik kau duduk di sebelah ketua kelas saja ya. Dulu dia pernah tinggal di kota, siapa tahu ia bisa membantu mu beradaptasi disini.” Sahut seonsaengnim itu.

‘Kenapa sonsaengnim itu seperti melarangku duduk di bangku itu? Dan ia malah membuat ku duduk dengan seorang ketua kelas. Biasanya kan ketua kelas itu kutu buku, lebih baik aku duduk di sebelah perempuan itu.’ Batin Yesung.

“Yoon Jae! Kau pindah kebelakang ya, biar Yesung yang duduk di situ!” Yesung semakin bingung dengan keanehan ini, seonsaengnim itu malah memindahkan murid bernama Yoon Jae ke belakang.

Pada akhirnya Yesung pun duduk di sebelah ketua kelas yang ternyata tidak seburuk yang ia kira.

“Hai, namaku Leeteuk!” Sahut si ketua kelas.

“Halo.”

“Semoga kau betah di sini ya!” Balas si ketua kelas dengan bersemangat

“Semoga saja. Kudengar kau pernah tinggal di kota juga?”

“Iya, aku lahir di kota, dan ketika umurku 2 tahun aku pindah ke sini, hehehe” Dia tertawa dengan suara yang unik.

Teng! Teng! Teng!

Bel istirahat makan siang berbunyi.

“Kau membawa makan siangmu?” Tanya Leeteuk, Yesung pun mengangguk.

“Berani bertaruh kau pasti merasa risih bila makan siang dengan mereka.” Yang Leeteuk maksud adalah murid-murid di sekeliling mereka yang matanya mulai berbinar memandang Yesung dan tersenyum sambil memegang kotak makan siang mereka. Pemandangan yang mengerikan.

“Ayo!” Leeteuk menarik Yesung ke luar kelas menuju taman yang hijau dan terdapat banyak pohon rindang.

“Disini saja ya.” Leeteuk tersenyum dengan lesung pipinya.

Ketika Yesung sedang melihat-lihat lingkungan di sekitarnya, ada seseorang yang menarik perhatiannya. Ia melihat seorang perempuan yang sedang berkacak pinggang di depan seorang laki-laki yang menunduk 90 derajat.

“Oh? Itu anak yang ada di kelas kita kan?” Yesung menunjuk perempuan itu. Perempuan yang tadi hampir saja jadi teman sebangkunya.

“Shh! Jangan di tunjuk!”

“Kenapa?

“Dia itu perempuan yang di segani satu sekolah! Jangan macam-macam dengannya!” Leeteuk memandangi murid laki-laki yang masih menunduk 90 derajat itu dengan iba.

“Tapi dia tidak terlihat seperti perempuan berandalan tuh.”

“Memang, tapi sekalinya ada seseorang yang macam-macam dengannya, dia akan mengeluarkan tatapan mematikannya!” Jelas Leeteuk dengan ekspresi yang berlebihan.

“Masa sih? Lalu apa yang terjadi kalau kita ditatap olehnya?”

“Kau akan merasa organ-organ tubuhmu terlepas dari tempatnya dan jatuh sampai ke kakimu!”

‘Oke itu berlebihan’ batin Yesung.

“Siapa namanya?”

“Han Nekko.”

“Hah? Kucing?[3]

“Ssssh! Nanti terdengar! Tapi jangan berani-berani memanggilnya dengan nama pendeknya saja ya!”

Yesung manggut-manggut sambil menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya, sedikit demi sedikit ia mempelajari keadaan sekolah barunya ini.

Eomma[4], aku pulang!” Yesung melepas sepatu di depan pintu dan menggantinya dengan sandal rumah.

“Oh, sudah pulang ya, bagaimana tadi di sekolah?” Tanya eomma.

“Hmm, aneh, menarik, yah begitulah.” Yesung menjawab seadanya, meskipun sebenarnya ia merasa 90% aneh.

“Hey, bantu eomma berikan pai apel ini ke tetangga sebelah dong.”

“Tetangga? Kukira rumah di desa saling berjauhan?”

“Memang, tapi tetangga sebelah itu keluarga yang membantu kita mengurus kebun ini, jadi rumahnya dekat dengan kita. Sebetulnya sih banyak keluarga yang membantu mengurus kebun ini, tapi sekarang pai itu untuk keluarga Han saja dulu.”

“Kenapa bukan Jong Jin saja yang mengantarkan pai nya?” Jong Jin adalah satu-satunya adik laki-laki Yesung. Yesung terlihat malas untuk mengantarkan pai itu, di tambah lagi ia malas berurusan dengan orang-orang di desa ini.

“Jong Jin kan belum pulang sekolah! Sudah cepat sana antarkan pai apel ini!”

Pada akhirnya pai apel itu sudah berada di tangan Yesung, dengan malas ia mengantarkannya ke rumah sebelah.

‘Dimana belnya? Ah iya disini tidak ada bel.’ Gerutu Yesung dalam hati.

Annyeonghaseyo[5]!”

Tidak ada jawaban.

Annyeonghaseyo!!!”

