Nama : Betty Dwinastiti
Judul Cerita : Story About Origami, Love and Us
Tag (tokoh/cast) : Park Jung Soo (SJ), Kim Na Yoon (OC)
Genre : Sad Romance, Angst, AU,
Rating : PG -15
Length : OneshotCatatan Author (bila perlu): FF ini sudah pernah dipublish di wp pribadi author di www.shinrhaehoonstalkerchokyuhyun.wordpress.com,
happy reading!!!
“Biarkan rindu tetap menjadi alasan aku memikirkanmu. Biarlah hati ini selalu menghangat saat mengingatmu, meski akhirnya kehangatan itu hanya akan menyisakan jejak basah di pelupuk mata ini. Kubiarkan rasa ini bertabrakan dengan nyata dunia yang menertawakanku karena terlalu merindu, untukmu … aku rela.”
***
Na-Yoon tidak tahu harus bersikap seperti apa. Tangannya kebas, bahkan untuk sekedar meraih gelas latte-nya. Gadis berambut panjang itu tersenyum kaku. Ia tidak tahu bahwa bertemu dengan adik sepupu Jung Soo saja sudah membuatnya berkeringat dingin, lalu bagaimana jika takdir mengharuskannya berada di tempat yang sama dengan pria itu? m
Masihkah ia bisa bernapas dengan benar jika hal itu terjadi?
“Eonni,” Rhae- Hoon tersenyum hangat, setengah jam lalu gadis itu secara tidak sengaja menemukan Na Yoon tengah duduk sendirian di kafe ini. Ia memberanikan diri menemui Na-Yoon, sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Rhae-Hoon tidak ingat berapa lama, yang jelas itu sudah bertahun-tahun.
“Ah, maaf Rhae. Aku hanya sedikit terkejut bertemu lagi denganmu,” Na-Yoon tersenyum hambar. Gadis itu menggerak-gerakkan matanya.
“Kau sudah tumbuh dewasa. Aku hampir tak mengenalimu,” tambahnya.
Rhae-Hoon tertawa, “Saat itu aku masih sekolah menengah. Heum, usiaku sekarang sudah dua puluh satu tahun.”
“Ya, sudah sangat lama.”
Na-Yoon menunduk, berarti sudah tujuh tahun sejak ia kehilangan cinta pertamanya – Park Jung-Soo.
“Apa yang Eonni lakukan saat ini? Maksudku, profesi Eonni sekarang?” tanya Rhae-Hoon berapi-api. Sesungguhnya gadis itu begitu merindukan Na-Yoon, ingin memeluknya. Namun sikap dingin gadis yang usianya lebih tua itu begitu dingin seperti salju di kutub selatan, entahlah.
Na Yoon menyesap latte-nya sebentar, “Aku menjadi guru sejarah di Sekolah Global, dekat balai kota.”
Mata Rhae-Hoon membola, “Benarkah?”
“Ya, sudah tiga bulan sejak aku kembali ke sini. Pihak yayasan yang menaungi sekolah itu – yang berada di Busan memindahkan aku kemari, karena Sekolah Global baru dibuka maka memerlukan staf pengajar yang lumayan banyak,” jelas gadis itu. Rhae-Hoon mengangguk mengerti. More
Last Visit