“Tunggu sebentar! Sabarlah sedikit!”

Sebelum Yesung sempat menggerutu di dalam hatinya lagi, seorang perempuan yang terlihat sangat familiar keluar dari rumah itu.

“Hah? Si kucing?” Yesung bergumam kecil, beruntung ucapannya tidak di dengar oleh Han Nekko.

“Siapa ya? Ada perlu apa?”

‘Siapa ya?! Dalam kurun waktu kurang dari sehari ia sudah lupa denganku?!’ Batin Yesung.

“Kau tidak ingat denganku? Aku anak baru di kelas, aku tinggal di samping rumah mu.”

“Ah, aku ingat, si nama aneh itu kan?”

Yesung memandang Han Nekko dengan tatapan tidak percaya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan perempuan ini. Yesung berusaha menenangkan emosinya dan berusaha mengeluarkan senyum palsunya.

“Nekko-ssi[6], ini ada pai apel dari keluarga ku. Sebagai tetangga baru, mohon bantuannya ya.” Nada suara Yesung di buat setenang dan sebaik mungkin.

“Oke, terima kasih.” Han Nekko menerima pai apelnya kemudian pergi dari hadapan Yesung kurang dari 1 menit. Ini alasan mengapa Yesung malas berurusan dengan orang-orang di sekelilingnya, orang-orang aneh dan tidak biasa.

Ketika Yesung baru saja membalikan badannya, di hadapannya sudah ada seorang wanita berumur lebih dari 30 tahun, menatapnya dengan mata yang berbinar.

Ada apalagi ini… Gerutu Yesung dalam hati.

OMO![7] Ini pertama kalinya Nekko membawa teman ke rumahnya!” Dalam sekejap Yesung sudah di seret masuk kedalam rumah keluarga Han.

“Nekko-ya[8]! Buatkan minuman untuk temanmu!

“Namamu siapa nak?” Tanya ahjumma[9] yang menyeretnya masuk ini.

“Y, Yesung” Jawab Yesung yang masih shock karena diseret masuk.

Eomma! Kenapa kau membawanya masuk?”

“Cepat sana, buatkan minuman! Nekko-ya, eomma pergi lagi ya, appa[10] meninggalkan makan siangnya di rumah.” Dan dalam sekejap eommanya Nekko sudah pergi lagi, meninggalkan Yesung dan Nekko di rumahnya berdua.

“Kalau kau ingin pulang, pulang saja. Aku sedang sibuk.” Nekko menghela nafasnya.

“Aku bosan dirumah, aku di sini saja. Tidak apa-apa kan, Nekko-ya?” Yesung menekan nada bicaranya di bagian terakhir.

“YA! Siapa suruh memanggilku dengan seperti itu?!”

“Kenapa? Aku tetangga mu juga teman sekelasmu, tidak apa-apa kan Nekko-ya?” Sahut Yesung dengan suara jahilnya.

“AH! TERSERAHLAH, KAU ITU ANEH! Aku sedang sibuk mencari sesuatu, kau diam di sini saja ya!”

“Bagaimana dengan minumanku?”

“Tidak ada minuman untukmu!”

Nekko mulai berputar-putar dirumahnya, ia sedang mencari sesuatu yang sepertinya sangat penting.

Ketika Yesung mulai bosan memperhatikan Nekko, tiba-tiba Yesung melihat sesuatu yang terselip di bawah sofa. Ketika ia ambil, benda itu adalah buku yang ternyata diary nya Nekko. Ini lah benda yang di cari Nekko sampai mengaduk-aduk isi rumahnya sejak tadi.

‘Diary? Jaman sekarang masih ada yang menulis diary di buku?’ Batin Yesung. Ketika ia membuka halaman pertama, ia melihat tulisan besar dan tebal.

 네꼬
이 책이 내거야![11]

Han Nekko
Buku ini milikku!

Dengan acak Yesung membuka diary nya. Tanpa di sangka-sangka isinya penuh dengan nama…

LEETEUK.

‘Ternyata si kucing punya sisi perempuan juga ya, dia benar-benar menyukai si ketua kelas! Kasihan, cinta yang bertepuk sebelah tangan.’

Yesung tertawa dalam hati, mengingat ekspresi Leeteuk ketika bercerita tentang Nekko. Yesung mengeluarkan ponselnya dari saku, kemudian memotret beberapa lembar isi diary Nekko, siapa tahu perlu.

“Nekko-ya!”

Nekko tidak menjawab, ia malah sibuk sendiri.

“EH ADA LEETEUK TUH!”

DUK!

“AAAAAW SAKIT!!”

Kepala Nekko terbentur meja ketika ia sedang mencari di bawah meja.

“Apa kau bilang?!” Tanya Nekko yang kepalanya masih terasa pusing.

“Hehe, kau mau aku bantu supaya bisa dekat dengan Leeteuk?” Yesung tertawa jahil, perlahan ia memperlihatkan buku diary Nekko yang sedang ia pegang. Otomatis kedua bola mata Nekko membulat dan mulutnya menganga tidak percaya.

“I, I, I, itu bukan punyaku!”

“Oh bukan punyamu ya… Apa di rumah ini ada orang lain yang bernama Han Nekko?” Yesung membuka halaman pertama yang tadi terpampang besar dan tebal nama pemilik buku itu, kemudian ia menunjukannya kepada Nekko.

“YA! NAMA ANEH, KEMBALIKAN!”

“Nama aneh?! Sampai sekarang kau belum juga hapal namaku?!” Yesung beranjak dari sofa. Ketika melihat emosi Nekko yang nyaris sampai ke ubun-ubun otomatis Yesung berlari keluar dari rumah Nekko.

“YA! KEMBALIKAN SEKARANG JUGA, YEMIN!”

“Yemin? Siapa itu Yemin?” Ia berlari sekencang mungkin ke kebun milik orang tuanya yang luas itu. Dari belakang Nekko mengejarnya jauh lebih kencang, seakan-akan ada api yang membara sebagai backgroundnya. Ketika jarak Yesung dan Nekko semakin mendekat, Nekko menyergap Yesung sampai terguling-guling di bukit.

“KEM. BA. LI. KAN!”

Saat ini posisi Yesung sudah tak berdaya. Tubuhnya diduduki, rambutnya di jambak sampai ia tidak bisa bergerak sama sekali, dan yang terakhir Nekko menatap mata Yesung dengan tatapannya yang menusuk. Yesung melepaskan diary Nekko yang ada di tangannya karena kesakitan.

“Yemin! Lupakan semuanya atau aku akan membenturkan kepalamu sampai ingatanmu hilang!”

“Eish, namaku Yesung! Nekko, lepaskan aku dulu, kita bicara baik baik.”

Nekko melepaskan Yesung perlahan-lahan, namun tatapan tajamnya masih terkunci ke mata Yesung.

“Aku janji tidak akan memberi tahukannya pada siapapun. Lagipula dengan membeberkan rahasiamu aku tidak akan mendapatkan apapun.”

“Kau janji?” Emosi Nekko perlahan-lahan menurun.

“Hmm… dengan alasan… kau harus menuruti semua kata-kataku!”

“Apa kau bilang?!”

“Hanya selama seminggu, deal?”

“Tidak mau!”

“Terserah sih, kau mau aku memberi tahu Leeteuk atau menuruti perkataanku selama seminggu?”

Nekko berpikir sejenak dengan perasaan campur aduk, yang pasti ia sangat kesal dengan Yesung.

“Argh! Kau itu ya… MENYEBALKAN!”

Nekko mengacak-acak rambutnya kesal dan bangkit dari duduknya di ikuti oleh Yesung yang tertawa puas. Entah apa yang mendorong Yesung untuk berbuat seperti ini.

“Baiklah, kita deal ya?” Yesung mengulurkan tangan kananya, tidak lama kemudian Nekko menjabat tangan Yesung dengan kasar.

“Perintah pertama! Kau kesekolah menggunakan sepeda kan? Sepedaku belum bisa di kirim ke sini sampai minggu depan, jadi selama seminggu kau harus mengantarku pergi dan pulang sekolah, oke?” Yesung pergi meninggalkan Nekko yang masih terbengong-bengong, berusaha mencerna semua yang terjadi padanya dalam kurun waktu kurang dari satu hari.

“KAU MENYEBALKAN YESUNG!”

Yesung membalikan badannya dan tersenyum.

“Syukurlah kau sudah bisa mengingat namaku! Kau itu anak yang menarik, Han Nekko!” Teriak Yesung dari kejauhan, kemudian ia kembali berbalik dan berjalan meninggalkan Nekko yang terbengong-bengong sendiri.

‘Apa dia bilang?! Menarik? Seumur hidup belum pernah ada yang menyebutku sebagai anak yang menarik? Cemoohan seperti ‘Monster’, ‘Mata pisau’, dan sebagainya sudah sering ku dengar. Tapi, menarik…?! Dia buta atau gila?

Tanpa Nekko sadari, ia memikirkan kalimat yang tadi di ucapkan Yesung. Kalimat itu terus mengulang-ulang di kepalanya, terutama pada bagian ‘Kau itu anak yang menarik Han Nekko!’. Nekko tidak tahu dengan apa yang sedang di rasakannya saat ini, ia merasa perasaannya bercampur aduk, complicated.

Hyung[12]! Cepat bangun!” Jong Jin berusaha untuk membangunkan Yesung.

“Kenapa?” Gerutunya dengan mata yang masih tertutup.

Yeoja chingu[13] mu sudah datang tuh! Cepat bangun!”

“Hah?” Yesung mulai membuka matanya karena ia merasa ada yang salah, atau ia lupakan.

Hyung, yeoja chingu mu cantik ya, imut! Tapi keliatan sedikit jutek.” Sahut Jong Jin yang sudah siap pergi ke sekolah.

“Ya Tuhan, aku lupa! Han Nekko!” Otomatis Yesung bangun dan langsung melesat pergi menuju kamar mandi. Jong Jin tertawa melihat kelakuan kakaknya, ia pun mulai penasaran tentang hubungan kakaknya dengan perempuan yang menjemput kakaknya itu. Jong Jin pun berjalan menuju teras rumah dan duduk di samping Nekko yang sedang bosan menunggu Yesung.

Noona[14]! Sejak kapan sih kalian berpacaran?” Tanya Jong Jin dengan senyum lebarnya.

“Pacaran? Mana mungkin aku berpacaran dengannya?! Dia itu orang paling menyebalkan yang pernah aku temui! Aku menjemputnya karena dia menjebakku!” Protes Nekko.

“Hahaha, sudah kuduga… Tapi noona, menurutku kau itu masuk ke dalam tipe idealnya Yesung hyung.”

“Maksudmu?”

“Yah, biasanya sih dia tertarik pada perempuan seperti noona. Apa dia pernah menyebutmu menarik?” Jong Jin tertawa kecil, Nekko pun terbengon-bengong dengan perkataan Jong Jin.

Jong Jin dan Nekko mengobrol banyak sekali, beberapa kali mereka membicarakan Yesung. Mereka seperti sudah sangat dekat, bahkan mereka beberapa kali tertawa terbahak-bahak bersama. Ketika Yesung melihat pemandangan itu ia merasakan sesuatu yang menggelitik dirinya, ia merasa ingin berada di posisi Jong Jin dan mengobrol dengan Nekko seperti itu. Yesung merasa aneh.

“Nekko-ya! Ayo!” Tanpa aba-aba Yesung menarik Nekko yang masih mengobrol dengan Jong Jin.

“Ya! Aku masih mengobrol dengan adikmu!”

“Kita sudah terlambat, ayo!”

“Argh, yasudah! Jong Jin-ah annyeong[15]! Besok kita ngobrol lagi ya.”

Ne, noona!” Jong Jin melambaikan tangannya.

“Kau yang menyetir ya!” Sahut Yesung.

“Lho? Harusnya kan kau yang memboncengku!”

“Sudah lah kau saja! Aku bisa naik sepeda, tapi… aku tidak bisa membonceng orang.” Yesung mengatakannya dengan perlahan karena malu. Nekko yang mendengarnya tertawa lebar.

“Sudahlah ayo!”

Pada akhirnya Nekko dan Yesung pergi ke sekolah berdua menggunakan sepeda.

“Ya! Ya! Apa kau lihat tadi?! Si anak baru pergi bersama si monster!”

“Hah? Anak baru yang dari Seoul itu? Dengan Han Nekko? Kau serius?!”

Bisikan-bisikan seperti itu pun banyak terdengar di seluruh sekolah. Entah itu di kelas, di lorong, di toilet sekali pun mereka membicarakan tentang pemandangan teraneh yang pernah mereka lihat.

“Yesung!” Leeteuk berteriak dari dalam kelas ketika Yesung baru saja menginjakkan kakinya di kelas. Akhirnya Yesung duduk di mejanya dan tanpa aba-aba semua murid di kelas mengelilingi Yesung.

Ketika semua sedang heboh untuk bertanya pada Yesung tentang kejadian yang baru saja terjadi itu, Nekko berjalan masuk kedalam kelas dan duduk di bangku belakang tempat ia biasa duduk, tak ada satu orang pun yang menyadari kedatangan Nekko.

“Yesung-ah, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa datang bersama… dia?” Tanya Leeteuk, beberapa orang ikut mengangguk setuju.

“Memangnya kenapa? Aku datang bersamanya karena dia tetanggaku, ada yang salah?” Jawab Yesung polos.

“Bukankah kemarin kau sudah melihat sendiri dia itu orang yang seperti apa?” Yang Leeteuk maksudkan adalah Nekko.

“Jangan-jangan kau dipaksa olehnya?” Tanya seseorang dari samping kirinya.

“Dipaksa? Aku sendiri kok yang memintanya pergi sekolah bersamaku. Memang aku yang ingin!” Yesung menekankan kalimat terakhirnya. Yesung tidak menyangka teman-teman sekelasnya ini memperlakukan Nekko dengan tidak baik sampai menuduh hal yang tidak benar seperti itu. Semua orang pun terdiam dengan perkataan Yesung.

Begitu pula dengan Nekko, sejak tadi ia tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Tapi setelah mendengar perkataan Yesung, ia sendiri pun kaget. Pertama kalinya ia diperlakukan seperti itu. Mau tak mau Nekko mendengarkan obrolan mereka dengan seksama.

“Aku memintanya untuk pergi bersama ku karena aku malas berjalan ke sekolah, jaraknya cukup jauh dan sepeda ku baru dikirim minggu depan, hanya karena itu! Kalian puas? Sudah sudah semuanya bubar, aku sesak!” Pada akhirnya semua orang yang mengerubuni meja Yesung dan Leeteuk kembali ke bangkunya masing-masing.

‘Oh, jadi karena itu… Hahaha, memang sejak awal alasannya seperti itu kan. Tapi, kenapa aku merasa… kecewa? Ini aneh…’

Batin Nekko yang tanpa sadar memperhatikan punggung Yesung terus menerus.

Selama beberapa hari ini mereka pulang dan pergi bersama-sama, semua orang masih sering memandang mereka dengan tatapan aneh dan tidak percaya. Selama dua hari ini pun perasaan Nekko terombang-ambing, ia tidak tahu kenapa tapi ia merasa senang ketika ia berada di dekat Yesung. Dan yang paling aneh adalah, kebiasaannya yang berubah. Nekko biasanya memperhatikan punggung Leeteuk ketika pelajaran, tapi sekarang ia malah memperhatikan punggungnya Yesung yang berada di sebelah kanan Leeteuk.

Teng! Teng! Teng!

Bel pulang sekolah pun berbunyi.

“Nekko-ya! Tunggu aku!” Yesung mengejar Nekko yang sudah berada di depan gerbang sekolah.

“Kenapa aku harus menunggumu?”

“Karena… LEETEUK!!!” Yesung tiba-tiba berteriak sekencangnya.

“YA!” Otomatis Nekko menutup rapat-rapat mulut Yesung.

“Karena itu kau harus menungguku, Nekko-ya!” Jawab Yesung, dengan nada yang, bagi Nekko, memuakkan. Akhirnya Yesung dan Nekko pulang dengan sepeda seperti tadi pagi.

“Nekko-ya?”

“Apa?”

“Hari ini sepulang sekolah, apa kau ada acara?”

“Tidak, memangnya kenapa?”

“Kau mau jalan-jalan di kebun bersamaku tidak?”

Nekko tidak menjawab. Ia sedang berpikir mengapa jantungnya tiba-tiba berdebar seperti ini.

“Nekko-ya?” Panggil Yesung.

“Hanya jalan-jalan?”

“Tidak, ada hal lain yang ingin aku lakukan denganmu.”

“M, maksudmu? Hal lain apa?” Ucapan Nekko sedikit terbata-bata.

“Rahasia! Kau ganti baju santai setelah itu kita langsung pergi.” Jawab Yesung.

Tak lama kemudian mereka sampai di rumah masing-masing dan Nekko segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesung, entah kenapa Nekko merasa bersemangat. Ia memilih baju manis nya dan segera menunggu Yesung di depan rumah.

“Nekko-ya!” Panggil Yesung dari depan pagar rumahnya, Nekko tersenyum.

“Kenapa kau memakai baju seperti ini?” Tanya Yesung sambil melihat penampilan Nekko dari atas sampai bawah.

“M, memangnya kenapa?”

“Kubilang kan baju santai, kau akan membantuku memanen sayur di kebun!”

Nekko merasa sangat malu, ia merasa terbodohi.

“Kau kira kita mau apa di kebun? Hahaha…” Tanya Yesung dengan nada mengejek.

Perasaan Nekko semakin bercampur aduk, ia merasakan kesal, sedih, malu, semua bercampur menjadi satu.

“Aku tidak bisa, aku sibuk!” Nekko marah dan kembali kedalam rumahnya lalu menutup pintu rumahnya rapat-rapat.

“Ayolah Nekko-ya! Aku diminta eomma untuk membantu appa di kebun! Sedangkan aku tidak terbiasa melakukan hal seperti memanen, bantu aku ya! Tolong lah…” Yesung terdengar bersungguh-sungguh dan itu membuat Nekko kembali berpikir. Ia merasa dirinya lah yang bodoh, kenapa ia menyimpulkan sesuatu terlalu cepat? Kenapa ia menginginkan hal yang lebih? Kenapa perasaannya akhir-akhir ini tak menentu? Nekko menyalahkan dirinya sendiri, dan pada akhirnya Nekko memilih untuk membantu Yesung. Apa salahnya membantu tetangga?

“Yasudah, tunggu sebentar!” Sahut Nekko dari balik pintu. Nekko merasa kesal dengan jantung dan perasaanya yang akhir-akhir ini berubah menjadi tak menentu.

“Nekko-ya! Sudahan yuk, aku lelah!” Sahut Yesung yang sudah bercucuran keringat meskipun Nekko yang lebih banyak memanen.

“Oke! Paman, Nekko sama Yesung istirahat ya, tidak apa-apa kan?” Sahut Nekko pada appanya Yesung yang saat itu juga sedang memanen bersama-sama.

“Nekko-ya, kalau mau minum kau bisa ambil di box itu, dingin kok!” Jawab appanya Yesung. Tanpa aba-aba Yesung langsung berlari menuju box minuman itu.

“YA! Aku hanya menawarkan minuman pada Nekko, bukan padamu!” Seru appa pada Yesung yang sudah menegak satu kaleng minuman karena kelelahan.

Appa! Hanya aku yang boleh memanggil Nekko dengan akhiran –ya!” Teriak Yesung.

“Kenapa?” Tanya appa.

Geunyeoneun naekkeoya[16]!” Yesung berteriak dengan lantang pada appanya yang berjarak agak jauh darinya, appa pun tertawa lebar.

Ketika mendengar perkataan Yesung tadi, otomatis Nekko memukul bahu Yesung dengan agak keras. Nekko merasa kaget dengan perkataan Yesung tadi dan sekarang ia merasa jantungnya berdetak tidak beraturan, pipinya pun terasa memanas. Dengan bodohnya Nekko menganggap ini hanya karena matahari yang bersinar terik dan kelelahan. Akhirnya Nekko menegak banyak minuman untuk menenangkan dirinya.

Setelah itu Nekko dan Yesung pun pulang ke rumah masing-masing.

“Nekko-ya, ada apa denganmu?” Tanya eomma nya Nekko.

Sedari tadi Nekko terlihat tidak bersemangat, ia malah diam terduduk dengan memeluk kakinya. Ia menggenggam sebuah pulpen di tangannya, dan di depannya terdapat buku diary yang sewaktu itu Yesung pergunakan untuk menjebak dirinya. Biasanya Nekko langsung menulis apa yang ingin ia tulis di diary nya, entah itu tentang Leeteuk, atau cerita tentang apa yang sehari tadi ia lewati. Tapi sekarang Nekko bingung harus memulai dari mana, satu kata yang ada di kepalanya saat ini adalah, YESUNG. Nekko tidak ingin menulis apapun tentang Yesung di buku diary nya, tapi Nekko tidak bisa melupakan kejadian di kebun tadi.

“Aku tidak apa-apa. Eomma, boleh aku bertanya sedikit?” Eomma pun tersenyum mendengar perkataan Nekko.

“Banyak pun tidak apa-apa, sayang.” Jawab eomma dengan ramah.

“Jadi begini, seperti yang eomma tau, aku punya seseorang yang kusukai. Tapi akhir-akhir ini ada orang lain yang selalu menggangguku, awalnya dia selalu memperlakukanku dengan baik, tapi setelah itu dia pasti berbuat jahat lagi padaku dan itu sangat mengganggu! Sampai sekarang aku bingung dengan perasaanku, aku benci padanya tapi dia selalu saja bisa membuatku senang, sampai-sampai aku sudah melupakan perasaanku pada orang yang kusukai karena terlalu sering memikirkan orang itu. Aku bingung…”

Eomma tertawa kecil dan menepuk-nepuk kepala anak perempuannya itu, diam-diam eomma mengetahui apa maksud Nekko. Eomma tau ia sedang bercerita tentang Leeteuk dan Yesung. Leeteuk sebagai orang yang Nekko sukai dan Yesung sebagai orang lain yang selalu mengganggunya.

“Kau itu punya cerita cinta yang menarik ya… Lama-lama juga kau akan tahu siapa yang menurutmu lebih baik, kau hanya tinggal menunggu sebentar lagi.” Eomma tersenyum jahil.

Nekko hanya mengangguk-angguk meskipun ia merasa nasihat eommanya kurang menjanjikan.

“Psst! Dia datang, dia datang! Ayo kabur!”

Pagi ini Yesung dan Nekko pergi bersama seperti biasa, pagi terakhir perjanjian Yesung dan Nekko. Setelah hari ini Nekko sudah bebas dari Yesung, ia tidak perlu menuruti semua perkataan Yesung lagi. Nekko yang sedang berjalan menuju lokernya mendengar suara derap kaki berlarian di lorong sekolah. Ketika ia sampai di depan lokernya, ia melihat pintu lokernya kotor di coret-coret dengan spidol papan tulis, cat, dan sebagainya. Kemudian ia membaca tulisan paling besar.

JANGAN DEKATI YESUNG!

Kurang lebih tulisannya seperti itu. Ketika ia buka, isi lokernya sudah penuh dengan berbagai cairan. Ada air, lem, cat, dan lain-lainnya. Mereka memasukannya lewat ventilasi loker, walaupun kecil tapi untuk memasukan cairan cukup mudah. Nekko memandang iba buku-buku nya yang basah dan lengket.

“Kalian sedang apa?!” Suara Yesung mengagetkan Nekko yang sedang mencari ide bagaimana membersihkan lokernya. Nekko melihat ke arah suara, dan ternyata di sana sudah ada Yesung dan 5 orang perempuan yang sedang menunduk malu.

“Kalian berlima kan yang mengotori loker Nekko?” Sahut Yesung tegas, tapi mereka tidak menjawab.

Karena tadi Nekko dan Yesung pergi bersama, ia juga melihat loker Nekko yang berantakan. Yesung pun segera mencari biang keroknya sebelum kabur terlalu jauh dan ia melihat kelima perempuan ini yang sedang mengintip Nekko dari balik tembok.

“Cepat bersihkan lagi semua omong kosong ini!” perintah Yesung, Nekko pun tertegun dengan apa yang Yesung lakukan.

“Jangan dekati Yesung? Tch, kalau ingin mencorat-coret tulislah fakta. Nekko itu tidak pernah berniat untuk mendekatiku! Aku hanya mempergunakannya untuk mengantarku kesekolah dan membantuku, maka dari itu ia sering berada di dekatku.”

“Mempergunakanku? Kau kira aku barang?!” Nekko menatap Yesung dengan tatapan tajamnya, dan Yesung berani bersumpah ia melihat mata Nekko berkaca-kaca.

Nekko berlari pergi meninggalkan Yesung dan kelima perempuan yang juga kaget dengan tatapan mata Nekko.

“Bodoh… Aku ini bodoh!” Gumam Yesung sambil memukul dahinya beberapa kali, bisa terlihat dari mukanya ia sangat menyesal.

“Yesung oppa[17]…” Salah satu dari kelima perempuan tadi memanggil Yesung. Yesung pun menengok padanya.

“Sekalipun kau membencinya, kau tidak boleh berkata seperti itu pada seorang perempuan.” Lanjut perempuan itu. Yesung tahu perempuan itu pasti membenci Nekko, tapi ternyata ia malah membela Nekko, berarti Yesung sudah melakukan kesalahan yang sudah tidak bisa di maafkan.

Yesung menghela nafasnya. “Aku tahu… Kalian berlima! Bereskan loker Nekko sampai bersih, dan aku akan membereskan masalahku dengan Nekko! Sampai bersih ya!” Perintah Yesung pada kelima perempuan itu, kemudian Yesung berlari pergi dan mencari Nekko.

Yesung mencari Nekko sampai ke seluruh ruangan di gedung sekolah tapi ia tidak menemukan Nekko sama sekali, setelah itu ia mencari di halaman luar sekolah yang cukup luas tapi ia tetap tidak menemukan Nekko dimanapun. Yesung akhirnya mencari Leeteuk untuk membantunya.

“Leeteuk! Apakah ada tempat yang tersembunyi di sekolah ini?” Tanya Yesung dengan nafas yang terengah-engah.

“Kau kenapa?” Leeteuk menatap Yesung dengan bingung.

“Cepat jawab! Apa di sekolah ini ada tempat tersembunyi?”

“Ada beberapa yang aku tahu. Kalau tidak salah ada jalan kecil untuk masuk ke atap sekolah.” Jawab Leeteuk.

“Tunjukan jalannya padaku!”

Kemudian Leeteuk menunjukan jalannya pada Yesung. Ia melihat sebuah pintu sebesar kotak selang pemadam kebakaran yang biasanya berwarna merah.

“Lewat sini. Tapi sepertinya sudah ada yang masuk ke sini, pintunya terbuka.”

“Tidak apa-apa, terima kasih ya.” Sahut Yesung, ia pun segera masuk kedalam pintu itu.

“Nekko-ya?”

Trang!

Yesung mendengar bunyi kaleng yang terjatuh, memang ada orang disini.

“Nekko kau ada dimana?!”

Tetap tidak ada jawaban.

“Aku tahu kau ada disini, kau tidak perlu keluar tapi tolong dengarkan aku.”

Sebelum Yesung mengatakan apa yang ingin ia katakan ia menarik nafasnya dalam-dalam.

“Maafkan aku Nekko, aku benar-benar minta maaf. Bukan hanya untuk kejadian tadi, tapi juga untuk selama ini. Dari hari pertama kita bertemu aku sudah membuatmu kesal, maafkan aku. Dan aku tahu beberapa kali aku mengatakan apa yang seharusnya tidak aku katakan, maafkan aku. Aku selalu menyesal setiap kali aku berkata jahat padamu, meskipun aku sudah bertekad untuk tidak mengulanginya lagi tapi tetap saja mulutku mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hatimu. Jujur aku tidak bermaksud untuk menyakitimu, aku mengatakannya karena aku… gugup.” Yesung berhenti dan menarik nafasnya dalam dalam untuk kedua kalinya, masih ada hal yang harus ia katakan.

“Ini rahasia terbesarku, jangan sampai kau sebarkan meskipun kau membenciku seumur hidup. Sebetulnya… aku tidak pandai mendekati seseorang yang aku sukai. Ketika aku ingin berbuat manis untuknya aku malah berakhir menyakitinya, itulah kelemahanku. Tapi hanya kau yang bisa bertahan sampai selama ini meskipun aku beberapa kali menyakiti hati mu dengan perkataanku, dan aku tahu tadi aku sudah kelewatan jadi maafkan aku ya. Kau mengerti maksudku kan?”

Tidak lama kemudian, dari balik tumpukan kayu, Nekko menampakan wajahnya yang terlihat sembab.
“Apa maksudmu?” Tanya Nekko.

Yesung tersenyum, ia merasa senang karena Nekko akhirnya mau menampakkan dirinya. “Kau tidak mengerti? Maksudnya… aku menyukaimu Han Nekko, dasar lamban!”

Nekko membelalakkan matanya, ia terlihat shock dengan apa yang Yesung katakan.

“Aish bodoh! Padahal aku sudah meminta maaf, tapi aku malah menyebutmu lamban. Meskipun kau membenciku, aku tidak apa-apa. Aku sudah sering patah hati karena sifatku yang bodoh dan tidak romantis ini, hahaha.” Yesung tertawa pahit.

“Kau… benar-benar menyukaiku?” Tanya Nekko dengan suara yang kecil Tapi Yesung masih bisa mendengarnya.

Yesung pun mengangguk, “Aku serius.” Jawabnya.

“Kau memang bodoh dan tidak romantis.” Nekko keluar dari persembunyiannya dan sekarang ia berada di hadapan Yesung. “Tapi kau tahu, si bodoh yang tidak romantis itu mengisi kepalaku beberapa hari ini sampai-sampai aku tidak bisa memikirkan hal lain selain dia. Kedatangannya benar-benar mengganggu hidupku. Tapi jujur… aku selalu senang berada di dekatnya. Aku sama sekali tidak terpaksa di suruh untuk melakukan ini dan itu, selama ia berada di dekatku. Aku sendiri jadi bingung, apakah sebenarnya aku yang bodoh?” Lanjut Nekko, mukanya memerah tapi matanya masih menatap mata Yesung dengan malu.

Yesung tersenyum lebar, ia merasa berada di langit ketujuh meskipun sebenarnya ia berada di atap sekolah.

“Kau tidak bodoh.” Yesung berjalan ke arah Nekko kemudian memeluknya erat. Dengan malu-malu Nekko membalas pelukan Yesung.

Saranghae, Nekko-ya[18]” Pelukan Yesung semakin erat.

“Yesung… Sesak…” Bisik Nekko. Yesung tertawa kecil dan melepaskan pelukannya.

“Mulai sekarang panggil aku Jong Woon.” Bisik Yesung.

“Jong Woon?”

“Iya, itu nama asliku. Biasanya aku tidak suka di panggil dengan nama asliku oleh orang yang tidak dekat denganku. Tapi sekarang kau milikku, jadi panggil aku Jong Woon.”

“Aku? Milikmu?”

“Iya, sekarang kau milikku! Nekko-yaNaekkeoya[19] Hahaha, tidak jauh berbeda kan.” Yesung tersenyum jahil. “Ah, hampir lupa, kau belum resmi menjadi milikku. Nekko-ya, cepat katakan tiga kata itu!” Perintah Yesung.

“Tidak mau!” Nekko mencibirkan lidahnya.

“Kau masih punya perjanjian denganku kan? Ini hari terakhir, cepat katakan!” Yesung tertawa senang, dan Nekko hanya bisa menggerutu.

“Argh! Aku tidak bisa!” Sahut Nekko, tapi Yesung tidak menggubris perkataan Nekko dan malah mendekati wajah Nekko.

“Baiklah, baiklah!” Nekko menarik nafasnya dalam-dalam.

Sa…”

Wajah Yesung semakin mendekat pada wajah Nekko, dan itu membuat Nekko semakin gugup.

Rang…”

Semakin dekat…

Hae…

Cup!

Yesung mengecup bibir Nekko dalam sekejap. Bukan ciuman yang bertahan lama, hanya kecupan manis. Yesung tersenyum manis, keduanya hanya diam dan menatap kedua bola mata satu sama lain.

Seumur hidup Nekko, ini pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini oleh seorang lelaki. Jantungnya terasa berdetak tidak beraturan sedangkan wajahnya memerah dan terasa panas.

Yesung memeluk tubuh Nekko lagi, seakan-akan Nekko adalah perhiasan berharga yang akan ia jaga selamanya. Yesung yang awalnya menyesal, sekarang malah bersyukur pindah ke sini, selama Nekko berada di sampingnya.

Nado saranghae, Nekko-ya[20]

This feeling is the first time baby
This love is the first time baby
The one that moves my heart is you
My love is for you
I just met you but I want to meet again
The only one who can be by my side
No matter who sees you they know it’s my beautiful my love my girlfriend, you
Even if I close my eyes I can find my one and only
I will protect you, baby

Super Junior – Haru (Day)

THE END

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[1] Guru

[2] Yesung

[3] Neko = Kucing (Bahasa Jepang)

[4] Ibu

[5] Ucapan salam, Halo

[6] Panggilan formal

[7] Oh My God!, Oh tuhan!, Ya ampun!

[8] Panggilan akrab

[9] Tante

[10] Ayah

[11] Han Nekko. I chaegi naegeoya!

[12] Kakak (Di ucapkan oleh adik laki-laki ke kakak laki-laki)

[13] Girlfriend

[14] Kakak (Di ucapkan oleh adik laki-laki ke kakak perempuan)

[15] Bye

[16] Dia milikku! (Nekko-ya dan Naekkeoya (milikku) itu terdengar hampir sama.)

[17] Panggilan akrab perempuan pada laki-laki yang lebih tua

[18] Aku mencintaimu, Nekko.

[19] Millikku

[20] Aku juga mencintaimu, Nekko.

 

***

 

Author Note: Annyeong~! ELFs terutama Clouds & Angels, merapat! Bias kalian ada di FF ini! Gamsahamnida untuk semua admin SJFF juga buat semua reader yang mau baca FF ini, hehehe. Author promosi sedikit boleh ya? Kkk~ Mampir ke blog FF author ya, yewookyu.wordpress.com. Sekali lagi, gamsahamnida! *bungkuk 90 derajat* 😀

 

Comment's Box